JAUH sebelum terbongkarnya kasus mutilasi dan pembunuhan berantai yang dilakukan Very Idam Henyansyah alias Ryan, sang ibu, Kasiatun (55), pernah diancam akan dibunuh oleh Ryan. Kasiatun dikejar-kejar Ryan yang memegang pisau.
Peristiwa itu terjadi ketika Ryan masih duduk di kelas III SMP Tembelang, Jombang, Jawa Timur, sekitar tahun 1995. Saat itu Kasiatun dan Akhmad baru saja membawa Ryan pulang dari RS Gatoel, Mojokerto. Ryan yang stres berat menjalani perawatan selama dua pekan di rumah sakit itu.
Fakta bahwa Ryan pernah mengancam akan membunuh ibu kandungnya itu disampai-kan Kasiatun seusai menjalani pemeriksaan di Polres Jombang, Minggu (27/7). "Anaknya keras, kadang diam, kadang marah-marah," ujarnya.
Dengan berlinang air mata, pada kesempatan itu Kasiatun meminta maaf kepada keluarga korban kekejian anaknya. "Saya menyesal sekaligus minta maaf kepada keluarga korban dan masyarakat," katanya. Kasiatun datang ke Mapolres bersama suaminya, Akhmad (62), dan Mulyo Wasis (42), kakak Ryan lain ayah.
Kasiatun mengaku, dirinya dan sang suami sama sekali tidak mengetahui pembunuhan yang terjadi di rumah mereka. "Kalau saya mengetahui tentu saya tidak berani masuk rumah," katanya.
Dia menduga, jika benar Ryan sering membawa tamu ke rumah itu pasti dilakukan pada saat dirinya dan sang suami pergi. "Biasanya pada hari Ahad saya dan suami pergi ke Sidoarjo," katanya.
Terkait orientasi seksual Ryan, Kasiatun mengatakan bahwa Ryan mulai berubah pada tahun 1990-an saat duduk di kelas III SMP. Perubahan itu terjadi setelah Ryan dirawat di RS Gatoel, Mojokerto, selama dua minggu. Setelah Ryan sembuh, imbuhnya, anak lelakinya itu jadi seperti perempuan. "Misalnya, memakai baju perempuan dan menari," tuturnya. Karakter Ryan yang seperti itu semakin menjadi-jadi saat Ryan SMA.
Seperti diberitakan, Ryan awalnya diketahui sebagai pelaku mutilasi Heri Santoso, warga Bekasi. Penyelidikan mendalam kasus mutilasi itu mengungkapkan bahwa Ryan juga pelaku pembunuhan atas empat orang, antara lain Ariel S Sitanggang, warga Cimanggis, Depok. Ariel dan tiga korban lainnya dihabisi dan dimakamkan di belakang rumah Ryan di Desa Jatiwates, Tembelang, Jombang.
Dijemput
Pada Minggu (27/7) sore, Ryan dan Novel, pacarnya, dijemput dari ruang tahanan Polda Metro Jaya oleh tim dari Polda Jawa Timur. Ryan kemudian dibawa ke Surabaya. Penjemputan Ryan ini dilakukan terkait pengakuan Ryan bahwa ada korban lain yang dikubur di bawah tempat tidur.
Ryan yang tangannya diborgol tiba di Gedung Direktorat Reskrim Polda Jatim pukul 17.00 dengan Kijang Innova bernopol L 1759 VF dan dikawal belasan anggota Reskrim Polda Metro Jaya dan Polda Jatim. Mobil tersebut diiringi dua mobil lain yang dinaiki belasan polisi.
Para wartawan yang menunggu kedatangan Ryan dan Novel terkecoh oleh seorang pria yang wajahnya ditutupi kain dan dikawal sejumlah petugas. Belakangan diketahui, pria yang wajahnya ditutupi kain itu adalah polisi.
Kepala Satuan I Pidana Umum Direskrim Polda Jatim Kompol Susanto mengatakan, Ryan dibawa kembali ke Surabaya untuk menunjukkan kuburan korban-korbannya. Sejauh ini polisi menduga ada korban kekejian Ryan yang belum ditemukan. Apalagi, polisi juga menerima tujuh laporan orang hilang. Hilangnya orang-orang itu diduga ada hubungannya dengan Ryan.
Kapolres Jombang AKBP M Khosim mengatakan, dari tujuh laporan orang hilang yang diterimanya, lima di antaranya diduga kuat terkait dengan Ryan. Mereka adalah Muhammad Ahsony (30), warga Desa Slawe, Kecamatan Tarik, Kabupaten Sidoarjo; Fauzi Suyanto (29), warga Nganjuk; Agustinus Setyawan alias Wawan (28), warga Jombang; serta Nanik Hidayati (28) dan putrinya, Silvia (3), warga Desa Kepuhkembeng, Peterongan, Jombang. Tiga nama terakhir disebut-sebut polisi pada awal terungkapnya kasus pembunuhan berantai oleh Ryan.
Menurut seorang petugas Polres Jombang, hilangnya Mohammad Ahsony (27) diduga kuat ada hubungannya dengan Ryan. Ahsony adalah karyawan PT Tjiwi Kimia, Sidoarjo. Pada Sabtu sore, Mujiana (27), istri Ahsony, melapor ke polisi bahwa suaminya tak kembali sejak September 2007.
Menurut Mujiana, suaminya pergi dengan sepeda motor Suzuki Thunder W 5454 GR. Kecurigaan Mujiana bahwa suaminya menjadi korban Ryan muncul ketika ia menerima kabar motor tersebut ditemukan di dekat rumah Ryan. Bahkan, motor tersebut kerap dipakai Mulyo Wasis, kakak tiri Ryan.
Akhmad, ayah Ryan, mengakui, dirinya mengambil motor Suzuki Thunder itu dari bengkel milik Tuwi. Polisi telah memeriksa Tuwi. Menurut polisi, Tuwi mengatakan bahwa motor itu ditinggal di bengkelnya pada satu hari saat Piala Eropa 2008 berlangsung.
"Saat itu saya sedang menonton pertandingan sepak bola antara Italia melawan Spanyol dalam kompetisi Euro 2008," kata petugas menirukan Tuwi. Pengakuan Tuwi menunjukkan bahwa pada Juni-Juli Ryan berada di Jombang, sedangkan Akhmad mengatakan Ryan meninggalkan Jombang pada April 2008. "Ayah Ryan menyembunyikan beberapa fakta, karena itu ia masih kami periksa," kata Kasat Reskrim Polres Jombang AKP Kasyanto. (Surya)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.