MALANG, KOMPAS.com - Arema FC tengah dihadapkan dengan ujian berat karena kerusuhan yang terjadi di Stadion Kanjuruhan Kepanjen, Kabupaten Malang, Sabtu (1/10/2022) malam pada laga pekan ke-11 yang bertajuk Derbi Jawa Timur melawan Persebaya Surabaya.
Dilaporkan 129 orang meninggal dunia, 80 orang lainnya sedang dirawat intensif di rumah sakit.
Korban berjatuhan akibat sesak napas karena menghirup gas air mata serta terinjak-injak suporter lain yang panik menyelamatkan diri.
Kejadian ini ini menjadi bencana terkelam dalam sejarah persepakbolaan Indonesia.
Manajemen Arema FC menyampaikan dukacita mendalam atas insiden yang tidak pernah dibayangkan sebelumnya ini.
"Arema FC menyampaikan duka mendalam atas musibah di Kanjuruhan. Manajemen Arema FC turut bertanggung jawab untuk penanganan korban baik yang telah meninggal dunia dan yang luka-luka," kata Ketua Panpel Arema FC, Abdul Haris.
Sebagai tindak lanjut, manajemen Arema FC juga akan membentuk Crisis Center atau Posko Informasi korban. Posko ini dibentuk untuk menghimpun semua informasi sehingga diharapkan memudahkan keluarga korban untuk melacak keberadaan anggota keluarganya.
"Manajemen juga akan membentuk crisis center atau posko informasi yang menghimpun dan menerima laporan untuk penanganan korban yang dirawat di rumah sakit," katanya.
Abdul Haris mewakili seluruh jajaran manajemen Arema FC menyampaikan permohonan maaf sebesar-besarnya kepada keluarga korban.
"Kepada keluarga korban manajemen Arema fc memohon maaf sebesar besarnya serta siap memberikan santunan. Manajemen siap menerima saran masukan dalam penanganan pasca musibah agar banyak yang diselamatkan," ucap Abdul Haris.
Sementara itu, tragedi ini menjadi duka seluruh penikmat sepak bola nasional.
PSSI memutuskan untuk menunda Liga 1 2022-2023 selama sepekan ke depan dan mengadakan investigasi terhadap bencana ini.
https://bola.kompas.com/read/2022/10/02/13253768/tragedi-kanjuruhan-arema-fc-siap-beri-santunan-dan-buka-crisis-center