LONDON, KOMPAS.com - Frank Lampard resmi dipecat Chelsea pada Senin (25/1/2021) malam WIB.
Performa Chelsea yang terus menurun sejak Desember 2020 membuat Frank Lampard tidak bisa menyelesaikan kontraknya sampai Juni 2022.
Jika dibandingkan, nasib Frank Lampard bisa dikatakan tidak semujur pelatih Manchester United, Ole Gunnar Solskjaer, dan arsitek Arsenal, Mikel Arteta.
Sebab, Frank Lampard langsung dipecat ketika performa Chelsea menurun.
Frank Lampard dipecat setelah Chelsea kini terpuruk di urutan sembilan klasemen Liga Inggris.
Posisi Chelsea terus melorot sejak Desember 2020 karena hanya mampu meraih tiga kemenangan dari sembilan pertandingan terakhir Liga Inggris.
Berbeda dari Lampard, Solskjaer dan Arteta yang juga sempat mengalami periode musim ini buruk masih dipertahankan oleh timnya.
Ole Gunnar Solskjaer sempat dikabarkan akan dipecat pada Desember 2020 setelah Man United gagal lolos ke fase gugur Liga Champions.
Hal serupa juga dialami Mikel Arteta di Arsenal yang nyaris kehilangan pekerjaan pada pertengahan Desember 2020.
Arteta saat itu dikabarkan akan dipecat setelah Arsenal hanya bisa meraih satu kemenangan dan enam kali kalah dari 10 pertandingan Liga Inggris sejak Oktober 2020.
Itu bukan kali pertama Arteta menghadapi rumor akan dipecat Arsenal.
Pada akhir musim 2019-2020, Arteta juga nyaris dipecat karena Arsenal finis di urutan delapan klasemen Liga Inggris.
Arteta pada akhirnya selamat setelah sukses membawa Arsenal meraih gelar juara Piala FA 2019-2020 dan Community Shield pada awal musim ini.
Perbedaan perlakuan terhadap Lampard musim ini turut mendapat perhatian dari legenda Manchester United, Gary Nevile.
Neville mengaku tidak terkejut dengan kabar Frank Lampard dipecat Chelsea.
Sebab, Chelsea era kepemilikan Roman Abramovich sangat berpegang kepada prestasi.
Apalagi, Lampard juga sudah menghabiskan lebih dari 300 juta pounds atau sekitar Rp 5,7 triliun untuk belanja pemain musim ini.
Di sisi lain, Neville menilai kultur Man United dan Arsenal terkait masa kerja pelatih sangat jauh berbeda dari Chelsea.
Neville menyebut Man United dan Arsenal jauh lebih toleran terhadap pelatih meskipun performa tim menurun.
"Cara Chelsea memperlakukan pelatih sangat berbeda dengan Man United dan Arsenal," kata Neville dikutip dari situs Sky Sports, Selasa (26/1/2021).
"Saya tahu, Man United pernah memecat David Moyes setelah delapan bulan."
"Namun, situasi saat itu sangat berbeda. Man United biasanya memberi waktu beberapa tahun untuk seorang pelatih," tutur Neville.
"Di sisi lain, Arsenal secara historis selalu memberi kesempatan untuk pelatih."
"Hal itu tidak pernah terjadi di Chelsea," ucap Neville.
"Di dunia yang sempurna, Anda pasti berpkir bahwa seorang pelatih harus diberi kesempatan paling tidak dua tahun untuk membuktikan diri."
"Namun, itu tidak akan pernah terjadi di Chelsea," ujar Neville.
"Frank Lampard pasti tahu risiko (cepat dipecat) ketika menerima tawaran Chelsea."
"Dia pasti tahu dirinya tidak akan mendapatkan kesempatan tiga tahun," tutur Neville.
"Lampard tidak butuh penjelasan bahwa dirinya haurs membawa Chelsea ke puncak Liga Inggris setelah menghabiskan banyak uang," ujar Neville.
Sejak dipimpin Roman Abramovich, Chelsea memang terkenal sering memecat pelatih meskipun sudah memberi prestasi.
Antonio Conte, Maurizio Sarri, hingga Jose Mourinho adalah contoh tiga pelatih top yang pernah dipecat Abramovich.
Setelah memecat Lampard, Chelsea kini dikabarkan mendekati mantan pelatih Paris Saint-Germain, Thomas Tuchel.
https://bola.kompas.com/read/2021/01/26/11464548/dipecat-chelsea-nasib-lampard-tidak-semujur-arteta-dan-solskjaer