Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Banjir Pujian, Sejauh Apa Stadion Gelora Bung Tomo Berubah untuk Piala Dunia U20?

SURABAYA, KOMPAS.com - Stadion Gelora Bung Tomo (SGBT) Surabaya berhasil membuat delegasi FIFA berdecak kagum saat melakukan peninjauan lapangan pada Minggu (18/9/2022), di sela-sela pertandingan ketiga Grup F kualifikasi Piala Asia U20 2023.

Peninjauan FIFA tersebut dalam rangka melihat kesiapan stadion kebanggaan masyarakat Kota Surabaya itu sebagai satu dari enam pilihan venue Piala Dunia U20 2023.

Saat diajak berkeliling didampingi perwakilan PSSI dan Pemkot Surabaya, delegasi FIFA mengaku kagum dengan pesatnya perkembangan stadion yang terletak di daerah Benowo tersebut.

Dua perkembangan yang paling menjadi sorotan adalah soal penanganan bau sampah dan akses jalan.

“FIFA menyampaikannya progresif. Dua bulan lalu mereka ada disini tiba-tiba jalannya sudah selesai. Aroma tidak sedap juga hilang,” ujar Sekjen PSSI Yunus Nusi.

“Mereka kaget juga dibuat seperti apa sehingga seperti ini pembangunannya,” imbuhnya.

Pemerintah Kota Surabaya benar-benar totalitas membuat SGBT sebagai stadion yang terpandang di mata FIFA.

Semenjak ditunjuk sebagai salah satu venue Piala Dunia U20 pada 2020, Pemerintah Kota Surabaya membuat perubahan yang sangat besar.

Sebelum tersentuh renovasi persiapan Piala Dunia U20, SGBT adalah stadion megah yang sudah sesuai standar nasional. Stadion yang dibangun di kawasan Surabaya Sport Center tersebut menjadi tempat Persebaya Surabaya menjamu lawan-lawannya di kompetisi sepak bola Indonesia.

Supaya sesuai dengan standar FIFA komponen stadion mendapatkan revitalisasi. Mulai dari sistem drainase dilakukan peremajaan untuk lebih maksimal menyerap air. Rumput lapangan diganti dengan jenis Zoysia Japonica yang digunakan juga di stadion Eropa.

Kualitas lampu ditingkatkan hingga berkekuatan 2.400 lux. Kursi penonton juga diganti ke single seat dengan kapasitas mencapai 46.800 penonton.

Namun, kekurangan SGBT yang paling mendapatkan perhatian adalah masalah akses jalan dan juga masalah bau.

SGBT dibangun di atas tanah yang dikelilingi oleh rawa-rawa dan tanah basah. Dulu hanya memiliki dua akses dan sangat sempit.

Hampir bisa dipastikan setiap pertandingannya selalu terjadi kemacetan pada semua jalan akses ke stadion. Bahkan, karena sulitnya akses masuk, pada laga-laga bigmatch ada penonton yang memarkir kendaraannya empat kilometer dari lokasi.

Masalah bau juga masalah klasik yang selalu menjadi keluhan saat datang ke SGBT. Bau tersebut berasal dari Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Benowo seluas 37,4 hektar. Karena banyak dan luas, bau sampah dari TPA Benowo bisa tercium sampai radius 5 km saat terbawa angin.

TPA Benowo ini sudah berdiri sejak 2001, jauh sebelum SGBT diresmikan pada 2010 silam. Selain itu, sejak 2015 juga berdiri Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSa) yang diklaim pertama dan terbesar di Indonesia.

Karenanya, masalah bau sampah ini tidak bisa diselesaikan dengan cara relokasi. Namun, dua tantangan besar tersebut tak mengendurkan semangat Pemkot Surabaya untuk menjadikan SGBT tuan rumah Piala Dunia U20. Bahkan, dua tantangan tersebut justru dihadapi dengan totalitas yang sangat luar biasa.

Untuk menyelesaikan masalah akses kedalam stadion, Pemkot Surabaya melakukan pelebaran jalan dengan menguruk tanah rawa. Jalur baru pun dibangun sehingga kini ada tiga jalan utama menuju ke SGBT.

Selain itu, untuk kenyamanan peserta, dibangun pula jalan tol baru yang memudahkan bus tim peserta keluar masuk ke stadion. Tak lupa skema lalu lalu lintas juga disesuaikan kembali supaya mencegah kemacetan.

“Info dari staf saya, tidak sampai satu jam keluar masuk lancar dengan jumlah 30.000 suporter. Tidak sampai macet. Itu bagian yang diharapkan FIFA untuk Piala Dunia U-20,” kata Yunus Nusi.

Sementara mengenai masalah bau sampah, Pemkot Surabaya sampai meminta bantuan ahli dari dinas terkait dan civitas akademik.

Semua langkah solutif untuk menetralisasi bau pun dilakukan, mulai dari cara alami dengan melakukan penanaman ribuan pohon di sekitar TPA Benowo.

Ada pula yang menggunakan teknologi penanggulangan sampah seperti methan capture, menyemprot sampah dengan bakteri mikroorganisme, dan memasang geomembran.

Hasilnya, bau sampah sudah tidak tercium lagi di dalam stadion. FIFA dan PSSI begitu kagum dengan perkembangan pesat dan sangat istimewa itu.

“Itulah pekerjaan wali kota yang berharap masyarakat Surabaya dan Jatim menyaksikan Piala Dunia di Jatim dan Surabaya tahun depan,” pungkasnya.

https://bola.kompas.com/read/2022/09/21/16000098/banjir-pujian-sejauh-apa-stadion-gelora-bung-tomo-berubah-untuk-piala-dunia-u20

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke