KOMPAS.com - Jose Mourinho resmi dipecat Tottenham Hotspur. Kejadian itu disebut sebagai buah dari hilangnya kesaktian sang pelatih berjulukan The Special One.
Pelatih asal Portugal beralias The Special One, Jose Mourinho, resmi mendapatkan amanat pemecatan dari Tottenham Hotspur pada Senin (19/4/2021).
Jose Mourinho yang hanya 17 bulan membesut Tottenham Hotspur seperti telah kehilangan kesaktian.
Beberapa waktu lalu, muncul kritik dari Paul Pogba, eks anak asuh Mourinho di Man United.
Pogba menyorot kemampuan Mourinho dalam hal menjalin relasi dengan pemain.
Menurut gelandang energik asal Perancis itu, Mourinho kerap menentang pemain dan membuat anak asuhnya merasa seperti tidak ada.
Padahal, di masa lalu Mourinho terkenal dengan afeksi tinggi yang ia berikan kepada pemain.
Megabintang Swedia yang kini mentas di AC Milan, Zlatan Ibrahimovic, pernah mengisahkan dalam buku autobiografinya berjudul I Am Zlatan Zlatan Ibrahimovic.
Pada 2008, begitu dipastikan menjabat sebagai pelatih Inter Milan, hal pertama yang dilakukan Mourinho adalah mengirim pesan singkat kepada pilar tim, salah satunya Zlatan Ibrahimovic.
Saat pertama kali bersua istri Ibrahimovic, Helena Seger, Mourinho langsung berpesan: ‘Beri makan Zlatan, biarkan dia tidur nyenyak, buat dia selalu bahagia!’
Bahkan kapten legendaris Inter Milan, Javier Zanetti, mendapat ucapan selamat dari Mourinho saat kembali bermain di partai melawan Livorno pada 2013 selepas dirinya absen panjang akibat cedera parah.
Padahal, waktu itu Mourinho sudah meninggalkan Inter dan sedang berada di London untuk membesut Chelsea.
Kepiawaian Mourinho dalam membangun kedekatan dan hubungan baik dengan pemain sekarang seperti lenyap.
Saat menukangi Tottenham, Mourinho pernah kedapatan bertengkar hebat dengan pilar lini belakang, Serge Aurier.
Tak cuma soal man management, kesaktian The Special One yang menguap saat di Tottenham adalah kemampuan untuk mempertahankan keunggulan.
Fakta yang terbilang aneh, mengingat selama ini Mourinho lekat dengan label pragmatis yang memfokuskan kepada pencapaian hasil terbaik, yaitu kemenangan.
Publik tentu masih ingat betapa sulitnya mengalahkan tim asuhan Mourinho saat mereka berhasil membuka keunggulan lebih dulu.
Lihat bagaimana Chelsea asuhan Mourinho menjuarai Liga Inggris 2004-2005 dengan banyak kemenangan 1-0.
Bersama Tottenham lain cerita. Mourinho kesulitan menjaga keunggulan.
Plot serupa terjadi saat Tottenham melawan Newcastle (kandang/1-1), West Ham (kandang/3-3), Crystal Palace (tandang/1-1), Wolves (tandang/1-1), Fulham (kandang/1-1), Newcastle (tandang/2-2), Man United (kandang/1-3), dan Everton (tandang/2-2).
Dari sekian banyak laga tersebut, Tottenham asuhan Jose Mourinho bisa mencetak gol lebih dahulu, tapi gagal mengamankan kemenangan.
Kala ditanya jurnalis soal fenomena itu, jawaban Mourinho enteng 'same coach, different players'.
Di mata Mourinho, dirinya tetap sosok sama yang menyandang julukan The Special One. Hal yang berbeda adalah materi pemain yang ia punya.
Pernyataan itu jelas menimbulkan kontroversi. Mourinho yang selama ini dikenal selalu berusaha menjadi tameng pelindung bagi pemainnya, berubah menjadi pribadi yang menjatuhkan mental sang anak asuh.
https://bola.kompas.com/read/2021/04/19/19200038/tottenham-pecat-mourinho-buah-hilangnya-kesaktian-the-special-one