KOMPAS.com - Putra Roberto Mancini, Andrea, mengaku menjadi korban aksi anarkistis fans timnas Inggris pada final Euro 2020.
Laga final Euro 2020 yang mempertemukan Italia vs Inggris dihelat di Stadion Wembley, London, Inggris, pada Senin (12/7/2021) dini hari WIB.
Menjelang sepak mula, sempat terjadi kerusuhan di pintu masuk Stadion Wembley.
Banyak video memperlihatkan bagaimana ribuan fans tanpa tiket memaksa masuk ke Stadion Wembley dengan mendobrak pintu khusus penonton difabel.
Para petugas yang berjaga di pintu khusus itu terlihat tidak berdaya menghadapi aksi anarkistis oknum fans tanpa tiket tersebut karena kalah secara jumlah.
Meski belum diketahui identitasnya, mayoritas oknum fans tanpa tiket yang menerobos masuk ke Stadion Wembley dikabarkan adalah pendukung timnas Inggris.
Dikutip dari situs Metro, sejumlah besar penonton telah melaporkan bahwa kursi mereka diambil atau diduduki oleh oknum fans tanpa tiket saat pertandingan.
Insiden tersebut sempat memicu perkelahian di beberapa titik Stadion Wembley antara penonton legal dan oknum fans tanpa tiket.
Salah satu korban dari kerusuhan di Stadion Wembley adalah Andrea Mancini.
Andrea Mancini mengaku kursinya sudah diduduki atau diambil oleh oknum fans tanpa tiket, bahkan sebelum pertandingan dimulai.
Alhasil, Andrea Mancini mengaku terpaksa duduk di tangga Stadion Wembley pada babak pertama final Euro 2020.
"Ada kekacauan pada awal pertandingan. Fans tanpa tiket mengambil kursi saya," kata Andrea Mancini, dikutip dari situs Football Italia.
"Jadi, saya harus terpaksa duduk di tangga Stadion Wembley pada babak pertama," tutur Andrea Mancini.
"Pada babak kedua, saya menemukan tempat lain. Mungkin hal itu membawa keberuntungan," ucap Andrea Mancini menambahkan.
Beberapa jam menjelang sepak mula final Euro 2020, kerusuhan sebenarnya sudah terjadi di sekitar Stadion Wembley.
Beberapa oknum fans dengan atribut timnas Inggris sempat saling berkelahi, merusak fasilitas umum, melempar botol minuman kaca, dan meneriakkan yel anti-Italia.
Kerusuhan juga terjadi di dalam Stadion Wembley, buntut dari aksi anarkistis oknum fans tanpa tiket yang memaksa masuk.
Kerusuhan mencapai puncaknya setelah timnas Inggris kalah adu penalti 2-3 (1-1) dari timnas Italia dan gagal menjadi juara.
Kepolisian Inggris bahkan sampai harus mengerahkan pasukan antihuru-hara untuk membubarkan massa yang rusuh di sekitar Stadion Wembley.
Dikutip dari situs Evening Standard, Kepolisian Inggris telah menangkap 53 suporter di Stadion Wembley dan sekitarnya.
Tuduhan yang dibebankan kepada 53 orang tersebut adalah pelanggaran ketertiban umum, mabuk, perusakan fasilitas, dan tindakan kriminal.
Terkini, pihak Asosiasi Sepak Bola Inggris (FA) sudah buka suara terkait kerusuhan di Stadion Wembley dan sekitarnya pada final Euro 2020.
Pihak FA dengan tegas menyatakan akan melakukan investigasi dan siap memberi hukuman berat, terutama kepada suporter yang memaksa masuk ke Stadion Wembley tanpa tiket.
"Kami mengutuk keras perilaku sekelompok orang yang memaksa masuk ke Stadion Wembley sebelum final Euro 2020. Aksi anarkistis itu sama sekali tidak dapat diterima," bunyi pernyataan resmi FA.
"Orang-orang itu mempermalukan timnas Inggris dan semua penggemar sejati yang ingin menikmati salah satu laga terpenting dalam sejarah kami," bunyi pernyataan resmi FA.
"Kami akan bekerja dengan otoritas terkait untuk mengambil tindakan terhadap siapa pun yang teridentifikasi secara ilegal masuk ke stadion," bunyi pernyataan resmi FA.
https://bola.kompas.com/read/2021/07/13/07400088/anak-roberto-mancini-jadi-korban-aksi-anarkistis-fans-timnas-inggris