MALANG, KOMPAS.com - Kiper asing Arema, FC Adilson Maringa, berdukacita atas kerusuhan yang terjadi pada pekan ke-11 Liga 1 2022-2023 setelah laga kontra Persebaya di Stadion Kanjuruhan.
Kerusuhan pecah dan berujung tragedi usai laga Liga 1 2022-2023 antara Arema FC vs Persebaya di Stadion Kanjuruhan, Kepanjen, Kabupaten Malang, Sabtu (1/10/2022) malam.
Atmosfer mencekam itu pertama kali dirasakan kiper Arema FC, Adilson Maringa, sepanjang karier sebagai seorang pesepak bola profesional.
“Ya ini adalah pertama kalinya dalam hidup saya. Kami masih merasakan panik saat ini. Saya bahkan tidak tahu harus mengatakan apa. Saya syok,” kata kiper asal Brasil ini.
“Saya harap saya bisa melakukan sesuatu, begitu pula FIFA yang mengurus sepak bola. Tapi saya rasa, ini seperti bukan sepak bola,” kata Adilson Maringa.
Pada laga bertajuk derbi Jawa Timur tersebut, Adilson Maringa tampil 90 menit. Dalam pertandingan tersebut tim berjuluk Singo Edan harus mengakui kekalahan 2-3 dari Persebaya Surabaya.
Ia hanya bisa tertunduk lesu sesudah bertanding di lapangan Kanjuruhan.
Dalam sejumlah video amatir yang beredar, Adilson Maringa tampak diserbu para penton yang turun dari tribun. Kiper berusia 30 tahun itu mendapat pelukan hangat dari sejumlah penonton.
“Sepak bola itu adalah ketika kami bermain di lapangan dan suporter memberikan dukungannya. Mereka bisa menikmati setiap kemenangan dan tentu saja mereka bisa protes kalau kalah. Tapi yang terjadi seperti bukan sepak bola,” ucapnya.
Selepas dikerubungi suporter, Adilson Maringa melenggang masuk ke dalam ruang ganti. Sama seperti anggota tim lainnya, ia tidak tahu persis apa yang terjadi terjadi di dalam lapangan begitu ofisial kedua tim telah masuk ke dalam ruangan.
Ia menjelaskan ketika berada di ruang ganti, ada sejumlah penonton yang masuk ke ruang yang harusnya dikhususkan kepada tim Arema FC.
Kondisi para penonton itu tidak baik. Hal yang semakin membuat Adilson Maringa panik adalah beberapa dari mereka kehilangan nyawa di hadapannya.
“Ada yang bilang kalau ada tujuh atau delapan yang meninggal, tetapi saya hanya melihat tiga orang. Itu yang membuat saya panik,” kata kiper berusia 32 tahun itu.
“Saya rasanya menangis melihat hal tersebut di depan mata saya. Saya hanya bisa menyampaikan dukacita kepada para keluarga korban yang ditinggalkan,” katanya.
Untuk saat ini, Adilson Maringa belum tahu apa yang akan dilakukan oleh tim. Kepastian penundaan kompetisi membuat para pemain, termasuk dirinya, hanya akan menunggu keputusan selanjutnya yang akan diambil oleh federasi.
https://bola.kompas.com/read/2022/10/03/18000088/adilson-maringa-menangis-lihat-fan-arema-meninggal-di-depan-mata