Pasalnya, Leicester City yang pada edisi sebelumnya finis di peringkat ke-14, justru mampu menaklukkan sejumlah tim besar dan tampil konsisten hingga akhir musim 2015-2016.
Alhasil, Jamie Vardy dan Riyad Mahrez cs berhak mengukir sejarah dalam daftar juara Premier League.
Pada masa kejayaannya, mereka memuncaki klasemen dengan raihan 81 poin dari hasil 23 kemenangan, 12 seri dan tiga kekalahan.
Bahkan, mereka unggul 10 poin dari Manchester City, yang finis di posisi kedua.
Tidak hanya itu, kesuksesan Leicester City disempurnakan oleh raihan yang dipetik penyerang mereka, Riyad Mahrez.
Pada musim yang sama, dia dinobatkan sebagai pemain terbaik Premier League versi Asosiasi Pesepak Profesional Inggris (PFA Player of the Year).
Torehan itu merupakan rekor baru dalam sejarah Liga Inggris.
Dilansir dari Opta, Mahrez menjadai pemain Afrika pertama yang memenangkan penghargaan tersebut.
Penyerang berkebangsaan Aljazair itu sukses membukukan 17 gol dan 11 assist dari 37 penampilan.
Namun sayang, kejayaan Leicester City runtuh dalam waktu singkat.
Musim berikutnya, skuad asuhan Claudio Ranieri mulai kesulitan menemukan bentuk permainan terbaik dan finis di peringkat ke-12 klasemen.
Langkah berat Leicester terasa semakin menyakitkan setelah Ranieri, yang berhasil mempersembahkan gelar juara pada edisi sebelumnya justru dipaksa meninggalkan klub saat musim 2016-2017 belum berakhir.
Saat ini, klub berjuluk The Foxes itu ditangani oleh mantan pelatih Liverpool, Brendan Rodgers.
Kehadirannya pada Februari 2019 mampu memberi angin segar untuk klub yang bermarkas di Stadion King Power tersebut.
Musim ini, hingga pekan ke-29, Leicester masih bertengger di peringkat ketiga klasemen Liga Inggris.
https://bola.kompas.com/read/2020/04/24/04150098/saat-kejayaan-leicester-city-mahrez-catatkan-rekor-di-liga-inggris