JAKARTA, KOMPAS.COM - Kiper legendaris timnas Indonesia, Kurnia Sandy ikut berkomentar mengenai insiden benturan yang membuat penjaga gawang Persik Kediri, Adi Satryo, terkapar tak sadarkan diri di lapangan.
Kiper yang sudah makan asam garam dunia sepak bola itu mengatakan benturan yang terjadi memang menjadi konsekuensi dari seorang penjaga gawang.
Saat kiper memutuskan terjun menjemput bola, maka seorang dia juga sudah siap dengan resiko benturan semacam ini.
“Itu risiko seorang kiper. Setiap aksi yang dia lakukan hampir dipastikan selalu berbenturan. Entah dengan lawan, kawan, bahkan tiang gawang pun harus dia terima,” ujar Kurnia Sandy kepada Kompas.com, Minggu (9/1/2021).
Adapun insiden yang menimpa Adi Satryo terjadi pada saat Persik Kediri menghadapi Borneo FC, di Stadion I Wayan Dipta, Sabtu (8/1/2022) malam.
Insiden tersebut terjadi pada menit ke-88, Adi Satryo coba menghalau umpan silang Borneo FC.
Sayangnya, bola terlepas dan menjadi liar di depan gawang Persik.
Saat berupaya mengantisipasi bola liar, kepala mantan kiper PSS Sleman itu pun kemudian terkena tendangan Kei Hirose.
Akibatnya, Adi Satryo terkapar kehilangan kesadaran dan harus dilarikan kerumah sakit menggunakan ambulans.
Berdasarkan pengamatan Kurnia Sandy, insiden ini murni musibah. Dia tidak melihat sebuah kesengajaan yang terjadi.
Memang Kei Hirose melakukan tendangan, tetapi itu dimaksudkan untuk menyelesaikan peluang.
Sementara itu, keputusan Adi Satryo untuk terjun langsung ke arah bola pun tidak bisa disalahkan karena itu bentuk totalitas kiper untuk mengamankan gawangnya.
Namun, Kurnia Sandy menilai, insiden ini seharusnya dapat dihindari jika pemain lebih bisa melihat kondisi dan situasi.
“Itu murni musibah yang tidak disengaja, bola lepas dan kiper berusaha recovery, tetapi bola bertepatan dengan posisi lawan yang akan menendang,” tutur pria yang kini menjadi pelatih kiper di Tim Nasional Wanita Indonesia itu.
“Dalam momen tersebut masing-masing susah untuk dihindari,” imbuhnya.
Untuk menghindari kejadian serupa, Kurnia Sandy mengingatkan kembali kesadaran masing-masing pemain mengenai keselamatan.
Sebab, hal-hal yang terjadi di dalam lapangan sangat spontan dan sulit diprediksi.
Oleh karena itu, hanya pemain yang bisa mengendalikan insiden di lapangan.
“Namun, kembali lagi, mungkin kesadaran atau edukasi dari pribadi masing-masing pemain saja yang perlu diingatkan kembali perihal saling menjaga sesama profesi,” ujar Kurnia Sandy.
Selain itu, untuk menekan risiko yang lebih besar, seluruh anggota tim dan perangkat pertandingan harus diberikan edukasi lebih lanjut.
Sebab, bagaimanapun, benturan fisik dalam sepak bola tidak bisa terhindarkan.
“Edukasi bagi seluruh pemain dan perangkat perangkat pertandingan juga diperlukan," kata dia.
"Mereka harus mempelajari tentang pertolongan pertama bila ada kasus pemain tidak sadarkan diri akibat benturan.”
“Dan yang pasti kesigapan tim medis di lapangan,” tutur kiper legendaris timnas Indonesia itu lagi.
https://bola.kompas.com/read/2022/01/09/22000018/kata-kurnia-sandy-soal-indisiden-kiper-persik--itu-risiko-penjaga-gawang