KUALA LUMPUR, SELASA -
Meski diperkirakan tidak akan langsung diumumkan sebelum akhir bulan ini, keputusan CAS itu bakal memengaruhi peta perpolitikan sepak bola Asia dan dunia. Bin Hammam, yang saat itu juga menjabat anggota Komite Eksekutif FIFA, diskors Komite Etik FIFA dengan larangan seumur hidup berkecimpung di dunia sepak bola.
Hukuman itu dijatuhkan terkait tuduhan suap kepada Bin Hammam saat memberikan uang sekitar 1 juta dollar AS (Rp 9,1 miliar) kepada para pengurus federasi sepak bola negara di kawasan Karibia (CFU), dalam pertemuan di Trinidad-Tobago, 10 Mei 2011. Itu masa-masa sebelum pemilihan Presiden FIFA.
Dengan pemberian uang itu, ia dituduh berupaya membeli suara anggota FIFA dari negara-negara kawasan tersebut terkait pencalonannya sebagai kandidat Presiden FIFA, menyaingi Sepp Blatter. Begitu kasus tudingan suap mencuat, Bin Hammam mengundurkan diri sebagai calon Presiden FIFA. Kongres pun kembali memilih Sepp Blatter, calon tunggal, sebagai Presiden FIFA.
Tuduhan yang menjadi dasar hukuman skors seumur hidup itu yang digugat Bin Hammam melalui sidang CAS. Menurut pria asal Qatar tersebut, pemberian uang itu hanyalah hadiah. Ia juga menilai, tudingan dan hukuman FIFA kepadanya bermotif politik.
Dampak di Asia
Bagi sepak bola Asia, dengan dihukumnya Bin Hammam dengan skor seumur hidup, hampir setahun AFC dipimpin Penjabat Presiden AFC Zhang Jilong (China). Kursi Bin Hammam di Komite Eksekutif FIFA sementara juga diambil alih Jilong.
Pengambilalihan posisi Presiden AFC dan anggota Komite Eksekutif FIFA oleh Jilong itu sempat digugat Bin Hammam melalui CAS. Dalam putusan sela pada 30 September 2011, CAS menolak gugatan Bin Hammam.
Meski demikian, peta persepakbolaan Asia bakal berubah andai CAS mengabulkan gugatan Bin Hammam dalam pemeriksaan Rabu ini dan Kamis besok. Jika Bin Hammam menang, Jilong diperkirakan minggir dari posisi sebagai bos AFC dan anggota Komite Eksekutif FIFA. Kemenangan Bin Hammam juga diprediksi bakal memengaruhi masa depan sepak bola Indonesia, yang kini larut dalam konflik berkepanjangan.
Sebaliknya, jika Bin Hammam kalah, kariernya di sepak bola secara efektif telah berakhir. Dalam situasi itu, AFC tinggal mempersiapkan diri untuk proses suksesi Presiden AFC dalam kongres pada Mei 2013.
Jilong belum mengungkapkan, apakah dirinya bakal turut meramaikan bursa calon Presiden AFC. Begitu juga tokoh-tokoh sepak bola Asia lainnya. ”Tidak ada yang bisa mengalahkan pentingnya kebersamaan dan persatuan dalam sepak bola Asia,” kata Jilong dalam sidang Komite Eksekutif AFC bulan lalu.
Beberapa sosok yang dinilai berpotensi jadi calon Presiden AFC antara lain Pangeran Abdullah Ibni Sultan Ahmad Shah (Malaysia), Yousuf Yaqoob Yousuf Al Serkal (Uni Emirat Arab), yang keduanya kini Wakil Presiden AFC. Sosok lain adalah Pangeran Ali Bin Al Hussein (Jordania), Wakil Presiden FIFA dan anggota Komite Eksekutif AFC.