Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

UI Pentaskan Sketsa Robot Ver.2.0

Kompas.com - 18/11/2010, 19:10 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com--Persoalan pendidikan di Indonesia sudah begitu akut dan menjadi lingkaran setan. Lembaga pendidikan mulai dari sekolah taman kanak-kanak, pendidikan dasar, hingga pendidikan tinggi sudah menjadi industri. Subyek didik diperlakukan sebagai sumber keuangan , dengan sasaran bagaimana ia masuk dengan biaya yang relatif mahal, lalu cepat lulus dengan segala cara.

Persoalan tak berhenti sampai di situ. Sarjana yang dihasilkan perguruan tinggi amat jauh dari harapan. Kualitas dan profesionalitasnya dipertanyakan. Lembaga pendidikan dengan kurikulumnya hanya dituntut menyiapkan pekerja-pekerja yang siap pakai dalam waktu singkat. Hanya menghasilkan pekerja, bukan untuk memanusiakan manusia. Kadang seolah mengabaikan hukum supply and demand, bahwa ketersediaan pekerja yang banyak membuat harganya turun. Dan hasilnya adalah generasi baru yang lebih merobot.

Demikian benang merah yang dikemukakan pengamat budaya dari Fakultas Ilmu Budaya Universitas Indonesia, I Yudhi Soenarto, dan Ketua Alumni FIB Universitas Indonesia Fadli Zon, di sela-sela latihan Tea ter Sastra Universitas Indonesia, yang tengah menyiapkan pementasan Sketsa Robot Ver.2.0 , Kamis (18/11) di Jakarta. Berbagai kritikan yang diarahkan ke dunia pendidikan, sudah banyak dilakukan banyak kalangan. Namun, kali ini, untuk pertama kalinya, dikritik melalui pementasan teater genre komedi satire, kata Yudhi Soenarto, yang sekaligus bertindak sebagai penulis naskah Sketa Robot Ver.2.0 dan sutradara.

Menurut dia, dalam tradisi teater barat, komedi sering digunakan untuk mengangkat persoalan besar ke atas panggung. Tercatat beberapa drama komedi seperti Lysistrata (Aristophanes, 411 Sebelum Masehi) yang bertema antiperang. The Tempest (W Shakespeare, 1611) yang mengangkat persoalan kolonialisme, Der Zerbrochne Krig (H Von Kleist, 1808) yang mengangkat tema keadilan versus pengadilan, dan Pygmalion (GB Shaw, 1913) yang mengangkat kepalsuan masyarakat kelas atas Inggris.

Agar persoalan lebih membumi, jelas Yudhi Soenarto, Teater Sastra UI dalam produksinya yang ke-322, sejak berdiri tahun 1984, mengkritik masalah pendidikan dalam konteks masa depan di mana teknologi robot semakin maju. Sudah ada robot berwujud manusia yang dilengkapi dengan artificial intelligence yang memungkinkan robot untuk bukan hanya melakukan p ekerjaan-pekerjaan manusia, tapi juga melakukan perilaku yang diprogram untuk menyerupai manusia.

Fadli Zon mengatakan, sejak zaman Yunani, komedi memang bukan hanya sekedar hiburan, tapi cara untuk mengingatkan/menyadarkan orang tentang suatu masalah. Pementasan Sketsa Robot Ver.2.0 , Sabtu dan Minggu (20-21/11) di Graha Bahkti Budaya Taman Ismail Marzuki, jalan Cikini, Jakarta, tak hanya sekadar mengangkat persoalan sistem sosial, ekonomi dan pendidikan kita yang morat-marit ke atas pangg ung, tetapi juga menyelipkan pesan-pesan penting untuk mengingatkan/menyadarkan orang tentang suatu masalah, katanya.

