SURABAYA, KOMPAS.com — Mantan Pelatih Timnas Indonesia asal Austria, Alfred Riedl, dinilai tidak etis karena melakukan pertemuan dengan skuad Timnas di saat para pemain terlibat konflik dengan Pelatih Wim Rijsbergen.
"Tidak etis Riedl melakukan tindakan demikian karena dia sudah tidak lagi menjadi pelatih Timnas. Selain itu, tidak ada urgensinya dia ketemu Firman Utina dan kawan-kawan," kata mantan kapten Timnas Indonesia, Ferrel Raymod Hattu, di Surabaya, Selasa (13/9/2011).
Sebagai seorang pelatih, mestinya Riedl menghormati posisi sesama pelatih. Konflik antara sejumlah pemain Timnas dan Wim itu urusan internal keluarga Timnas. Maka, tidak selayaknya orang luar campur tangan.
Yang lebih dikhawatirkan Ferrel, pertemuan itu malah berdampak memperkeruh karut-marut di Timnas.
"Konflik antara pemain dan pelatih dalam suatu tim sepak bola itu hal biasa. Yang penting orang luar jangan malah mengompori karena akan tambah runyam," katanya.
Menurut dia, Riedl tidak perlu merasa jadi pahlawan bagi Timnas Indonesia. Mungkin dia termakan dengan pandangan yang salah bahwa dia dinilai lebih berhasil daripada Wim.
Banyak yang mengatakan, saat dipegang Alfred Riedl, Timnas bisa berprestasi, tetapi setelah dipegang Wim menjadi jeblok. Padahal, 90 persen pemainnya sama. Jawabannya karena saat dipegang Riedl, Timnas dipersiapkan secara matang secara internal walau PSSI terus gegeran. Tetapi, saat Pra-Piala Dunia tidak dipersiapkan secara saksama. Pengurusnya sibuk dengan urusan verifikasi klub dan hal-hal yang tidak perlu, katanya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.