Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Awas, Euforia Suporter Bisa Jadi Disforia!

Kompas.com - 29/12/2010, 11:11 WIB

Kompas.com — Kurang dari 10 jam lagi, timnas Indonesia akan menghadapi Malaysia pada final kedua Piala AFF 2010 di Stadion Gelora Bung Karno, Jakarta. Pertandingan ini disebut sebagai laga "hidup mati" antara kedua tim karena mempertaruhkan gelar juara dan kehormatan kedua negara.

Menyaksikan penampilan Firman Utina dkk yang selalu menang sejak babak penyisihan sampai semifinal membuat harapan seluruh rakyat Indonesia melambung tinggi. Ditambah dengan kerinduan akan hadirnya prestasi yang dapat mengangkat martabat bangsa, membuat rakyat begitu antusias memberi dukungan penuh dan selalu mengikuti setiap gerak langkah tim nasional.

Euforia adalah kata yang tepat digunakan untuk menunjukkan betapa semua masyarakat di Tanah Air tersihir oleh prestasi timnas sepak bola kita. 

Menurut dr Ari F Syam, praktisi kesehatan dari FKUI RSCM, euforia dari sudut kesehatan mental adalah hal yang positif. "Rasa euforia inilah yang sering diharapkan para pemakai narkoba untuk melupakan permasalahan yang dialami pemakai narkoba tersebut," katanya dalam surat elektronik yang dikirimkannya.

Euforia timbul karena adanya pelepasan hormon endorfin (morfin endogen). Hormon ini juga dilepaskan ketika kita berolahraga, bergembira, mengonsumsi makanan pedas, atau saat orgasme.

"Endorfin akan bekerja sebagai penghilang rasa sakit dan menimbulkan rasa senang. Bahkan, keberhasilan melihat kesuksesan timnas bisa menjadi obat bagi orang yang sedang mengalami kegagalan dan kekecewaan," papar staf pengajar di Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI ini.

Namun, ia mengingatkan bahwa euforia yang terlalu berlebihan juga bisa menyebabkan seseorang menjadi sensitif, hiperaktif, dan gelisah. Euforia yang berlebihan juga bisa berbalik menjadi disforia bila kita tidak siap menerima kenyataan.

Disforia adalah perasaan sedih, marah, gelisah, dan sensitif karena harapan tidak sesuai dengan kenyataan. Manifestasi perasaan ini bermacam-macam.

Ari mencontohkan, anak bungsunya yang baru berusia 6 tahun menjadi gelisah dan susah tidur setelah pemain timnas kalah melawan Malaysia 3-0 beberapa waktu lalu. "Itu terjadi karena kita sudah yakin tim kita bakal menang," katanya.

Itulah sebabnya ia menyarankan agar masyarakat pencinta bola Indonesia, terutama yang akan hadir di Stadion Gelora Bung Karno, siap menelan pil pahit jika tim besutan Pelatih Alfred Riedl ini gagal menjadi juara. 

Masyarakat juga harus tetap bersikap realistis. Pasalnya, tim "Garuda" dihadapkan pada posisi dan peluang yang cukup berat karena harus menjebol gawang Malaysia dengan empat gol tanpa balas, menyusul kekalahan 0-3 dalam laga final pertama di Stadion Bukit Jalil, beberapa hari lalu.

"Ini penting agar euforia tetap euforia, karena melihat tontonan menarik dan euforia tidak berakhir dengan disforia. Kita juga harus tunjukkan kepada dunia bahwa kita menang dengan sportif dan jika kalah kita terima dengan lapang dada," pungkasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com