Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Guru Kehidupan

Kompas.com - 28/06/2010, 12:03 WIB

Pengantar Redaksi: Tanggal 28 Juni 2010, bertepatan dengan ulang tahunnya yang ke-45, harian Kompas kembali memberikan penghargaan kepada lima cendekiawan berdedikasi. Penghargaan tahun ini diberikan kepada Advokat Adnan Buyung Nasution, Astronom Bambang Hidayat, Sejarawan RP Soejono, Sosiolog Sediono MP Tjondronegoro, dan Sosiolog Mely G Tan. Penghargaan serupa telah diberikan harian Kompas pada 2008 dan 2009. ___________________________________________________________

Age is opportunity no less…..

KOMPAS.com — Potongan puisi karya penyair AS, Henry Wadsworth Longfellow, itu rasanya tepat untuk mendeskripsikan Mely G Tan, PhD. Usia yang menapak 80 tahun pada tanggal 11 Juni itu tak menjadi halangan untuk terus bergerak, bahkan melakukan perjalanan jauh. Sendiri.

Tubuh yang diakui semakin rapuh diringankan oleh selera humornya yang tak sedikit pun melemah. Semangatnya terjaga, suaranya tetap bertenaga.

"Waktu usia 60, saya merasa usia 80 tahun itu sudah tua benar, ya. Tetapi, sekarang, setelah mencapai 80 tahun, rasanya biasa saja, tuh. Memang sih, lututnya terasa lebih sakit dibanding umur 40-an he-he-he…," tutur Mely, suatu petang di rumahnya di kawasan Jakarta Selatan, yang semarak dengan rangkaian bunga dari teman-temannya.

Akhir bulan Maret lalu, ia berangkat ke AS untuk menengok kakaknya sambil menjemput adik laki-lakinya yang sudah enam bulan di sana. "Baru sekarang saya minta bantuan kursi roda di bandara," ujarnya.

"Sebenarnya masih bisa jalan, tetapi kan jauh sekali jalannya. Di Los Angeles, begitu turun pesawat, sudah ditunggu. Di imigrasi yang antre ada 1.500-an, bayangkan berapa jam. Tetapi, yang berkursi roda termasuk disabled, ada counter khusus, jadi cepat. Di luar sudah dijemput, langsung ke mobil, brrrr langsung deh ke rumah."

Tak pernah pensiun

Suasana di beranda terasa seperti petang ketika kami menjumpainya, Oktober tahun lalu, saat ia dianugerahi Nabil Award 2009 atas jasanya mengembangkan proses pembangunan bangsa Indonesia melalui penelitian, penerbitan karya-karya ilmiah, dan aktivitas lain yang memberikan pencerahan kepada publik.

Sosiolog terkemuka Indonesia berpangkat ahli peneliti utama itu merasa tak pernah pensiun meski sudah pensiun sejak tahun 1997 dari Pusat Penelitian Masyarakat dan Budaya Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (PMB-LIPI) setelah bekerja lebih dari 32 tahun. Ia masih terus bekerja dan meneliti. Karya-karyanya mengalir.

Halaman:
Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com