Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Kayuhan Sepeda yang Antar Pelatih Persib Tembus Skuad Senior AFC Ajax

BANDUNG, KOMPAS.com - Amsterdamsche Football Club (AFC) Ajax adalah "raja" di sepak bola Belanda.

Hingga saat ini, belum ada tim lain di Belanda yang bisa mengalahkan kesuksesan Ajax dalam urusan meraih gelar juara, baik di kompetisi domestik maupun Eropa.

Selain itu, Ajax juga dikenal sebagai tim dengan sistem pembinaan sepak bola yang bagus. Akademi sepak bola Ajax pun terkenal sebagai yang terbaik dan tersukses di dunia.

Alasannya, karena akademi Ajax banyak menelurkan pesepak bola berkualitas. Pemain seperti Johan Cruyff, Marco van Basten, Edwin van Der Sar, Edgar Davids, Wesley Sneijder, hingga Frankie de Jong adalah nama-nama pesepak bola tenar yang lahir dari pendidikan sepak bola di Akademi Ajax.

Bukan hanya itu, gaya permainan totaalvoetball atau total football, yang dikenal luas sebagai ciri khas permainan sepak bola Belanda, pun lahir dari Ajax. Taktik tersebut diperkenalkan oleh Rinus Michels saat membesut Ajax pada 1969.

Melalui taktik tersebut, Ajax pun menjelma sebagai kekuatan besar di sepak bola Belanda dan Eropa.

Hingga pada perhelatan Piala Dunia 1974, skema permainan total football diadopsi oleh timnas Belanda. Hingga sekarang, taktik tersebut menjadi ciri khas permainan timnas Belanda dan juga Ajax.

Nama besar dan reputasi yang baik membuat Ajax menjadi tim impian bagi sebagian besar pesepak bola belia di Negeri Kincir Angin itu. Hal tersebut diakui oleh Robert Rene Alberts, pelatih Persib Bandung yang pernah bermain untuk Ajax saat berkarier sebagai pesepak bola.

"Jadi, memang mimpi besar setiap anak muda di Belanda, terutama Amsterdam, adalah bermain untuk Ajax dan bermain di stadion bernama De Meer yang letaknya di sebelah timur Amsterdam," ungkap Robert, saat diwawancarai wartawan, belum lama ini.

Bahkan, sebelum merampungkan kepindahannya ke Juventus, salah satu produk terkenal dari akademi Ajax, Matthijs de Ligt, pernah mengatakan bahwa Ajax adalah klub impiannya sejak kecil.

De Ligt pun merasa senang karena dia bisa mewujudkan mimpinya hingga bisa berprestasi bersama klub berjulukan de Godenzonen itu.

Mewujudkan mimpi bermain untuk Ajax tidaklah mudah. Diperlukan perjuangan yang keras. Bahkan, perjuangan tersebut dilalui ketika hendak masuk ke tim lintas usia Ajax.

Robert pun bercerita tentang pengalamannya menghadapi kerasnya persaingan untuk bisa membela Ajax.

Sejak kecil, Robert memiliki keinginan yang kuat untuk bisa membela Ajax, yang merupakan tim idolanya. Kesempatan tersebut datang pada 1966 ketika Robert genap berusia 12 tahun. Saat itu, Robert mengikuti seleksi terbuka yang diselenggarakan Ajax.

Ribuan pesepak bola muda yang memiliki mimpi yang sama dengan Robert pun hadir untuk mengikuti seleksi. Masing-masing dari mereka menunjukkan kemampuan olah bolanya di hadapan para pemandu bakat, pemain utama Ajax, dan legenda tim.

Para pemandu bakat melihat secara detail kemampuan dan potensi dari setiap peserta seleksi. Bila kemampuan dianggap layak, mereka bisa menjalani seleksi lanjutan pada pekan depannya.

Setelah proses seleksi yang panjang, Robert pun terpilih masuk untuk memperkuat Ajak kelompok usia 12 hingga 14 tahun.

"Setelah melalui proses yang panjang saya lolos setelah menyingkirkan sekitar 5.000 pemain dan masuk tim junior Ajax untuk kelompok usia 12 hingga 14. Dari sana, saya memulai karier sebagai pesepak bola," ucap Robert.

Mantan pelatih PSM Makassar itu menjelaskan, pada saat itu, belum lahir akademi Ajax.

Maka, statusnya dan para pemain muda lainnya adalah pemain di tim junior Ajax. Meski begitu, modul pelatihan yang diterapkan sangat berpotensi untuk mengasah bakat para pesepak bola muda. Belum lagi para pemain muda di Ajax pun dilatih oleh para pelatih berpengalaman.

