Efek pasca-Mourinho
Tim asuhan Mourinho selalu sarat dengan yang namanya trofi. Mereka terbiasa mencapai klimaks performanya di musim kedua bersama Mourinho. Akan tetapi, mereka juga memiliki kebiasaan untuk mengalami turbulensi sesaat setelah ditinggal pelatih berusia 48 tahun itu.
Turbulensi atau gerakan bergolak tidak teratur, sering terjadi pada tim-tim yang ditinggalkan Mourinho. Sesaat setelah ditinggalkan "The Special One", Porto berusaha mempertahankan kejayaan yang telah diraih dengan mendatangkan pelatih asal Italia, Luigi Del Neri. Tidak sampai dua bulan, bahkan kompetisi belum sempat berjalan, mantan pelatih Chiveo Verona itu dipecat klub dengan alasan ia sering mangkir latihan. Del Neri sempat beberapa kali absen dalam latihan pra-musim tim, salah satunya karena ia ketinggalan pesawat yang seharusnya membawanya kembali dari liburan di luar negeri.
Pengganti Del Neri adalah Victor Fernandez, pelatih yang membawa Real Zaragoza menjuarai Piala Winner pada 1995. Harapan digantungkan tinggi pada Fernandez. Ia sempat membawa tim memenangi Piala Interkontinental 2004. Namun tidak sampai dua bulan kemudian, manajemen Porto juga memecatnya karena serangkaian hasil yang kurang memuaskan di kompetisi domestik. Jose Couceiro menjadi nama selanjutnya yang mengisi kursi panas pelatih Porto musim 2004/2005.
Couceiro dikontrak selama 18 bulan, tetapi memutuskan untuk mengundurkan diri pada akhir musim karena gagal membawa Porto menjuarai liga. Pada pertandingan terakhir, Porto hanya bisa menelan hasil imbang dari Academica dan mengakhiri kompetisi di posisi kedua, tertinggal tiga poin dari sang juara, Benfica. Mantan pelatih AZ Alkmaar, Co Adriaanse, ditunjuk sebagai suksesornya. Pelatih asal Belanda itu akhirnya berhasil membangun kembali kejayaan "Os Dragoes", julukan Porto, dengan membawa tim merebut gelar Liga Portugal dan Piala Portugal musim 2005/2006.
Chelsea juga memiliki masalah yang kurang lebih sama dengan Porto. Pemecatan tiba-tiba Mourinho di awal musim 2007/2008 membuat tim menjadi limbung. Direktur Sepak Bola Chelsea saat itu, Avram Grant, ditunjuk sebagai pelatih baru "The Blues". Pengalaman dan latar belakang formal kepelatihannya yang minim membuat fans menjerit untuk mengembalikan Mourinho ke tim. Hal itu dipicu pula oleh kekalahan Chelsea atas MU tiga hari setelah Grant menjabat. Akan tetapi, Abramovich bergeming.
Beberapa pemain yang tidak mau disebutkan namanya mengatakan bahwa metode kepelatihan Grant ketinggalan zaman. Beberapa hasil kurang memuaskan pun harus Chelsea terima di bawah kepemimpinan pelatih asal Israel itu. Mereka didepak Barnsley dari FA Cup dengan skor 0-1. Mereka sukses mencapai babak final Piala Liga untuk berhadapan dengan Tottenham Hotspurs, tetapi harus menelan pil pahit berupa kekalahan akibat gol Jonathan Woodgate pada babak tambahan.
Selain itu, Chelsea juga sukses melaju ke babak final Liga Champions, sesuatu yang tak pernah bisa dicapai Chelsea era Mourinho, tetapi kembali kalah saat adu penalti akibat kegagalan John Terry melakukan tendangan penentu kemenangan. Kapten dan pemain asli didikan Chelsea itu terpeleset saat menyepak bola akibat lapangan yang basah dan licin karena hujan. Lalu, kegagalan itu diikuti oleh penendang selanjutnya, Nicolas Anelka. MU juara, Terry pun menangis. Awan kelabu seakan tak berhenti memayungi Chelsea.
Serangkaian kekalahan serta kegagalan mengangkat mental dan performa pemain Chelsea membuat Grant dipecat pada akhir musim. Luiz Felipe Scolari, pelatih yang membawa Brasil menjuarai Piala Dunia pada 2002, diangkat menjadi suksesornya. Chelsea merekrut Deco, anak asuh Scolari di timnas Portugal, dan sukses menampilkan penampilan menawan pada awal musim 2008/2009. Akan tetapi, selanjutnya Chelsea asuhan Scolari malah konsisten dengan inkonsistensi. Performa tim yang naik turun dan melempemnya penampilan pemain-pemain bintang "The Blues" membawa Scolari pada pemecatan di awal Februari 2009.
Guus Hiddink, yang dikenal memiliki hubungan dekat dengan Abramovich, ditunjuk sebagai pelatih dan sukses mengangkat performa tim serta membawa Piala FA ke Stamford Bridge. Musim selanjutnya, Hiddink memutuskan mundur agar bisa fokus menangani timnas Rusia. Carlo Ancelotti, penggantinya, berhasil membawa Chelsea kembali menjuarai liga dan Piala FA di musim perdananya.