JAKARTA, KOMPAS.com - Sabar dan bersyukur, jadi kunci utama bek naturalisasi Persija, Otavio Dutra, dalam menghadapi berbagai tantangan yang disuguhkan selama pandemi.
Dia berusaha memetik hikmah dibalik semua musibah dengan melihat dengan sudut pandang yang berbeda untuk tetap positif.
Otavio Dutra mengakui selama pandemi tidak memiliki banyak kegiatan. Keputusannya untuk tetap berada di Jakarta, area dengan tingkat penyebaran Covid-19 yang cukup tinggi, membuatnya ekstra hati-hati dalam berkegiatan.
“Saat pandemi saya di rumah Jakarta saja, bersama dengan keluarga dan latihan setiap hari,” ujar pemain berusia 38 tahun kepada Kompas.com.
Otavio Dutra mengakui masalah-masalah yang ditimbulkan pandemi ini sangat luar biasa.
Diawali dari penghentian Liga 1 2020 dan tarik ulur dari federasi menciptakan efek domino yang menguras emosi dan tenaganya.
Pemotongan gaji besar-besaran sebagai kebijakan penghentian Liga 1 2020 menjadi masalah baru yang memberikan dampak instan kepada keluarga kecilnya. Sebab, ada dapur yang harus dijaga agar tetap mengepul setiap harinya.
“Kesulitan banyak mulai dari mental down, masalah finansial karena tidak ada liga dan klub juga banyak kesulitan. Jadi harus ada pemotongan kontrak 75 persen, jadi hanya dibayar 25 persen setiap bulannya,” katanya menambahkan.
Akan tetapi pemain kelahiran Brasil tersebut selalu berusaha melihat dari sudut pandang yang berbeda. Itu membuatnya tetap bersyukur di semua situasi.
“Tapi, ternyata ada banyak klub lain yang 10 persen pemain tidak dapat (kurang dari 10 persen). Jadi saya bersyukur kepada Tuhan ternyata masih lebih baik,” tutur mantan pemain Persebaya Surabaya itu.
Tak mau terkurung dalam keadaan, Otavio Dutra berusaha menjauhkan diri dari pikiran negatif. Pola pikir tersebut membuatnya menemukan banyak hikmah di tengah kondisi yang ada.
Salah satunya, penghentian kompetisi memberikan waktu kepadanya untuk mendekatkan diri dengan keluarga dan orang terdekat. Sebuah kemewahan yang belum pernah dirasakan sebelumnya saat masih sibuk dengan padatnya jadwal kompetisi.
Waktu yang ada dimanfaatkan untuk membayar masa-masa yang hilang bersama keluarganya. Serta mempererat komunikasi dan chemistry sebagai sebuah keluarga.
“Kalau saya cara mengatasi kumpul bersama dengan keluarga dan teman-teman terdekat. Ya, saat ini memberi banyak waktu untuk mereka,” ucap Dutra yang pernah berkesempatan membela timnas Indonesia.
“Kemarin-kemarin saya juga sibuk dengan tim, jadi saya nikmati di rumah kumpul keluarga dan teman saling support,” ujarnya lagi.
Selain itu, banyaknya waktu luang membuatnya mendapatkan kesempatan untuk menyapa pendukungnya di media sosial. Otavio Dutra mengajak pendukungnya berinteraksi dengan melakukan live bersama di Instagram dan tanya jawab seputar sepak bola.
Dia tak menyangka aktivitas sederhana tersebut ternyata mendapatkan respons yang sangat besar dari pendukungnya. Dutra pun memiliki kesempatan untuk saling menguatkan sesama.
Dutra senang karena bisa berbagi pengalaman, sehingga tidak hanya sekadar menghibur dan menguatkan, namun juga sarana berbagi ilmu.
“Karena tidak bisa keluar saya berkomunikasi dengan teman-teman melalui live Instagram. Ya, saya bisa sambil berbagi cerita bersama teman-teman online saya,” ujar mantan pemain Persebaya Surabaya itu.
Kini, Otavio Dutra siap memetik buah kesabaran yang ditanam. Liga 1 2021-2022 sudah di depan mata dan menjadi akhir penantian selama satu tahun mati surinya kompetisi.
“Persiapan sudah biasa, latihan setiap hari dan tetap berdoa supaya liga mulai dengan kondisi apa pun, yang penting liga mulai.”
"Karena sudah satu tahun tujuh bulan liga tidak jalan, itu waktu yang banyak buat pemain bola yang hanya bisa bermain maksimal 15 tahun,” tutur suami dari Tatiane Dutra itu mengakhiri.
https://bola.kompas.com/read/2021/08/23/20400048/liga-1-2021-bergulir-buah-kesabaran-dan-rasa-syukur-otavio-dutra