KOMPAS.com – Insiden tragis setelah pertandingan Arema FC vs Persebaya Surabaya dalam lanjutan Liga 1 2022-23 menjadi momentum perdamaian suporter di Indonesia.
Laga Arema FC vs Persebaya menyimpan duka mendalam. Betapa tidak? Duel bertajuk derbi Jatim itu menelan korban jiwa.
Berdasarkan laporan terakhir, terdapat 131 orang meninggal dunia, sedangkan ratusan lainnya menderita luka-luka.
Tentunya, kabar ini sangat menyedihkan bukan saja bagi dunia sepak bola Tanah Air, tetapi juga seluruh masyarakat Indonesia.
Ya, tragedi Kanjuruhan memang sangat menyedihkan. Sebab, satu pertandingan sepak bola tidak pernah sebanding dengan nyawa manusia.
Ini memang bukan kali pertama sepak bola Indonesia berduka. Sebelumnya, sejumlah suporter juga meninggal dunia, yang penyebab utamanya karena rivalitas tim kesayangannya.
Oleh karena itu, ribuan suporter dari berbagai Pulau Jawa menjadikan insiden tragis kerusuhan Kanjuruhan sebagai momentum menyudahi rivalitas.
Pertemuan itu berlangsung di halaman parkir Stadion Mandala Krida, Yogyakarta, pada Selasa (4/10/2022).
Rangkaian perjumpaan itu diawali dengan salat gaib dan doa bersama buat para korban di Kanjuruhan. Lalu, diakhiri dengan penyalaan lilin sebagai simbol perdamaian.
“Kami akan membuat sejarah bahwa kami suporter yang hadir pada malam hari ini akan menghentikan semua kebencian-kebencian yang ada di dalam hati kita,” ujar Presiden Brajamusti Yogyakarta, Muslich Burhanuddin, saat berorasi, dikutip dari Antara.
Thole, sapaan akrab Burhanuddin, meminta kepada suporter yang hadir untuk menjadikan tragedi Kanjuruhan sebagai langkah perdamaian.
“Kita akan mewariskan hal-hal positif kepada seluruh suporter menjadikan tragedi Kanjuruhan sebagai titik tolak untuk bersatu memajukan sepak bola Indonesia,” kata dia.
Adapun suporter yang hadir adalah Brajamusti dan The Maident (Yogyakarta), Perserbumi (Bantul), Slemania dan Bcs (Sleman), Pasoepati, Ultras, dan GK Samber (Solo).
Lalu, Panser Biru dan Snex (Semarang), Aremania (Malang), Bonek (Surabaya), The Jakmania (Jakarta), Bobotoh dan Viking (Bandung).
Selain itu, hadir pula sejumlah elemen suporter dari Medan dan Makassar.
Ketua Ummum Asprov PSSI DIY, Syauqi Soeratno, menuturkan bahwa perdamaian suporter itu bakal membuka lembaran baru buat sepak bola Indonesia.
“Semoga malam ini menjadi titik tolak untuk bangkit menjadi lebih baik ke depan,” ujar Syauqi Soeratno.
“Semoga Piala Dunia tidak dipindahkan dari Indonesia, semoga timnas kita terus berjaya, sehingga masuk Pial Dunia dan semoga sepak bola Indonesia kelak menjadi referensi sepak bola dunia,” ucapnya.
https://bola.kompas.com/read/2022/10/05/08400028/tragedi-kanjuruhan-jadi-momentum-damai-suporter-hentikan-kebencian