"Setiap pelatih yang bekerja di tim junior Ajax mempunyai kualifikasi tinggi dalam bidangnya. Jadi itu yang membedakan Ajax dengan klub-klub lain, di sana ada pelatih berkelas dunia," tutur Robert.

Mengayuh sepeda untuk sampai ke tempat latihan

Perjuangan Robert tak berhenti sampai di sana, setelah masuk ke tim U-12 Ajax, dia harus berlatih keras demi mewujudkan cita-cita menjadi pesepak bola. Selama empat hari dalam seminggu, sepulang sekolah Robert harus mengayuh pedal sepedanya untuk sampai ke tempat latihan.

Perjalanan yang ditempuh pun cukup jauh. Setidaknya, Robert harus menghabiskan waktu selama satu jam perjalanan untuk sampai ke lapangan latihan yang letaknya berada persis di belakang Stadion De Meer, kandang Ajax saat itu.

"Lalu ketika akhir pekan, biasanya pada hari Minggu, digelar kompetisi. Ini adalah keunggulan dari Belanda atau negara lain yang sepak bolanya tangguh," kata Robert.

"Seperti di Ajax, ada kompetisi untuk pemain berusia 12 tahun setiap akhir pekannya. Jadi, anak muda sudah dibiasakan bermain di level kompetitif sejak dini," ucap dia.

Kehidupan sepak bola Robert bersama Ajax tak melulu berbicara tentang latihan atau pertandingan. Bersama rekan-rekannya yang lain, Robert sering menghabiskan waktu di kamp pelatihan saat liburan sekolah tiba.

Biasanya, mereka mendapatkan pembelajaran secara teoretis mengenai permainan sepak bola. Dari sana, kemampuan memahami taktik dan strategi permainan didapatkan para pemain muda Ajax. Mentoring dari para pemain senior dan legenda klub pun didapatkan Robert dkk.

Sebelumnya, Robert pun pernah menceritakan pengalamannya berbincang dengan Johan Cruyff secara personal. Tidak hanya berbincang, Robert bahkan mendapatkan banyak nasihat dari Cruyff. Nasihat-nasihat tersebut masih terpatri di dalam memori otaknya.

Dari sana, motivasi mereka semakin tumbuh untuk menjadi pesepak bola profesional. Kebanggaan membela Ajax pun terawat dengan baik. Selain itu, proses mentoring tersebut pun merekatkan hubungan emosional seluruh elemen tim.

"Jadi, ada kedekatan dan ada hubungan erat antara semua orang yang terlibat di Ajax. Itu pula yang merekatkan anak-anak muda dengan Ajax. Bagaimana filosofi klub bisa ditanamkan," kata Robert.

"Dari sana pada akhirnya akademi Ajax terbentuk. Namun, saat itu, belum terbentuk akademi yang seperti sekarang. Hanya saja Ajax punya keunggulan staf pelatih yang bagus," ujarnya.

"Saya beruntung bisa terus menjadi bagian dari tim junior Ajax yang menembus tim utama," kata dia.

Menembus skuad senior, kemudian hijrah ke Amerika Serikat

Perjuangan Robert selama bermain di tim junior berakhir manis. Konsisten dengan performa yang apik, dia selalu menjadi pilihan utama di tim lintas usia. Hingga kontrak profesional pun dia dapatkan pada usia 18 tahun.

Robert tentu saja senang, apalagi tidak banyak pemain seusianya yang bisa mendapatkan kesempatan bermain di tim senior. Menurut Robert, saat itu hanya ada dua pemain yang bermain untuk Ajax sejak usia 12 tahun hingga ditarik ke tim senior. Satu pemain lagi adalah Henk van Santen.

"Jadi, saya merasa sangat beruntung terpilih di tim utama melalui seleksi di setiap kelompok umur dari C junior hingga A junior. Kontrak pertama saya didapat saat usia 18," tutur Robert.

"Yang menarik, dari daftar pemain yang mengikuti seleksi sejak usia 12, hanya dua pemain yang mampu mendapat kontrak profesional. Satu pemain lagi adalah Henk van Santen," kata dia.

Sayangnya, di tim senior nasib Robert tidak sebaik Henk van Santen. Robert lebih banyak duduk di bangku cadangan, bahkan lebih sering bermain bersama tim reserve. Sementara Henk, cukup rutin bermain bersama tim senior.

"Henk bermain cukup rutin bersama tim utama, tetapi tidak dengan saya. Saya lebih banyak duduk di bench atau tim reserves, lebih sering bermain untuk tim kedua," kata Robert.

