Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kelompok 78 Tidak Gentar

Kompas.com - 25/04/2011, 12:34 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Kelompok 78 pemilik suara PSSI tak gentar menghadapi tekanan FIFA melalui surat keputusan 21 April. Pekan ini mereka mulai menjalankan langkah-langkah menuju kongres PSSI pada 20 Mei. Jika FIFA membekukan PSSI, gugatan ke Court of Arbitration for Sport jadi solusi terakhir.

Kelompok 78 saat ini berusaha mengklarifikasi kepada FIFA melalui Komite Normalisasi tentang informasi yang diduga dikirimkan oleh Koalisi Independen untuk Rekonsiliasi Sepak Bola Nasional (Konsen) tentang situasi persepakbolaan di Indonesia.

Kelompok 78 menilai, di dalam surat yang diduga dikirimkan oleh Konsen itu telah terjadi manipulasi fakta sehingga keputusan FIFA pada 21 April tetap melarang Arifin Panigoro, George Toisutta, dan Nirwan Dermawan Bakrie untuk dicalonkan.

”Kami mensinyalir ada manipulasi yang dilakukan secara sistematis oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab,” ujar Wakil Ketua Komite Pemilihan PSSI hasil kongres 14 April, Wisnu Wardhana, Minggu (24/4).

Kelompok 78 membagikan kepada wartawan, saat konferensi pers, surat kepada FIFA yang diduga dibuat oleh Konsen.

Surat tiga lembar bertanggal 18 April 2011 itu ditujukan kepada Departemen Media FIFA. Surat itu berisi informasi mengenai kongres 14 April di Hotel Sultan, Jakarta, yang dinilai sangat mengganggu proses pelaksanaan keputusan FIFA pada 4 April.

Konsen juga mengutip pengakuan dua anggota Komite Normalisasi, yaitu Joko Driyono dan Hadi Rudyatmo, yang mengaku pertemuan informal itu di bawah tekanan Kelompok 78 hingga akhirnya dijadikan pra-kongres.

Disebutkan juga pengakuan Hadi Rudyatmo yang mengaku ditekan oleh anggota militer untuk menandatangani surat pembatalan 54 sanksi yang dikeluarkan oleh PSSI selama periode 2007-2011. Salah satu keputusan itu, hukuman bagi Arifin Panigoro karena mendirikan Liga Primer Indonesia.

Pada paragraf kelima ditegaskan, pesan utama dari sejumlah kejadian itu adalah kekhawatiran ada konspirasi yang melibatkan sejumlah oknum petinggi militer dengan Arifin Panigoro. Selama ini ada dukungan terus-menerus kepada George Toisutta (Kepala Staf TNI Angkatan Darat) dan Arifin Panigoro untuk dicalonkan sebagai pimpinan PSSI.

Surat itu juga meminta supaya FIFA teguh dengan keputusan menolak empat kandidat (Nurdin Halid, Nirwan D Bakrie, Arifin Panigoro, dan George Toisutta) yang dibatalkan Komite Banding. Pada paragraf terakhir disebutkan bahwa Indonesia layak dijatuhi sanksi oleh FIFA jika tokoh-tokoh politik, anggota PSSI, Kelompok 78, dan Komite Normalisasi tidak mematuhi saran dan keputusan FIFA.

”Tidak ada surat Konsen tanggal 18 April, hanya ada e-mail sekitar tanggal tersebut, yang isinya antara lain mengutip apa yang disampaikan Hadi Rudyatmo (dalam konferensi pers di DPR pada 18 April,),” kata seorang penggagas Konsen yang tidak mau disebutkan namanya.

”Yang justru lebih penting, tidak mungkin FIFA menyampaikan komunikasi dari pihak mana pun kepada FIFA untuk diperlihatkan kepada pihak ketiga, tidak pernah terjadi selama ini. Kami curiga ini ada operasi intelijen untuk membobol komunikasi Konsen dengan FIFA,” kata Konsen.

”Konsen sudah mengirim surat, SMS, dan e-mail kepada FIFA, baik pribadi-pribadi maupun bersama-sama, sejak Kongres Sepak Bola Nasional di Malang, Maret 2010—jadi tidak ada yang baru. Konsen hanya minta FIFA jangan plin-plan, tetapi menegakkan aturan sendiri agar ada kepastian,” ujarnya.

Wisnu menilai, Komite Normalisasi harus segera berkomunikasi dengan FIFA untuk meluruskan informasi ini. ”Harus berani menyampaikan informasi itu tidak benar,” kata Wisnu. (ANG)

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com