Menurut Fadli Zon, Teater Sastra UI sebenarnya sudah menerapkan konsep komedi dalam format lenong kontemporer, sejak 10 tahun lalu, tahun 2000. Dalam periode 2000-2006, Teater Sastra UI sudah memanggungkan lebih dari seratus judul cerita dengan label Lenong Kampus di berbagai tempat. Beberapa bahkan ditayangkan di televisi. Tahun ini kembali berkomedi, dengan persoalan-persoalan yang sangat urgen: kecenderungan pola kehidupan yang serba praktis dan morat-maritnya pendidikan, tandasnya.

 

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Klasemen Liga 1: PSIS Bayangi Persib, Persija Tertahan di Luar 5 Besar

Klasemen Liga 1: PSIS Bayangi Persib, Persija Tertahan di Luar 5 Besar

Liga Indonesia
Hasil Persija Vs Persita: Gol Gajos Dibalas Vidal, Laga Imbang 1-1

Hasil Persija Vs Persita: Gol Gajos Dibalas Vidal, Laga Imbang 1-1

Liga Indonesia
Messi Bicara Peluang Main di Piala Dunia 2026: Pintu Tetap Terbuka, tetapi Ingat Umur

Messi Bicara Peluang Main di Piala Dunia 2026: Pintu Tetap Terbuka, tetapi Ingat Umur

Sports
Legenda Kritik Pemain Man United: Rashford Mengacau, Bruno Merusak

Legenda Kritik Pemain Man United: Rashford Mengacau, Bruno Merusak

Liga Inggris
Alasan Theo Hernandez Jadi Bek Tengah Milan

Alasan Theo Hernandez Jadi Bek Tengah Milan

Sports
Musim Gemilang Astra Honda Racing Team, Dominasi Kelas AP250 ARRC 2023

Musim Gemilang Astra Honda Racing Team, Dominasi Kelas AP250 ARRC 2023

Sports
Persib Vs PSM, Alasan Kuipers Ingatkan Maung Serius dan Hati-hati

Persib Vs PSM, Alasan Kuipers Ingatkan Maung Serius dan Hati-hati

Liga Indonesia
Pembelajaran Piala Dunia U17 dari Shin Tae-yong untuk Timnas Indonesia

Pembelajaran Piala Dunia U17 dari Shin Tae-yong untuk Timnas Indonesia

Timnas Indonesia
Kerja Keras dan Harapan Pebalap Indonesia Rheza Danica Usai Juara ARRC 2023

Kerja Keras dan Harapan Pebalap Indonesia Rheza Danica Usai Juara ARRC 2023

Sports
Lionel Messi Ungkap Alasan Pernah Sengaja Abaikan Robert Lewandowski

Lionel Messi Ungkap Alasan Pernah Sengaja Abaikan Robert Lewandowski

Liga Lain
Keluarga Pemain di Final Piala Dunia U17, Naik Ojol dan Bolos Kelas

Keluarga Pemain di Final Piala Dunia U17, Naik Ojol dan Bolos Kelas

Internasional
Persib Bandung Vs PSM, Hodak Siap Peluk Cium dan 'Matikan' Juku Eja

Persib Bandung Vs PSM, Hodak Siap Peluk Cium dan "Matikan" Juku Eja

Liga Indonesia
Jerman Juara Piala Dunia U17: Lempar Sepatu, Terima Kasih Indonesia

Jerman Juara Piala Dunia U17: Lempar Sepatu, Terima Kasih Indonesia

Internasional
Peluncuran Maskot Piala Asia 2023: Tarian Indonesia Bikin Bangga, Sajikan Lenggang Nyai dari Betawi

Peluncuran Maskot Piala Asia 2023: Tarian Indonesia Bikin Bangga, Sajikan Lenggang Nyai dari Betawi

Sports
Pengenalan Filosofi Baru Sepak Bola Jerman di Indonesia, Diikuti 150 Anak-anak

Pengenalan Filosofi Baru Sepak Bola Jerman di Indonesia, Diikuti 150 Anak-anak

Internasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com