SURABAYA, KOMPAS.com - Gajah mati meninggalkan gading, harimau mati meninggalkan belang, manusia mati meninggalkan nama. Rusdy Bahalwan sudah meninggalkan dunia sepak bola untuk selama-lamanya untuk memenuhi panggilan Sang Khaliq, Minggu, 7 Agustus 2011 setelah menderita penyakit degenratif sejak tahun 2004. Namun, nama Rusdy Bahalwan akan diukir sebagai legenda sepak bola Indonesia.
Rusdy Bahalwan dikenal sebagai pionir moralitas sepak bola, juga strategi CFB (Coming From Behind). Dalam CFB pola dasarnya adalah 1-4-4-2. Bagaimana bermain memanfaatkan lebarnya lapangan dengan mengefektifkan serangan dari sayap. Bagaimana mengejutkan dan membingungkan lawan dengan gerakan pemain gelandang bahkan bek yang tiba-tiba merangsek masuk ke jantung pertahanan lawan.
Dengan demikian mobilitas pemain harus tinggi mirip pada total football yang diarsiteki Rinus Michel di tim nasional Belanda pada tahun 1970-an. Bola harus mengalir seperti banjir bandang. Maka pemain tidak boleh terlalu lama memegang bola. Juga tidak boleh terlalu banyak menggiring bola sendirian.
Rusdy selalu menekankan bahwa menang dan kalah adalah hasil suatu tim. Maka kolektivitas menjadi paradigma tim besutannya. Kendati demikian tidak menghilangkan ketermasing-masingan individu pemain. Dan individualitas tidak sama dengan egoisme.
Untuk persepakbolaan Indonesia, CBF Rusdy adalah serupa dengan total football Rinus Michel, atau attacking football Mario Zagalo. Tidak berlebihan kalau pemain sepak bola nasional seperti Aji Santoso, Jacksen F Tiago, Mustaqim menempatkan Rusdy sebagai Sang Legenda .
Bukan hanya kemampuannya melakukan inovasi teknik-strategi dengan CFB, bagi pemain yang pernah diasuhnya, Rusdy adalah teladan. Sangat menjaga hubungannya dengan Tuhan. Sikapnya yang tenang dalam mengambil keputusan. Dia tidak terlalu gembira ketika timnya menang. Demikian pula dia tidak terlalu sedih ketika timnya kalah.
Dia mengambil sikap ummatan wasthan (umat tengah), moderat.
Rusdy dikenal tidak suka grusa-grusu. Dia paham betul ajaran bahwa tergesa-gesa itu perbuatan setan. Untuk itulah dia selalu bersikap teduh dan tenang, termasuk ketika yang lainnya panik.
Sang Legenda telah meninggalkan persepakbolaan Indonesia untuk selamanya. Semoga generasi setelah dia bisa mengembangkan CFB yang dia letakk an dasarnya. Generasi berikutnya mampu mewujudkan keinginannya menjadikan Indonesia sebagai macan sepak bola Asia, bahkan dunia.
Selamat jalan, Ustad Rusdy.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.