Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Barca yang Selalu Lapar dan Tak Pernah Puas

Kompas.com - 25/07/2011, 21:22 WIB

KOMPAS.com - Sejak menjabat sebagai pelatih di musim 2008/2009, Pep Guardiola sukses membawa Barcelona menjadi salah satu tim terbaik di Eropa, bahkan dunia. Tim asuhannya itu berhasil meraih sederetan trofi bergengsi dengan pola permainan atraktif nan menghibur ala "tiki-taka". Rasa kekeluargaan serta persaingan sehat antarpemain dalam memperebutkan satu tempat di tim utama, menjadi salah satu kunci konsistensi serta tingginya level permainan mereka.

Bila kita sadari, sejak naik pangkat menjadi manajer tim senior Barcelona, Guardiola selalu membawa setidaknya satu pemain bintang berharga mahal ke dalam tim di setiap musimnya. Kedatangan para superstar tersebut membuat para bintang lama di tim tetap terpacu untuk tampil maksimal bila tidak mau kehilangan tempatnya di tim utama. Ada bintang yang sukses melejit dan menjadi pilihan reguler pelatih, ada pula yang malah meredup dan kehilangan sinarnya.

Di awal musim 2008/2009, Guardiola merekrut Daniel Alves dengan harga 29 juta euro, plus tambahan 6 juta euro yang tergantung pada penampilan dan prestasinya selama berkarier di Camp Nou. Saat itu, Alves bukan pemain sembarangan. Ia adalah kapten Sevilla yang sukses membantu timnya memboyong 2 Piala UEFA, 1 Piala Super Eropa, 1 Copa Del Rey dan 1 Piala Super Spanyol. Kehadirannya pun dianggap tepat untuk mengisi kekosongan di pos bek kanan yang baru saja ditinggal pergi Gianluca Zambrotta ke AC Milan.

Ia pun mendatangkan kembali Gerard Pique dari Manchester United serta gelandang kreatif Arsenal, Aliaksandr Hleb. Pique didatangkan sebagai pelapis Rafael Marquez dan Gabriel Milito yang mulai tua dan rentan akan cedera. Sementara itu, Hleb masuk untuk menambah daya saing di lini tengah setelah kepergian Deco ke Chelsea. Hal ini jelas membuat Xavi dan Andres Iniesta tetap terpacu untuk tampil maksimal bila tak mau kehilangan tempatnya di tim utama.

Guardiola sukses membawa persaingan sehat dalam timnya. Pemain yang menjadi pilihan pertama adalah mereka yang menunjukkan performa terbaik dan kedisiplinan tinggi dalam latihan mau pun pertandingan sebenarnya. Pada November 2008, El Mundo Deportivo melaporkan kalau ada beberapa hal yang diminta Guardiola untuk diperhatikan oleh para pemainnya. Bila ada yang melanggar, ia akan didenda dan uangnya digunakan untuk makan malam bersama seluruh tim atau aksi sosial di masyarakat.

Denda sebesar 6 ribu euro akan diberikan ke pemain yang datang terlambat saat para pemain lainnya telah berada di lapangan untuk berlatih. Selain itu, denda 2 ribu euro akan menjadi ganjaran bagi para pemain yang melewati jam malam di hari Senin sampai Jumat. Untuk memastikan para pemain tidak melanggarnya, para staf Barca akan menelepon rumah para pemain secara acak untuk memeriksanya.

Guardiola juga ingin menjaga kekompakan timnya dengan meminta semua pemain untuk menyantap sarapan pagi secara bersama saat pertandingan tandang. Mereka yang terlambat bergabung untuk makan pagi itu akan terkena denda 500 euro oleh sang pelatih. Cara ini, terbukti efektif dalam membentuk pola hidup sehat serta membangun chemistry dalam diri para pemain Barcelona.

Di akhir musim perdananya, Barcelona berhasil menjadi tim pertama asal Spanyol yang merengkuh tiga gelar dalam satu musim, yaitu La Liga, Copa Del Rey dan Liga Champions. Alves sukses menyatu dalam tim dan tampil menawan sebagai bek kanan andalan Guardiola. Pique pun mematenkan posisinya sebagai tandem utama kapten Carles Puyol di lini tengah pertahanan tim. Sayangnya, Hleb kalah bersaing dengan duet "Xaviesta" di lini tengah sehingga hanya menjadi pilihan reguler di bangku cadangan.

Hleb sendiri mengakui ketangguhan Xavi dengan mengatakan, "Di lini tengah, Xavi adalah nyawa Barcelona. Saya hanya melihat ia dua kali kehilangan bola. Di dalam pertandingan dan saat latihan, dia adalah jantung dari permainan Barca."

Musim 2009/2010, Hleb dipinjamkan ke Stuttgart dan Samuel Eto’o dijadikan salah satu alat tukar bagi transfer Zlatan Ibrahimovic ke Barcelona. Guardiola memang sejak lama dikabarkan kurang menyukai permainan Eto’o yang cenderung egois dalam proses pencarian gol. Ibrahimovic, spesialis juara liga yang penasaran dengan trofi Liga Champions, menjadikan Barcelona sebagai pilihan tepat untuk mewujudkan mimpinya itu.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com