Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Deretan Kontroversi Wasit di Semifinal Piala AFF 2020

Sebelumnya, wasit telah menjadi perhatian dalam laga fase grup, dengan salah satu yang menyita perhatian kala duel timnas Indonesia vs Malaysia.

Pada laga pamungkas Grup B itu, wasit Ammar Ebrahim Mahfoodh yang memimpin pertandingan membuat sejumlah keputusan kontroversial.

Kepimpinan sang pengadil asal Bahrian itu pun merugikan kubu timnas Indonesia dan Malaysia.

Kini, kualitas wasit di Piala AFF 2020 kembali dipertanyakan menyusul keputusan-keputusan kontroversial pada laga leg pertama semifinal.

Tak hanya satu pertandingan, hal ini terjadi dalam dua partai leg pertama semifinal antara Singapura vs Indonesia dan Vietnam vs Thailand.

Berikut deretan kontroversi wasit di semifinal Piala AFF 2020:

Momen itu terjadi pada menit ke-77 saat gelandang timnas Indonesia, Ricky Kambuaya, melakukan penetrasi ke area pertahanan Singapura. 

Saat berupaya masuk kotak penalti, Ricky Kambuaya langsung dijegal oleh bek timnas Singapura Nazrul Nazari. 

Sekilas, pelanggaran terhadap Ricky Kambuaya terjadi tepat di garis kotak penalti, tetapi dalam tayangan ulang tak demikian. 

Pemain Persebaya Surabaya itu jelas terlihat dijatuhkan oleh Nazrul Nazari di dalam kotak penalti Singapura.

Komentator pertandingan bahkan menilai bahwa insiden tersebut seharusnya berbuah penalti untuk timnas Indonesia.

"Seharusnya penalti (untuk Indonesia)," kata komentator pertandingan Singapura vs Indonesia. 

"Singapura sangat beruntung karena tak ada Video Assistant Referee (VAR). Pelanggaran itu seharusnya menjadi penalti untuk Indonesia," imbuh sang komentator. 

Namun, wasit Kim Hee-gon yang memimpin laga Singapura vs Indonesia memiliki pandangan lain. Dia hanya memberikan tendangan bebas untuk skuad Garuda.

Tendangan bebas lalu diambil oleh Evan Dimas dan hanya membentur pagar hidup timnas Singapura. Skuad Garuda tak mampu menambah gol dan laga berimbang 1-1.

Pelanggaran Keras Nur Adam dan Pratama Arhan

Pada menit ke-15, laga Singapura vs Indonesia, terdapat pelanggaran keras saat lutut bek kiri Singapura, Nur Adam Abdullah, mengenai dada Witan Sulaeman.

Akan tetapi, wasit Kim Hee-gon hanya memberikan kartu kuning kepada Nur Adam. 

Tidak berhenti sampai situ, insiden keras lagi terjadi pada menit ke-34. 

Kali ini, timnas Singapura yang dirugikan wasit setelah Song Ui-yong dilanggar keras oleh Pratama Arhan.

Berdasarkan tayangan ulang, Pratama Arhan mengangkat kaki terlalu tinggi hingga mengenai bagian wajah Song Ui-yong.

Beruntung bagi Garuda, seperti halnya pelanggaran keras Nur Adam, Pratama Arhan hanya diganjar kartu kuning.

Pada menit ke-84, timnas Thailand mendapatkan hadiah penalti dan berpeluang memperlebar skor menjadi 3-0.

Namun, tendangan Chanathip Songkrasin yang mengarah ke tengah dapat ditepis oleh kiper timnas Vietnam, Tran Nguyen Manh.

Situasi ini juga menjadi kontroversi karena dalam tayangan ulang, kaki Nguyen Manh tak menyentuh garis gawang saat bergerak menghalau bola.

Aksi Nguyen Manh jelas patut diulang karena melanggar aturan dalam Laws of the Game 2021/22 Pasal 14 soal tendangan penalti.

Poin pertama Pasal 14 menyebutkan dengan spesifik bahwa "Seorang kiper harus tetap di garis gawang, menghadap kiper, di antara tiang gawang, tanpa menyentuh tiang, mistar, atau jaring gawang hingga bola telah ditendang."

Ketika bola ditendang, seorang kiper harus mempunyai setidaknya satu kaki menginjak, atau segaris, dengan garis gawang.

Apabila seorang kiper melakukan pelanggaran dan bola dapat dicegah oleh sang kiper, maka harus tendangan diulang.

Akan tetapi, wasit Saoud Al-Abda tidak melihat demikian dan meneruskan laga. Thailand kemudian tetap memenangkan laga dengan skor 2-0.

Kejadian kontroversial di laga Vietnam vs Thailand juga terjadi saat Ha Duc Chinh mendapat bola terobosan di dalam kotak penalti untuk sebuah kesempatan besar depan gawang pada menit ke-70.

Ha Duc Chinh dianggap telah berada dalam posisi offside saat menerima umpan terobosan dari Nguyen Quang Hai tersebut.

Namun, siaran ulang menunjukkan Duc Chinh berada dalam posisi sangat onside. Untung saja, peluang tersebut tidak berbuah gol dan para ofisiel terhindar dari kesalahan memalukan jika gol tersebut berdiri.

Handball Weerathep Pomphan

Pada masa injury time laga Vietnam vs Thailand, terdapat momen saat gelandang Thailand, Weerathep Pomphan, menyentuh bola dengan tangannya di kotak terlarang.

Namun, Vietnam tak mendapatkan penalti karena wasit Saoud Ali Al-Adba menilai insiden itu bukan handball.

Padahal, dalam tayangan ulang terlihat jelas bola mengenai tangan setelah sang pemain salah mengontrol bola dengan kakinya.

Alhasil, sang juara bertahan pun kehilangan kesempatan besar untuk memperkecil kedudukan sebagai modal jelang laga leg kedua.

Meski Saoud Ali Al-Adba membuat keputusan kontroversial, keputusan wasit tepat karena berdasarkan peraturan Laws of the Game yang baru, tak semua bola yang mengenai tangan pemain non kiper di kotak penalti merupakan pelanggaran.

Salah satu syaratnya adalah apabila bola menyentuh tangan/lengan pemain tersebut langsung dari kepala atau bagian tubuh pemain itu sendiri (termasuk kaki).

Kasus ini seperti yang menimpa Asnawi Mangkualam pada akhir-akhir laga Kualifikasi Piala Dunia 2022 antara Indonesia dan Thailand pada awal Juni.

Kartu Kuning Kiper Thailand

Sang wasit juga telah membuat keputusan tepat terhadap pelanggaran kiper Thailand, Chatchai Bootprom.

Momen itu terjadi ketika Chatchai Bootprom diganjar kartu kuning pada menit ke-44 .

Saat Thailand unggul 2-0, lini pertahanan mereka agak lengah sehingga pemain Vietnam mampu melepas umpan terobosan yang dikejar Nguyen Van Toan.

Setelah itu, Chatchai keluar dari luar kotak penalti dan menjatuhkan Van Toan dengan menarik bajunya. 

Lalu, dia menjatuhkan diri untuk menangkap bola yang masih berada di area luar kotak penalti.

Ini juga sempat menjadi kontroversi karena Chatchai dianggap bisa menerima kartu merah.

Namun, keputusan wasit Saoud Ali Al-Adba lagi-lagi dianggap sudah tepat (kartu kuning) sesuai Laws of the Game .

Pasalnya, Chatchai bukan pemain terakhir saat menjatuhkan Van Toan. Berdasarkan tayangan ulang, ada dua pemain Thailand lainnya di sekitar Van Toan dan sang kiper.

Belum lagi, pemain Vietnam tersebut berlari menjauhi gawang Thailand.

Van Toan dalam posisi yang tak menguntungkan sehingga Chatchai sudah tepat diberikan kartu kuning.

Adapun insiden Chatchai yang kemudian menangkap bola dengan tangannya tak diganjar karena wasit telah meniup peluit saat dia menarik Van Toan.

Menurut Shin Tae-yong, sesalah apa pun keputusan wasit yang memimpin pertandingan, tetap harus dihormati.

"Saya belum lihat cuplikannya, jadi saya tidak tahu apakah itu penalti atau bukan," tutur Shin Tae-yong.

"Namun, jika wasit memang membuat keputusan yang salah di lapangan, kita tetap harus menghargainya," imbuhnya.

Di sisi lain, pelatih Vietnam Park Hang-seo enggan berkomentar banyak soal wasit dalam Vietnam vs Thailand dan memilih untuk fokus untuk semifinal leg kedua.

"Saya tak ingin membicarakan wasit lagi sekarang. Semoga, jika dia (wasit) punya kesempatan, dia bisa menyaksikan laga ini kembali," ujar Park Hang-seo.

"Walaupun kalah 0-2, pemain saya bermain bagus dan berjuang keras. Sekarang kami harus fokus untuk pertandingan berikutnya."

Akibat dari sederet keputusan kontroversial ini, Park Hang-seo pun mendesak penyelenggara Piala AFF untuk menggunakan VAR. 

"Sekarang, tren turnamen di seluruh dunia telah menggunakan VAR untuk membantu wasit," kata Park Hang-seo.

"Kami banyak mendapatkan sponsor, VAR seharusnya dipakai pada turnamen ini. Teknologi ini memungkinkan wasit membuat keputusan tepat," tuturnya.

https://bola.kompas.com/read/2021/12/24/11123658/deretan-kontroversi-wasit-di-semifinal-piala-aff-2020

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke