Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Tentukan Pilihanmu
0 hari menuju
Pemilu 2024
Salin Artikel

Fabrizio Ravanelli Kenang Talenta Hilang Juventus yang Meninggal 25 Tahun Silam

KOMPAS.com - Mantan bomber Juventus, Fabrizio Ravanelli, mengenang sosok mendiang Andrea Fortunato, mantan rekan setimnya yang meninggal karena pneumonia di usia 23 tahun pada 25 April 1995.

"Sosok fantastis, ia mengajari saya banyak hal terutama untuk jangan pernah menyerah," tutur Fabrizio Ravanelli di Gazzetta dello Sport.

"Ketika tengah dirawat intensif, justru dirinya yang menguatkan saya. Ia berpikir masih bisa kembali ke Juve untuk bermain lagi. Namun, penyakitnya lebih kuat."

Kepergian Andrea Fortunato tragis karena sang bek bukan hanya pemain bertalenta yang seharusnya bisa menjalani karier cemerlang tetapi juga seseorang dengan kepribadian emas yang banyak dicintai rekan-rekannya.

Andrea Fortunato datang ke Juventus pada musim panas 1993 setelah penampilannya bersama Genoa memesona hati pelatih Giovanni Trappatoni ketika itu.

Juventus membayar 10 miliar lire bagi sang pemain dan ia mengenakan nomor punggung 3 yang pernah digunakan oleh bek legendaris Juve, Antonio Cabrini.

Ia langsung membayar kepercayaan Trappatoni dengan serangkaian performa impresif dan tanpa lelah di sisi kiri pertahanan Juventus sepanjang 1992-1993.

Timnas Italia pun meliriknya dan ia melakukan debut bagi pasukan Arrigo Sacchi pada 22 September 1993.

Ia menorehkan 27 penampilan bagi Juventus dan mencetak satu gol sebelum dirinya mengalami penurunan performa masif dan tiba-tiba.

Sang pemain kesulitan untuk menyelesaikan 90 menit dan penampilan fisik serta performanya merosot memasuki musim semi.

Laga persahabatan kontra Derthona pada 20 Mei 1994 menjadi penampilan terakhir sang pemain.

Fabrizio Ravanelli pun masih mengingat momen tersebut.

"Saya ingat hari tersebut seperti ketika itu baru terjadi kemarin," ujar Ravanelli.

"Kami bermain di sebuah laga persahabatan di Tortona, Andrea melakukan banyak kesalahan yang tak seperti dirinya selama ini dan ia kesulitan berlari. Jelas bahwa ada sesuatu yang salah dengannya," ungkap pemain yang identik dengan nomo punggung 11 di Juve tersebut.

"Roberto Bettega, sang wakil chairman, lalu mengungkapkan bahwa Fortunato tak sehat. Bahwa dia menderita anemia dan situasinya sangat serius. Darah bahkan keluar dari hidungnya saat tim mengadakan acara makan malam bebrapa hari sebelum itu."

Ravanelli juga bercerita soal momen ia pertama bersua Fortunato yang datang jauh hari sebelum keduanya bermain bagi Juve.

"Pada 1990, saat menjalani masa pelatihan militer di Napoli. Beberapa bulan kemudian kami menjadi juara dunia dengan timnas milier Italia lalu nasib mempertemukan kami lagi di Juventus," ujarnya.

"Saya selalu mengingat malam-malam yang kami habiskan bersama di Turin. Saya beserta istri dan ia bersama tunangannya. Saat itu, mimpi kami adalah menjadi juara bersama di Juve."

Pada wawancara terakhirnya sebelum meninggalkan dunia ini, ia sempat mengatakan bahwa Ravanelli sudah bagaikan kakaknya sendiri.

"Tentu, hidup berubah dengan penyakit ini. Anda mengerti bahwa persahabatan adalah hal utama," tutur Fortunato.

"Contoh, saya memiliki kakak tambahan, Fabrizio Ravanelli. Ia menyisihkan hidupnya bagi saya saat saya dirawat di Perugia."

Hal tragis dari kepergian Andrea Fortunato adalah sang pemain hampir mengalahkan leukemia setelah menjalani kemoterapi di Turin dan transplantasi sumsum tulang belakang di Perugia.

Optimisme sempat tumbuh karena tubuh sang pemain merespon baik pengobatan ini dan ia bahkan didaftarkan oleh Juventus untuk musim 1994-1995.

Pelatih baru Juventus, Marcello Lippi, bahkan sempat memasukkan namanya ke skuad yang akan menghadapi Sampdoria pada 26 Februari 1995.

Akan tetapi, ia hanya dapat menonton dari tribune penonton.

Hanya beberapa bulan setelah itu, sang pemain menderita flu dan pneumonia. Kendati leukemianya hampir dikalahkan, imunitas tubuh sang pemain ternyata hancur karena kemoterapi yang ia jalani.

Fortunato meninggal pada 25 April 1995, hari di mana warga Italia lainnya merayakan 50 tahun kemerdekaan Italia dari pendudukan Nazi Jerman.

Ia meninggal beberapa jam sebelum Timnas Italia menghadapi Lithuania di Vilnius. Azzurri pun mempersembahkan kemenangan pada laga tersebut untuk sang pemain.

Juventus pun melaju untuk memenangi gelar Liga Italia pada 1995-1996, titel yang dijuluki sebagai Scudetto Fortunato.

Bianconeri juga memenangi Piala Super Italia tahun tersebut.

"Kami menjadi juara sebulan setelah ia meninggal dengan kemenangan 4-0 atas Parma. Saya mencetak dua gol dan tentu saja mendedikasikannya buat dia," ujar Ravanelli lagi.

https://bola.kompas.com/read/2020/04/26/06000008/fabrizio-ravanelli-kenang-talenta-hilang-juventus-yang-meninggal-25-tahun-silam

Rekomendasi untuk anda
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
27th

Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!

Syarat & Ketentuan
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Verifikasi akun KG Media ID
Verifikasi akun KG Media ID

Periksa kembali dan lengkapi data dirimu.

Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.

Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+