MALANG, KOMPAS.com - Berputarnya kembali industri sepak bola Indonesia disambut gembira semua pihak yang terlibat di dalamnya, tak terkecuali tim divisi bisnis Arema FC.
Kick-off Liga 1 2021/2022 akan menjadi akhir dari terowongan panjang nan gelap yang dilalui divisi bisnis Arema FC.
Pandemi tidak hanya menghadirkan persoalan bagi tim dan penghentian kompetisi.
Bagi divisi bisnis klub, pandemi juga menghadirkan persoalan dengan level yang jauh berbeda dari masalah-masalah yang ada sebelumnya.
Manajer Bisnis Arema FC Yusrinal Fitriandi menemukan titik terendah divisi bisnis Arema FC pada masa pandemi ini.
Dia mengakui, pandemi benar-benar meruntuhkan bisnis tim dalam satu kali momentum.
Penghentian Liga 1 2020 membuat sendi-sendi bisnis klub ambruk.
Sementara itu, sub bisnis lain di klub juga terdampak karena pembatasan kegiatan masyarakat.
Praktis jalur-jalur pemasukan tim terputus serta memberikan dampak instan pada neraca keuangan klub.
“Dari segi bisnis benar-benar terasa karena semua pemasukan terbesar berasal dari kompetisi," tutur pria yang biasa disapa Inal itu kepada Kompas.com, Senin (23/8/2021).
"Kehadiran penonton atau tiket, sponsor, pemasangan iklan sampai merchandise,” kata dia menambahkan.
“Adanya pandemi, dampaknya semua kegiatan offline otomatis terpangkas, eksposure produk sponsor terpangkas, tiket nihil, aktivitas sponsor berhenti, dll."
"Secara normal semua kegiatan tersebut bisa menghasilkan tambahan pendapatan dan value ke klub,” imbuhnya.
Untuk tetap bertahan, Yusrinal Fitriandi dan tim dipaksa memutar otak untuk keluar zona nyaman.
Kreativitas diuji untuk menciptakan inovasi dan terobosan baru yang bisa menciptakan solusi.
Salah satunya dengan mengonversikan kegiatan bisnis tim ke digital.
Selain itu, dia juga membangun komunikasi dengan relasi untuk menciptakan kolaborasi bersama.
“Adanya dampak negatif tersebut, divisi bisnis harus merubah strategi ke online, walaupun sudah berjalan pada kondisi normal, tapi secara kuantitas dan eksposurnya lebih besar dan beragam,” ujar pria asal Malang itu.
“Kami juga bekerja sama dengan beberapa marketplace, membuat divisi kreatif dengan berkolaborasi dengan divisi media, termasuk penyempurnaan alat untuk pembuatan konten-konten sponsor."
"Sebab, hampir semua benefit sponsor harus dialokasikan ke digital dengan kegiatan online,” imbuhnya lagi.
Menurut Yusrinal Fitriandi dan tim, sisi positif dari hal ini adalah hadirnya kesempatan mendalami lahan baru yang sebelumnya belum dijamah.
Oleh karena itu, konversi aset Arema ke digital lebih matang dan baik dari sebelumnya.
Relasi tim Arema juga semakin bertambah dan kolaborasi-kolaborasi baru terbangun.
Selain itu, mereka juga lebih kreatif lagi dalam mengolah sumber daya yang dimiliki Arema FC
“Bekerja sama dengan Rans Entertainment juga salah satu cara kami mencari solusi," kata dia.
"Bahkan, untuk mencari sponsor baru pun semua aset yang kami juat juga tidak jauh dari digital."
"Termasuk player package, ada beberapa paket yang kami buat sudah include player ambasador dll,” kata pria berkacamata itu.
Kini, Yusrinal Fitriandi sedikit lega karena Liga 1 2021 segera bergulir kembali.
Dengan kembalinya kompetisi, paling tidak industri sepak bola sudah berputar sehingga memperbanyak peluang untuk menambah pemasukan klub.
Namun, di sisi lain, dia punya banyak harapan lain, salah satunya adalah kembalinya penonton di kursi tribune yang menjadi esensi utama dalam kompetisi dan perputaran industri sepak bola.
Dia juga berharap agar pihak federasi dan operator membuat sebuah terobosan baru dari segi bisnis dan marketing yang bisa membantu mengangkat tim.
“Yang selama ini, mungkin klub dibiarkan memikirkan sendiri bagaimana untuk bertahan di kondisi seperti ini," kata Yusrinal Fitriandi.
"Ya setidaknya regulasi marketing dan komersial yang dibuat bisa meringankan klub untuk mencari value lebih di Liga 1,” tutur Manajer Bisnis Arema FC itu menambahkan.
https://bola.kompas.com/read/2021/08/23/17400058/dengan-inovasi-bisnis-arema-fc-mampu-bertahan-lalui-masa-pandemi
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.