Drama adu penalti harus dilakukan, setelah selama 120 menit, kedua tim hanya bisa bermain tanpa gol. Dalam adu tendangan penalti itu, penjaga gawang Paraguay, Justo Villar, berhasil mengamankan eksekusi dari Franklin Lucena. Sementara itu, lima penendang penalti Paraguay berhasil menjalankan tugas dengan sempurna.
Pada laga ini, Paraguay dinaungi keberuntungan. Gawang mereka berkali-kali selamat dari kebobolan karena eksekusi bola pemain-pemain Venezuela hanya membentur mistar. Mereka juga masih selamat dari kekalahan, meski satu pemainnya, Jonathan Santana, diganjar kartu merah pada masa tambahan waktu.
Yang menarik, Paraguay menjadi tim yang tidak pernah menang dalam pertandingan normal. Mereka lolos dari penyisihan grup setelah tiga kali bermain imbang. Pada babak perempat final melawan Brasil, mereka juga bermain imbang 0-0, sampai pertandingan dilanjutkan dengan adu tendangan penalti yang dimenangi mereka.
”Kami memang selalu mendapat keberuntungan, termasuk melawan Venezuela. Akan tetapi, keberuntungan saja belum cukup, kami harus memperbaiki permainan kami,” kata Justo Villar.
Ia menambahkan, seluruh angota tim merasa lega bisa menang karena lima pemain cedera dan beberapa tidak boleh tampil karena akumulasi kartu. ”Menang lewat adu penalti cara terbaik yang bisa kami dapat,” ujar Villar melanjutkan.
Buat Paraguay, final Copa Amerika kali ini menjadi yang pertama sejak 32 tahun silam. Di ajang ini, Paraguay tercatat pernah menjadi juara dua kali, yakni tahun 1953 dan tahun 1979.
Di kubu Venezuela, raut kekecewaan terlihat jelas di setiap pemain. Para pemain Venezuela sudah menunjukkan permainan mengesankan, meski hasil yang didapat tidak sesuai dengan harapan mereka.
”Hasil ini jelas mengecewakan. Namun, yang terpenting kini seluruh masyarakat sepak bola dunia tahu bahwa di Amerika Selatan ada negara lain yang permainan sepak bolanya berkualitas,” kata Pelatih Venezuela Cesar Farias.