KOMPAS.com - Partai panas Real Madrid vs Barcelona bakal berlangsung pada Minggu (11/4/2021) dini hari WIB. Rivalitas historis ini merupakan salah satu hal yang membuat Liga Spanyol menjadi salah satu kompetisi terbaik di dunia.
Partai Real Madrid vs Barcelona akan bergulir di Stadion Alfredo Di Stefano, Madrid, sementara Stadion Santiago Bernabeu terus menjalani pemugaran.
Menilik data dari Transfermarkt.com, kedua tim telah memainkan 224 pertandingan sejak msuim 1925-1926.
Real Madrid kini unggul atas sang rival setelah mencatatkan 90 kemenangan berbanding 86 dari kubu Blaugrana.
Laga sengit tersebut merupakan partai terpanas di LaLiga tetapi hanyalah satu dari beberapa rivalitas antardaerah di Spanyol.
Beberapa partai panas antarrival daerah lain di kasta teratas Liga Spanyol adalah:
Rodrigo Gallego, perwakilan LaLiga di Indonesia, mengatakan bahwa rivalitas antara fans di Spanyol menyerupai di Tanah Air.
"Banyak kesamaan antara Indonesia dan Spanyol terutama terkait passion publik soal olahraga," tutur Rodrigo dalam acara media luncheon eksklusif bersama beberapa media terpilih termasuk Kompas.com, Rabu (7/4/2021).
Kendati memiliki berbagai rivalitas kuat antardaerah, kekerasan suporter adalah salah satu hal yang paling sedikit publik dengar akhir-akhir ini.
Padahal, ultras Spanyol punya reputasi beringas. Sebut saja nama-nama organisasi seperti Boixos Nois (Barcelona) dan Ultras Sur (Real Madrid).
Rodrigo mengakui bahwa hal tersebut merupakan buah dari usaha semua stakeholder di Spanyol.
"Mungkin hingga 10 tahun lalu ada banyak sekali pertengkaran antarsuporter di sepak bola Spanyol," ujar Rodrigo lagi.
"Namun, semua itu berubah saat semua pihak bergerak ke satu tujuan: Untuk menghilangkan kekerasan dalam sepak bola."
"Polisi, federasi, pemerintah, semua jalan ke satu arah. Jika semua bergerak ke arah sama baru itu bisa dilakukan."
"Kita harus punya satu tujuan"
Salah satu gerakan paling ketara terhadap perjuangan menghapus kekerasan di Liga Spanyol terjadi pada akhir 2014 sebagai dampak dari meninggalnya kematian seorang suporter bernama Francisco Romero Taboada pada laga Atletico Madrid vs Deportivo.
Taboada merupakan anggota grup ultras Deportivo. Ia meninggal setelah ratusan anggota ultras Deportivo dan Atletico berjanjian bertemu sebelum laga untuk bertarung satu sama lain.
Atletico mengusir kelompuk ultras paling radikal mereka dari laga-laga kandang sementara
Depor juga sempat menutup tribune di mana para ultras biasanya berkumpul.
Namun, tindakan ini dengan sendirinya tidak menghapus masalah hooliganisme.
Kolumnis sepak bola Spanyol, Graham Hunter, mengatakan bahwa tindakan klub-klub ini didukung oleh aksi kerjasama antara penyelenggara kompetisi Liga Spanyol, klub-klub, dan juga federasi.
Hunter bahkan menulis dalam kolomnya, ia pernah mendengar cerita dari seorang pemenang Liga Spanyol yang memperkuat Spanyol di Piala Dunia yang membayar para ultras untuk membuat mereka tenang.
Presiden Madrid, Florentino Perez, telah menggeser tempat duduk para ultras di Bernabeu dan melarang ikonografi yang berkaitan dengan radikal sayap kanan.
Sementara, Presiden Joan Laporta melarang kehadiran Boixos Nois ke Camp Nou sejak 2003.
Presiden Javier Tebas sendiri telah mengungkapkan bahwa ia tak ingin para ultras mendapat tempat di sepak bola Spanyol.
"Jika yang meninggal adalah seorang suporter 'normal', kami akan menghentikan semua laga pada hari itu," tuturnya setelah kematian Taboada, seperti dikutip dari ESPN.
Hunter mencatat bahwa dengan pernyataan ini, Tebas menarik garis jelas antara suporter sepak bola mayoritas yang taat kepada peraturan serta norma sosial dan para minoritas yang terlibat dalam pertengkaran.
Tebas sendiri menendang mantan presiden Deportivo Augusto Cesar Lendoiro dari posisinya sebagai salah satu duta LaLiga setelah ia menghadiri pemakaman Taboada.
https://bola.kompas.com/read/2021/04/09/16000018/jelang-el-clasico-berbicara-rivalitas-tanpa-kekerasan