BANDUNG, KOMPAS.com - Hati Marc Klok membeku dan serba salah ketika mendapatkan kabar ratusan orang meninggal dalam tragedi Kanjuruhan.
Peristiwa kerusuhan terjadi usai pertandingan Arema FC vs Persebaya dalam laga pekan ke-11 Liga 1 2022-2023, Sabtu (1/10/2022) malam.
Ratusan jiwa tewas, diduga akibat paparan gas air mata yang dilepaskan polisi di dalam stadion.
Mereka meregang nyawa akibat berdesakan, juga sesak nafas. Malam itu seketika menjadi hari kelam untuk sepakbola Indonesia di mata dunia.
Klok sungguh-sungguh meyakini bahwa sepakbola sebenarnya tidak semengerikan seperti itu.
Melihat banyak korban berjatuhan, ia bersedih dan tegas menyerukan cukup sudah.
“Pesan yang ingin saya sampaikan adalah, cukup sudah. Ini tragedi yang besar saya pikir kita harus belajar dari peristiwa ini,” kata Klok.
“Peristiwa ini tidak boleh datang lagi di Indonesia, untuk suporter mereka harus belajar dan mengubah mindset dukungan mereka kepada tim,” papar gelandang Persib Bandung ini.
Dalam websitenya Klok juga menuliskan bahwa sepakbola semestinya menjadi alat pemersatu bangsa, yang bisa dinikmati seluruh kalangan.
Sepak bola adalah permain, suporter bisa merayakan kemenangan atau bahkan bisa menangis karena kekalahan.
Dari tragedi Kanjuruhan setiap suporter harus belajar menerima bagaimana pun hasil pertandingan yang dialami tim kebanggaannya masing-masing.
“Sepak bola adalah permainan, kita bisa menang, kita bisa kalah, kita bisa merayakan dan kita bisa menangis. Itulah keindahannya,” imbuh Klok.
“Saya sedih bahwa gairah indah sepak bola di sini sering diterjemahkan ke dalam emosi yang tak terkendali dan invasi lapangan,” sesal pemain yang juga menjadi skuad Timnas Indonesia ini.
Ia mencontohkan pertandingan derby Manchester di Liga Inggris yang bisa disaksikan dua kubu suporter.
Saat Manchester United kalah telak di babak pertama, banyak fans MU yang meninggalkan stadion.
Klok paham bagaimana kekecewaannya mereka memilih meninggalkan stadion daripada harus emosi berlebihan melihat timnya merana.
“Kalau lihat di dunia contoh Manchester City vs Manchester United, ini derby besar,” sebut Klok.
“Saat Manchester United kalah 4-0 di babak pertama, kenapa di sana suporter tidak masuk lapangan? Mereka pasti sedih dengan hasil itu tapi mereka memilih pulang di babak pertama kembali ke rumah untuk menjaga emosi mereka (meledak),” papar Klok.
“Tapi di sini di Indonesia suporter terlalu punya emosi untuk fight dengan manajemen, dengan pemain, dengan polisi, itu sebenarnya tidak usah,” tuturnya.
Tidak hanya suporter, seluruh elemen terkait di pertandingan juga harus berbenah.
Perbaikan sistem menjadi aspek yang harus diperbaiki agar kejadian-kejadian serupa tidak terulang lagi mencoreng sepakbola Indonesia.
“Saya tidak ingin menyalahkan siapa pun, tetapi saya pikir aspek yang harus menjadi fokus perbaikan adalah sistem, manajemen pertandingan, terutama keselamatan dan keamanan, harus menjadi fokus,” paparnya.
“Kita semua perlu memiliki pola pikir dan melihat semua orang dalam pertandingan; mulai dari para pemain, pelatih, ofisial pertandingan, hingga suporter sebagai manusia,” tegasnya.
“Sehingga kita benar-benar bisa saling menghormati. Jadi kita dapat melihat bahwa mereka memiliki keluarga, teman, dan orang yang dicintai di rumah,” bebernya.
https://bola.kompas.com/read/2022/10/06/20400018/sesal-dan-pandangan-gelandang-persib-marc-klok-atas-tragedi-kanjuruhan
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.