Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"El Clasico", Babi, dan "Kemerdekaan"

Kompas.com - 29/11/2010, 09:08 WIB

PERTANDINGAN antara Barcelona dan Real Madrid yang dikenal dengan "El  Clasico" ibarat badai yang setiap tahun menerpa Spanyol. Pertemuan itu tak ubahnya "perang saudara" yang menyita energi, perhatian, emosi, juga kekaguman. Begitu juga dengan "El Clasico" edisi Senin atau Selasa (30/11/2010) dini hari WIB.

Sinisme, dendam, politik, sejarah, dan sebagainya sering menjadi bumbu pertandingan kedua tim yang memang selalu mendominasi Liga Spanyol itu. Bahkan, kepala babi pun bisa sampai ke lapangan.

Itu terjadi pada November 2002 ketika Barcelona menjamu Real Madrid. Suporter Barca begitu marah karena Luis Figo "berkhianat" dan menyeberang ke Madrid. Maka, mereka menyambut pemain Portugal itu dengan lemparan bola golf, botol wiskey, dan yang paling kontroversial adalah cabeza de cochinillo atau kepala babi yang menjijikkan. Itu sebagai simbol betapa sakit hatinya para suporter Barcelona kepada Figo karena menyeberang ke klub yang mereka benci.

Jika Barcelona menyatakan dirinya bukan sekadar klub, maka partai "El Clasico" bukan sekadar pertandingan sepak bola.  Ini seperti simbol pertarungan gengsi antara Catalan dan kerajaan Spanyol.

Sudah bukan rahasia, Catalan merasa bukan bagian dari Spanyol. Mereka bahkan memiliki timnas dan lagu kebangsaan sendiri. Setiap kali partai "El Clasico", ada saja suporter yang membentangkan spanduk politis. Yang paling sering, "Catalan is not Spain".

Secara administratif mereka memang Spanyol. Akan tetapi, hati mereka tak pernah merasa Spanyol.

Barcelona sudah menjadi simbol gerakan anti-Spanyol buat warga Catalan, sedangkan Real Madrid simbol kerajaan Spanyol. Semasa kekuasaan Jenderal Franco, Madrid begitu dimanja dan dijadikan kebanggaan, juga simbol Spanyol.

Apalagi, Franco meninggalkan luka di hati warga Catalan. Dia menindas, bahkan membunuh sejumlah tokoh Catalan. Dia juga pernah membunuh pemain Barcelona, bahkan membekukan klub itu. Dia pula yang memaksa Catalan sebagai bagian dari Spanyol dan mencegahnya untuk merdeka.

Gerakan separatisme di Catalan mungkin tak lagi sehebat dulu. Mereka juga tak seekstrem Basque yang sampai memiliki kelompok separatis dalam organisasi  Euskadi Ta Askatasuna (ETA) dan beberapa kali membuat aksi teror, termasuk pengeboman.

Namun, rasa ingin merdeka dari Spanyol tak bisa disembunyikan. Pada partai "El Clasico", hasrat itu semakin terlihat jelas. Pentas sepak bola menjadi media ekspresi warga Catalan untuk menegaskan bahwa mereka sebuah bangsa sendiri. Spanduk-spanduk mereka sangat terlihat mencerminkan hal itu. Suporter juga sering menyanyikan lagu-lagu kebebasan Catalan, termasuk lagu kebangsaan mereka sendiri.

Halaman:
Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com