Kedua hal tersebut memiliki makna filosofi bagi Aji Santoso dalam membangun kariernya di dunia sepak bola Tanah Air.
Menurut mantan pelatih Persela Lamongan dan PSIM Yogyakarta itu, memiliki hobi memelihara burung selaras dengan filosofi sebagai seorang pelatih sepak bola.
Aji Santoso sering terjun langsung ke pasar burung untuk mencari bibit burung yang berkualitas.
Dia harus rajin mencari informasi soal bibit burung yang berkualitas dari teman sesama penghobi burung, kolega, saudara, dan juga perawat burung langsung.
Filosofi inilah yang Aji Santoso terapkan ketika mencari bakat-bakat pemain muda.
"Ketika saya menemukan pemain muda bakat dan belum punya pengalaman, itu membuat saya senang. Saya merasa puas ketika mereka menjadi pemain top," kata pelatih berusia 50 tahun dilansir dari laman resmi klub Persebaya.id.
"Sama dengan memelihara burung. Menjadi kepuasan tersendiri ketika menemukan burung yang berbakat bagus dan bisa menjadikannya burung berkualitas. Ini sama seperti filosofi saya sebagai pelatih," katanya.
Aji Santoso mengungkap trik jitu dalam menemukan bibit burung yang berkualitas. Dia melihat indikator burung berkualitas dari burung yang terus berkicau.
"Kemarin, dalam sebuah kejuaraan di Malang, burung murai saya berhasil menempati peringkat empat. Hasil yang bagus mengingat lawannya adalah burung-burung bagus dan mahal, sedangkan burung saya ini sudah saya rawat sejak anakan," ucap mantan pelatih timnas U-23 itu.
Bukan hanya medali yang didapatkan Aji Santoso dalam suatu kejuaraan kicau burung. Dia juga menceritakan pengalamannya ketika meraup keuntungan puluhan juta setelah burung peliharannya dibeli oleh penggemar burung.
"Burung saya pernah laku Rp 50 juta. Itu termasuk murah. Ada seekor burung murai yang harganya Rp 3 miliar. Punya orang Bandung," katanya.
https://bola.kompas.com/read/2020/04/29/16000098/aji-santoso-bicara-soal-burung-dan-filosofi-berburu-pemain-muda