Jacksen F Tiago Respons Keras Isu Naturalisasi untuk Timnas Indonesia

BATU, KOMPAS.com - Jacksen F Tiago merespons keras isu wacana naturalisasi yang sedang ramai di jagad maya beberapa hari ini.

Secara gamblang, pelatih Persipura Jayapura tersebut menegaskan bahwa naturalisasi adalah rencana yang bodoh dan mencederai harga diri Indonesia.

“Soal pemain Brasil, saya tidak mau bicara karena saya warga Brasil juga. Tetapi, menurut saya itu (naturalisasi) bukan opsi yang bagus, seolah mencari jalan pintas,” kata Jacksen.

“Justru kalau saya menilai (Indonesia) akan kehilangan harga diri jika sampai lakukan itu, itu pendapat saya pribadi," ujar Jacksen.

Jacksen F Tiago sendiri sudah berkarier di Indonesia sejak era Galatama pada medio tahun 1994.

Dikenal sebagai penyerang papan atas pada masanya, pria kelahiran Rio de Janeiro Brasil tersebut kini menjadi pelatih yang disegani di Indonesia.

Mempunyai rasa cinta terhadap Indonesia, Jacksen menolak menjalani naturalisasi.

Hingga saat ini, dia masih memegang paspor Brasil dan tidak ingin mengubah kewarganegaraannya.

Rasa patriotisme tersebut yang membuatnya tidak suka dengan jalan instan dengan naturalisasi.

Selain itu, sebagai mantan pelatih timnas, dia tidak kuasa membunuh mimpi anak-anak Indonesia untuk membela negaranya.

Terlebih saat ini dia juga menjadi seorang ayah dari putra yang punya mimpi membela timnas Indonesia, Hugo Samir.

Selama ini, Jacksen F Tiago terus mengawasi perkembangan anaknya.

Tak jarang dia turun tangan sendiri melatih dan membimbing putra hasil pernikahannya dengan wanita asal Surabaya, Nadirah Bajamal.

Jacksen pun tahu bagaimana kerasnya perjuangan Hugo Samir agar bisa mewujudkan mimpinya.

Dia juga bisa membayangkan bagaimana remuknya hati Hugo apabila ada proses instan untuk menjadi bagian timnas Indonesia.

“Saya punya anak umur 15 tahun, dia punya cita-cita menjadi pemain nasional dan kalau saya pelatih timnas lalu melakukan naturalisasi, akan membunuh harapan anak-anak, bagaimana perasaan mereka?" ucap mantan pemain Persebaya Surabaya itu.

“Saya lama tinggal di Indonesia dan punya anak kecil, saya tahu bagaimana perasaan mereka. Bahkan saya sering datang ke acara anak-anak, saya datang untuk menyaksikan anak saya bermain."