KOMPAS.com - Mantan pemilik Chelsea, Roman Abramovich, dilaporkan keracunan ketika menjalankan tugasnya sebagai negosiator perdamaian Rusia dan Ukraina pada awal Maret lalu.
Rumor itu kali pertama dikabarkan oleh Wall Street Journal pada Selasa (29/3/2022) dini hari WIB.
Roman Abramovich mulai bekerja sebagai negosiator perdamaian Rusia-Ukraina sekitar empat hari setelah perang kedua negara itu pecah pada 24 Februari 2022.
Dikutip dari BBC, Roman Abramovich dan beberapa negosiator perdamaian kedua negara mengadakan pertemuan di Ibu Kota Ukraina, Kyiv, pada 3 Maret 2022.
Pada momen pertemuan itulah, Roman Abramovich diduga mendapatkan serangan racun.
Belum diketahui secara pasti bentuk serangan tersebut.
Beberapa media Eropa seperti GOAL dan Sky Sports melaporkan serangan yang diterima Abramovich kemungkinan besar berasal dari senjata kimia atau penggunaan radiasi gelombang mikro.
Dikutip dari BBC, Abramovich dan dua negosiator lainnya yang menjadi korban hanya memakan coklat dan air mineral dalam pertemuan di Kyiv.
Abramovich dikabarkan bukan satu-satunya korban dari serangan tersebut.
Terdapat dua delegasi atau negosiator lain, termasuk anggota parlemen Ukraina, Rustem Emerov, yang juga menjadi korban.
Menurut Wall Street Journal, pelaku dari serangan tersebut diduga adalah agen atau kelompok garis keras Rusia yang ingin menggaggu proses perdamaian kedua negara.
Adapun kelompok jurnalisme investigasi Bellingcat mengatakan bahwa tujuan dari serangan racun tersebut kemungkinan besar hanya untuk memberi rasa takut kepada korban.
Sebab, dosis atau jenis racun yang digunakan untuk menyerang Abramovich dan negosiator lainnya tidak mengancam nyawa.
Meski demikian, Abramovich dikabarkan menderita radang mata hingga pengelupasan kulit tangan dan wajah setelah pertemuan di Kyiv pada awal Maret lalu.
Dua negosiator lainnya dikabarkan juga menderita gejala serupa.
Meski demikian, kondisi Abramovich dikabarkan sudah berangsur membaik.
BBC bahkan menyebut Abramovich tetap ingin menjalankan tugasnya sebagai negosiator perdamaian Rusia-Ukraina meski baru saja menjadi korban serangan racun.
Selama bertugas sebagai negosiator perdamaian Rusia-Ukraina, Abramovich dikabarkan sangat sering melakukan perjalanan ke Moskow, Kyiv, dan Turki.
Abramovich dikabarkan juga sudah pernah bertemu dengan Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky.
Adapun Abramovich sudah resmi melepas kepengurusan Chelsea kepada yayasan klub pada 27 Februari 2022 atau tiga hari setelah invasi Rusia ke Ukraina dimulai.
Tiga hari berselang atau pada 3 Maret 2022, Abramovich secara terbuka menyatakan resmi menjual Chelsea.
Tepat pada 10 Maret 2022, Roman Abramovich dicekal oleh Pemerintah Inggris.
Sanksi tersebut membuat seluruh aset milik Roman Abramovich di Inggris Raya dibekukan.
Abramovich juga dilarang melakukan perjalanan hingga transaksi dengan pihak individu atau mejalankan bisnis di Inggris Raya.
Tiga peristiwa di atas terjadi karena Abramovich dianggap sebagai salah satu oligarki Rusia yang memiliki hubungan dekat dengan Presiden Vladimir Putin.
Abramovich juga dianggap berperan terhadap invasi Rusia ke Ukraina.
Adapun sanksi Pemerintah Inggris terhadap Abramovich juga memengaruhi operasional Chelsea.
Chelsea memang masih diperbolehkan untuk berkompetisi.
Namun, Chelsea kini dilarang menjual merchandise, tiket pertandingan, hingga tidak boleh melakukan aktivitas transfer pemain.
Anggaran Chelsea untuk menyelenggarakan pertandingan kandang dan melakukan perjalanan tandang juga dibatasi.
Setelah dilepas Abramovich, Chelsea sampai saat ini masih belum mendapatkan pemilik baru.
Proses jual-beli Chelsea saat ini ditangani oleh sebuah bank asal New York, Amerika Serikat, Raine Group.
Dalam perkembangan terkini, Raine Group dikabarkan segera mengemumkan hasil seleksi calon pembeli Chelsea yang sudah mengajukan penawaran.
https://bola.kompas.com/read/2022/03/29/05200018/abramovich-diduga-keracunan-saat-bertugas-sebagai-negosiator-perdamaian-rusia