Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Titik Balik Para Pemilik Suara

Kompas.com - 28/03/2011, 08:40 WIB

KERAGUAN kongres PSSI di Pekanbaru, Riau, akan berjalan mulus muncul sejak Jumat malam. Saat sekitar 25 pemilik suara menikmati sate ikan, kebab, dan aneka makanan khas Melayu di halaman belakang Hotel Aryaduta, ada kejadian menegangkan di lantai 2 Hotel Premiere, tempat kongres pemilihan anggota Komite Pemilihan dan Komite Banding.

Sejumlah pemilik suara yang tak menerima undangan kongres, seperti Perseba Bangkalan dan Persigo Gorontalo, bersitegang dengan panitia kongres yang bertugas melayani registrasi peserta. Sumpah serapah bertebaran. Aparat kepolisian yang berjaga hanya terdiam karena tak bisa mencampuri urusan itu.

Namun, pada Jumat malam itu, ada pemandangan menggelitik rasa ingin tahu, yaitu keberadaan satu truk militer berisi puluhan anggota TNI berseragam loreng di dekat Hotel Premiere. Setiap sudut dan depan lift lantai dua hotel juga dijaga aparat militer.

”Melihat ketegangan Jumat malam, saya tidak yakin kongres bisa berlangsung. Saya kok merasa kongres akan batal,” ujar Sekum Persija Jakarta Benny Erwin Sabtu (26/3/2011).

Firasat Benny Erwin juga dirasakan sejumlah peserta kongres. Ada tiga masalah dalam registrasi peserta. Pertama, undangan dari PSSI salah alamat sehingga orang yang seharusnya berhak menerima undangan terabaikan. Undangan untuk Imran, dialamatkan kepada Bupati Bangkalan Fuad Amin.

Kedua, aturan bahwa hak suara tidak bisa dimandatkan. Tiga hari menjelang kongres, Komite Eksekutif PSSI membuat aturan hanya ketua dan sekretaris pengurus provinsi dan klub yang bisa menjadi pemilih. Ketiga, sejumlah klub, yang pada saat kongres di Bali diundang dan dijanjikan oleh PSSI bisa ikut dalam kongres berikutnya, menuntut janji itu.

”Pada kongres di Bali, Sekretaris Jenderal PSSI Nugraha Besoes berjanji peserta berikutnya sama dengan di Bali. Dia bilang cukup menunjukkan kartu peserta Kongres II PSSI di Bali,” kata Ketua Umum Gresik Putra Mujiyono.

Kekecewaan peserta makin menumpuk melihat Pasal 5 Ayat 2 dan 3 Peraturan Organisasi (PO) yang menjadi acuan pemilihan anggota Komite Pemilihan dan Komite Banding. PSSI merahasiakan PO itu dan baru dibagikan saat registrasi. PO dinilai menyalahi Standard Electoral Code FIFA yang menjunjung tinggi demokrasi dan keterbukaan.

Pasal 5 Ayat 2 berbunyi, ”PSSI mengumumkan daftar nama-nama sebagaimana dimaksud ayat (1) di atas, pada saat kongres”.

Daftar nama yang disusun PSSI tersebut yang berhak dipilih oleh peserta. Nama-nama itu terdiri dari pengurus PSSI selain Komite Eksekutif, Komisi Banding, Komisi Disiplin, dan Sekretaris Jenderal.

Pasal 5 Ayat 3 berbunyi, ”Setiap peserta Kongres yang mempunyai hak suara hanya mencalonkan satu nama untuk bakal calon Komite Pemilihan dan satu nama untuk bakal calon Komite Banding Pemilihan dari daftar nama-nama sebagai mana dimaksud ayat (2) di atas, yang ditulis pada formulir pencalonan yang telah disediakan oleh Sekretaris Jenderal PSSI”.

Pasal itu mengecewakan peserta kongres, termasuk mereka yang loyal kepada Ketua Umum PSSI Nurdin Halid. ”Saya dulu orang paling setia pada Nurdin Halid. Sekarang tidak lagi setelah mengetahui isi statuta dan PO. Saya kecewa karena amanah disalahgunakan,” kata Ketua Umum Persisam Putra Samarinda Harbiansyah Hanafiah.

Pernyataan Harbiansyah mengejutkan banyak orang. Sosok yang selama ini menjadi pembela terdepan Nurdin Halid itu berbalik. Sikap Harbiansyah diikuti Pengurus Provinsi Jawa Timur yang diwakili olah Wakil Ketua Ahmad Riyadh.

”Saat KSN (Kongres Sepak Bola Nasional), saya paling menentang karena ada pihak luar. Sekarang adalah momentum paling tepat untuk perubahan karena yang menginginkan para pemilik suara,” tutur Ahmad.

Kekecewaan sebagian besar pemilik suara itu terkristalisasi ke arah perubahan di tubuh PSSI saat konsolidasi 64 pemilik suara yang telah diregistrasi sebagai peserta kongres. Konsolidasi itu digelar di Hotel Jatra sekitar pukul 15.00-17.00 WIB. Para pemilik suara bertekad bulat mengusung perubahan dan reformasi di tubuh PSSI.

Diambil Alih

Dua jam menjelang pembukaan kongres yang dijadwalkan pukul 19.30 WIB, suasana hotel berubah riuh. Lantai dua Hotel Premiere sudah dipadati orang berbadan kekar dan bermata tajam. Di halaman hotel, sekitar 50 aparat TNI berseragam berjejer di tepi tempat menurunkan tamu hotel. Aparat kepolisian, yang awalnya berjaga di sekitar hotel, menyingkir ke tempat parkir bawah tanah dan kanan-kiri halaman hotel.

Satu jam menjelang pembukaan kongres, ketegangan di depan ruangan kongres meningkat. Sebagian pemilik suara, yang sudah teregistrasi, marah karena tidak memperoleh kartu identitas. Mereka mencari panitia dan memaksa masuk ke ruangan kongres.

Sekitar 15 aparat Brigade Mobil Polda Riau, yang membuat pagar betis di depan pintu ruangan kongres, berusaha sekuat tenaga menghalangi desakan massa. Anggota pasukan elite kepolisian itu hanya bertahan selama 10 menit menahan massa yang dibakar kemarahan. Para anggota PSSI berhasil membuka paksa pintu yang terkunci dan masuk ke ruangan kongres sekitar pukul 20.10 WIB.

Ruangan kongres dikuasai pemilik suara dan mereka menunggu panitia penyelenggara datang. Mereka menunggu selama 30 menit, kemudian mengambil alih kongres karena panitia tidak muncul.

Ketika 78 pemilik suara PSSI mengambil alih kongres, Nugraha Besoes menyampaikan pernyataan pers di Hotel Aryaduta. Nugraha menegaskan, PSSI atas saran perwakilan FIFA dan AFC membatalkan kongres karena dinilai membahayakan keselamatan. (ANG/SAM)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com