BANDUNG, KOMPAS.com - Bek Persib Bandung asal Filipina, Daisuke Sato, sudah setengah musim ini merasakan atmosfer sepak bola Indonesia di Liga 1 2022-2023.
Dalam dinamikanya, Daisuke berpandangan bahwa sepak bola Indonesia punya banyak fans fanatik yang luar biasa dalam mendukung tim kebanggaan di daerah mereka masing-masing.
Sang bek mengakui Indonesia punya potensi menjadi liga terbaik di Asia Tenggara berdasarkan pengalamannya berkompetisi di Liga Thailand yang punya peta persaingan ketat.
Namun, ia menyesali Tragedi Kanjuruhan di Malang pada awal Oktober 2022 yang membuat pengalamannya merumput di Tanah Air terasa pahit.
“Ketika pergi dari Jepang ke Asia Tenggara, saya tahu Persib memiliki suporter fanatik. Tentu, di sini ada atmosfer yang bagus,” kata Sato.
“Disayangkan ada beberapa insiden terjadi dan tentunya jika itu bisa dibenahi, semua akan tahu Indonesia adalah liga bagus dan punya potensi menjadi nomor satu di Asia Tenggara."
Bek berusia 28 tahun ini melanjutkan bahwa semua elemen di dalam sepak bola Indonesia harus belajar dari tragedi besar di Kanjuruhan.
Andai bisa memperbaiki itu, Sato meyakini industri sepak bola Indonesia akan lebih maju dan bergairah lagi.
“Tragedi jadi merusak itu, diharapkan pada masa yang akan datang bisa menjadi lebih baik karena negara ini punya potensi besar, investor besar, dan gairah besar untuk sepak bola,” tutur pemain yang punya keturunan Jepang ini.
Potensi-potensi tersebut yang menjadi pertimbangan Sato menerima perpanjangan kontrak di Persib hingga 2025.
Ia mengaku menikmati sepak bola Indonesia dengan segala aspek yang masih perlu pembenahan untuk membuat kompetisi di Liga Indonesia menjadi terbaik di Asia Tenggara.
Belajar Bahasa Indonesia
Sato pun mulai perlahan mempelajari Bahasa Indonesia. Ia mengutarkaan beberapa kata mirip dengan bahasa Filipina bahkan sangat hampir mirip dengan bahasa Malaysia.
Baginya, tidak terlalu sulit mempelajari Bahasa Indonesia dan ini akan menambah perbendaharaan bahasa yang bisa ia kuasai.
Selain bahasa Inggris, Sato juga menguasai Bahasa Filipina, Bahasa Jepang, dan Bahasa Belanda.
Ia pun menyelipkan sedikit Bahasa Sunda dalam bincang-bincang dengan awak media.
“Ya, sekarang sudah sedikit bagus selangkah demi selangkah. Saya kini belajar (bahasa Indonesia). Memang agak sedikit mirip dengan bahasa Filipina,” sebut Sato.
“Ketika datang ke sini, saya banyak memahami beberapa kata karena terdengar familiar. Mirip juga dengan bahasa Malaysia. Jadi, menurut saya tidak terlalu sulit.”
“Saya memang suka untuk belajar beberapa bahasa dan juga bisa bahasa Belanda. Terkait Bahasa Sunda, saya kini bisa katakan 'Bandung tiris',” ucapnya.
https://bola.kompas.com/read/2023/02/08/18271708/pandangan-bintang-asing-persib-terhadap-atmosfer-sepak-bola-indonesia