Hingga akhirnya, Robert pun memutuskan hengkang demi mencari pengalaman di klub lain. Robert memilih Amerika Serikat sebagai negara tujuannya. Di sana, dia bermain bersama Vancouver Whitecaps dan berkompetisi di North American Soccer League (NASL) pada 1975.

Di Amerika Robert juga sempat bermain melawan legenda sepak bola Brasil, Pele, yang kala itu bermain untuk New York Cosmos.

Setelah dua tahun berkiprah di Amerika Serikat, Robert hijrah ke Swedia pada 1977. Dia bertahan cukup lama di Swedia hingga 1983. Ada dua tim yang dia bela saat itu, Raa IF dan Hittarps IK.

Di Hittarps, Robert sempat berperan sebagai pemain merangkap pelatih. Dari sana, kemampuannya dalam meracik taktik dan strategi pun terasah. Setelah tidak lagi bermain bola, Robert fokus mengembangkan karier kepelatihannya hingga saat ini.

https://bola.kompas.com/read/2020/06/17/13400068/kayuhan-sepeda-yang-antar-pelatih-persib-tembus-skuad-senior-afc-ajax

Terkini Lainnya

Saat Legenda Timnas Indonesia 'Angkat Topi' untuk Ernando Ari...

Saat Legenda Timnas Indonesia "Angkat Topi" untuk Ernando Ari...

Timnas Indonesia
Klopp Pulang Tanpa Keajaiban, Liverpool Terbentur Hati 'Sang Dewi'

Klopp Pulang Tanpa Keajaiban, Liverpool Terbentur Hati "Sang Dewi"

Liga Lain
Piala Asia U23 2024, Syarat Timnas U23 Indonesia Lolos ke Perempat Final

Piala Asia U23 2024, Syarat Timnas U23 Indonesia Lolos ke Perempat Final

Timnas Indonesia
Rapuhnya Pertahanan Arema FC...

Rapuhnya Pertahanan Arema FC...

Liga Indonesia
Persib Vs Persebaya, Bek Maung Waspada meski Bajul Ijo Tanpa Top Skor

Persib Vs Persebaya, Bek Maung Waspada meski Bajul Ijo Tanpa Top Skor

Liga Indonesia
Pesan STY yang Picu Hasil Bersejarah Timnas Indonesia di Piala Asia U23

Pesan STY yang Picu Hasil Bersejarah Timnas Indonesia di Piala Asia U23

Timnas Indonesia
Xabi Alonso Ucap 'Roma, Roma, Roma', De Rossi Cium Aroma Balas Dendam

Xabi Alonso Ucap "Roma, Roma, Roma", De Rossi Cium Aroma Balas Dendam

Liga Lain
Timnas Indonesia Bekuk Australia, Asa ke Olimpiade 2024 Terjaga

Timnas Indonesia Bekuk Australia, Asa ke Olimpiade 2024 Terjaga

Timnas Indonesia
Milan Dilibas 10 Pemain Roma, Langsung 'Disidang' Ultras di Olimpico

Milan Dilibas 10 Pemain Roma, Langsung "Disidang" Ultras di Olimpico

Liga Lain
Persib Vs Persebaya, Saat Bojan Hodak Rasakan Tekanan Berbeda...

Persib Vs Persebaya, Saat Bojan Hodak Rasakan Tekanan Berbeda...

Liga Indonesia
5 Fakta Menarik Indonesia Bekuk Australia, Mental dan Ernando Pembeda

5 Fakta Menarik Indonesia Bekuk Australia, Mental dan Ernando Pembeda

Timnas Indonesia
Cara Bertahan Timnas U23 Indonesia yang Perpanjang Kebuntuan Australia

Cara Bertahan Timnas U23 Indonesia yang Perpanjang Kebuntuan Australia

Timnas Indonesia
Indonesia Vs Australia: Komang Teguh Ubah Ketegangan Jadi Kelegaan

Indonesia Vs Australia: Komang Teguh Ubah Ketegangan Jadi Kelegaan

Timnas Indonesia
STY Sorot Aksi Ernando Ari, Indonesia Sukses Bikin Australia Frustrasi

STY Sorot Aksi Ernando Ari, Indonesia Sukses Bikin Australia Frustrasi

Timnas Indonesia
Alasan Emi Martinez Tidak Diusir Setelah Kena Kartu Kuning 2 Kali

Alasan Emi Martinez Tidak Diusir Setelah Kena Kartu Kuning 2 Kali

Liga Lain
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke