Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Kartu Merah, Batu Sandungan Arema FC untuk Raih Poin Penuh

MALANG, KOMPAS.com - Arema FC menutup seri kedua Liga 1 2021 dengan beberapa catatan.

Salah satunya adalah kartu merah yang kerap menjadi batu sandungan untuk memetik poin penuh.

Hingga pekan ke-11 Liga 1 2021-2022, Arema FC "mengoleksi" 23 kartu kuning, 2 kartu merah tidak langsung (dua kartu kuning), dan 1 kartu merah langsung. 

Kartu merah pertama didapatkan Jayus Hariono pada menit ketiga laga pekan pertama melawan PSM Makassar. Beruntung, Arema FC bisa menguasai keadaan dan memaksa laga imbang 0-0. 

Kartu Merah kedua didapatkan Kushedya Hari Yudo saat pertandingan pekan keenam melawan Persija Jakarta. 

Kushedya Hari Yudo mendapatkan kartu kuning kedua karena dianggap diving pada menit ke-69 setelah mendapat kartu kuning pada menit ke-61 karena pelanggaran keras.

Akibatnya, Persija mengambil alih keadaan dan nyaris membuat laga berakhir imbang. Laga tersebut berakhir dengan kemenangan tipis Arema FC 0-1.

Kartu merah terakhir didapatkan Dendi Santoso saat laga Derbi Jawa Timur melawan Persebaya Surabaya di penutup seri 2.

Terbawa tensi pertandingan, winger 31 tahun itu melakukan dua kali pelanggaran keras berujung kartu kuning dalam kurun waktu kurang dari 1 menit.

Akibatnya, Dendi Santoso harus mandi lebih cepat pada menit ke-54, meninggalkan rekan-rekannya bermain dengan 10 pemain.

Dendi Santoso pun mendulang kritik sebab tindakannya dirasa tidak perlu, apalagi tim sedang dalam keadaan unggul 2-1.

Setelah kartu merah itu, Arema FC "kehilangan" kekuatannya. Ritme pertandingan diambil alih Persebaya yang kemudian berhasil menyamakan kedudukan pada menit ke-70.

Namun, apa yang sudah terjadi di lapangan sudah tidak bisa diubah kembali. Begitu kira-kira yang ingin pelatih Eduardo Almeida katakan.

Pelatih asal Portugal tersebut juga tidak tutup mata banyak kerugian yang tim dapatkan karena kartu merah.

Namun, dia tidak mau menyalahkan pemain karena menurut dia apa yang terjadi di dalam lapangan merupakan bagian dari drama sepak bola.

"Tanpa mengurangi rasa hormat, saya melihat beberapa pemain lain membuat pelanggaran, tetapi tidak diganjar dengan kartu. Namun, kami akan menerima keputusan dari wasit," ujar Eduardo.

"Saya tidak akan mengomentari keputusan wasit dan tidak juga mengomentari kepemimpinan wasit pada laga ini (melawan Persebaya)," katanya.

"Namun, memang harus diakui kami beberapa kali mendapatkan kartu merah dan sering bermain dengan 10 pemain. Kami berusaha memberikan yang terbaik saat dalam kondisi tersebut seperti yang kami lakukan pada saat melawan Persebaya," katanya.

Eduardo Almeida bukanlah sosok pelatih yang mudah menyalahkan keadaan.

Terpenting baginya adalah bagaimana menemukan sebuah solusi sebelum mencari kambing hitam.

Karena itu, dia selalu berusaha membuat Arema FC menjadi tim yang bisa beradaptasi cepat dengan semua kondisi di lapangan.

"Tentu saja sangat berdampak kepada semuanya. Kami tidak bisa bertanding secara imbang dengan jumlah pemain yang kurang," ujar mantan pelatih Semen Padang itu.

"Karena itu sangat sulit dan kami harus menyesuaikan diri dengan permainan lawan. Kami berusaha untuk bertahan sebaik mungkin dan mencoba membuka peluang counter attack," ujarnya.

"Tentu saja kartu merah sangat berdampak. Kami kekurangan tenaga, kami juga bermain dengan jumlah pemain yang lebih sedikit sehingga kami mau tidak mau harus mengubah strategi permainan," katanya.

https://bola.kompas.com/read/2021/11/09/08223208/kartu-merah-batu-sandungan-arema-fc-untuk-raih-poin-penuh

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke