Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Mucharski dan Jejak Pemain Asing Angkatan Pertama Persib Bandung

Mariusz Mucharski dan Shintawechai "Kosin" Hatharaittanakool adalah dua nama pemain asing yang pernah berjibaku di bawah mistar klub berjulukan Maung Bandung itu.

Mucharski lebih dulu bermain untuk Persib pada Liga Indonesia musim 2003. Sayangnya, hanya setengah musim pemain asal Polandia itu berseragam Persib.

Adapaun Kosin bermain untuk Persib dalam dua periode. Pada masing-masing periode, Kosin pun hanya bermain selama setengah musim.

Kosin pertama kali bergabung bersama Persib pada putaran kedua Liga Indonesia musim 2006. Setelah itu, dia kembali ke Thailand dan memperkuat Chonburi FC.

Pada awal musim Liga Super Indonesia (LSI) 2009, Kosin kembali ke Persib. Sayangnya, lagi-lagi Kosin hanya bermain selama setengah musim untuk Maung Bandung.

Pasalnya, saat itu dia datang ke Bandung dengan status sebagai pemain pinjaman dari Chonburi FC.

Meski sama-sama memiliki karier yang singkat bersama Persib, dibandingkan dengan Mucharski, karier Kosin bersama Persib jauh lebih cemerlang. Sosok Kosin pun hingga saat ini masih melekat di hati Bobotoh.

Kendati demikian, nama Mucharski tidak bisa begitu saja dikesampingkan bila membahas tentang sejarah Persib. Biar bagaimana, namanya akan selalu tercatat sebagai kiper asing pertama yang memperkuat Maung Bandung.

Mucharski juga masuk dalam daftar generasi pemain asing pertama yang memperkuat Persib, bersama tiga pemain asal Polandia lainnya; Maciej Dolega, Piotr Orlinski, dan Pavel Bochian.

Keempat pemain tersebut datang ke Bandung pada awal musim Liga Indonesia 2003, bersama dengan pelatih asal Polandia, Marek Andrzej Sledzianowski, yang ditunjuk sebagai pelatih kepala Persib.

Kepada Kompas.com, Mucharski bercerita bahwa sosok Marek-lah yang mengajaknya untuk bermain di Indonesia bersama Persib.

Sejatinya, saat itu dia memiliki dua pilihan, yaitu bermain di Sudan atau ikut Marek ke Indonesia. Setelah melalui berbagai pertimbangan, Mucharski pun menerima ajakan Marek untuk berkarier di Indonesia.

"Saat itu, saya mendapatkan dua tawaran. Pertama, tawaran untuk bermain di Sudan dan juga ada dari Marek yang mengajak saya bermain di Indonesia," kata Mucharski, Sabtu (4/4/2020) malam WIB.

"Setelah saya memikirkan matang-matang kedua pilihan tersebut, saya akhirnya memilih bergabung bersama Persib Bandung," kata dia.

Alasan Mucharski memilih Persib sebagai pelabuhan baru dalam kariernya karena dia tahu Persib adalah tim besar di Indonesia. Baginya, itu akan menjadi tantangan besar dalam kariernya. Selain itu, Mucharski pun mengenal baik sosok Marek.

"Saya dan Marek memang saling mengenal. Dia mengenal saya dengan sangat baik dari pertunjukan saya selama bermain bersama (klub) Wisla Krakow dan Kielce Crown. Itulah sebabnya dia menawarkan saya pekerjaan di Indonesia," tutur Mucharski.

Meski mengenal baik sosok Marek, Mucharski mengaku tidak terlalu mengenal sosok Dolega, Orlinski, dan Bochian. Diakui Mucharski, dirinya baru mengenal ketiga pemain Polandia yang juga diboyong Marek ke Indonesia itu Bandara Warsawa.

"Saya tidak mengenal mereka secara pribadi, saya hanya bertemu di bandara di Warsawa. Kemudian kami bermain bersama di Persib," ujar dia.

Terkesan sambutan bobotoh

Setibanya di Bandung, Marek dan empat pemain asal Polandia itu disambut dengan gegap gempita oleh bobotoh. Harapan besar untuk mengangkat prestasi Persib di kompetisi dibebankan kepada mereka.

Mucharski pun mengaku terkesan dengan sambutan luar biasa yang diberikan bobotoh, pengurus tim, dan para pemain lokal Persib. Dari sana dia menyadari, Persib adalah tim besar.

"Saya terkesan, kerumunan bobotoh dengan atribut kebanggaan mereka, dan juga para wartawan itu sangat mengesankan bagi hidup saya. Itu hebat, dan sangat menyenangkan bila mengingat momen tersebut," kata Mucharski.

Wajar bila pada saat itu Mucharski dan koleganya dari Polandia mendapatkan sambutan hangat nan meriah dari publik sepak bola Bandung.

Pasalnya, ini adalah momen pertama bagi Persib menggunakan jasa pemain asing, dalam mengarungi kompetisi. Sebelumnya, sejak Liga Indonesia pertama digulirkan pada musim 1994-1995, tidak ada satu pun pemain asing yang tercatat dalam skuad Persib.

Selain itu, Maung Bandung juga pernah memiliki romantisme masa lalu bersama pelatih asal Polandia bernama Marek Janota. Selama membesut Persib, Janota memang belum pernah membawa Maung Bandung juara di kompetisi strata utama.

Akan tetapi, berkat polesannya, pemain-pemain seperti Robby Darwis, Ajat Sudrajat, Bambang Sukowiyono, hingga Adeng Hudaya muncul sebagai tulang punggung Persib yang menjuarai kompetisi Perserikatan musim 1986. Pemain-pemain polesan Janota pun dikenal dengan sebutan class of 86 Persib.

Sayangnya, Marek gagal memenuhi ekspektasi. Alih-alih menyamai atau bahkan melebihi pencapaian Janota, Marek justru membuat Maung Bandung seperti kehilangan taringnya. Persib terpuruk dan sulit keluar dari posisi juru kunci.

Penampilan para pemain asing asal Polandia pun jauh dari kata memuaskan.

Mucharski mengatakan, ada banyak faktor dan situasi yang membuat dia dan pemain lainnya dari Polandia tidak bisa menunjukkan performa yang memuaskan. Salah satunya disebabkan proses adaptasi yang tidak berjalan dengan baik.

"Alasan sederhananya adalah, kami dituntut untuk bisa membawa tim selalu memenangi pertandingan dan mencetak banyak gol. Tetap, yang terjadi sebaliknya. Kami hanya tidak bermain dengan baik, dan kami menelan banyak hasil buruk," kata Mucharski.

Mucharski tidak menampik, perjalanan kariernya bersama Persib tidak berjalan mulus. Namun, dia sudah melupakan momen kelam tersebut. Mucharski juga menegaskan bahwa dia tidak pernah menyesali keputusannya untuk bermain bersama Persib.

Kalaupun ada yang harus disesali, bagi Mucharski itu lebih kepada ketidakmampuannya untuk membuat bobotoh senang. Selama pertandingan, bobotoh selalu mendukung tim dengan sepenuh hati. Hanya, pada saat itu, kemenangan yang diharapkan bobotoh tidak bisa diberikan.

Satu-satunya penyesalan Mucharski adalah, tidak bisa memberikan apa yang diharapkan bobotoh. Padahal, selama pertandingan, bobotoh selalu ada untuk memberikan dukungannya kepada tim dengan sepenuh hati.

"Bagi saya, bobotoh adalah suporter yang luar biasa. Mereka selalu bersorak dan memberikan dukungan kepada kami. Tetapi, pada saat itu, kami tidak bisa memberikan apa yang mereka inginkan, yaitu kemenangan," ujar Mucharski.

Momen indah dengan Persib

Meski sudah 17 tahun berlalu, Mucharski masih mengingat sejumlah momen indah kala dia berseragam Persib. Salah satu yang tak bisa dia lupakan adalah momen kemenangan Persib atas Petrokimia Putra.

Dalam pertandingan yang berlangsung di Stadion Siliwangi, 20 Maret 2003, itu Persib berhasil meraih kemenangan tipis 2-1 melalui gol M Yusuf dan Asep Dayat.

Bagi Mucharski, kemenangan tersebut terasa sangat emosional. Seusai laga, para pemain sampai menangis haru karena kemenangan tersebut.

Maklum, selain mampu mengalahkan tim berstatus juara bertahan. Bagi Persib, kemenangan atas Petrokimia menjadi kemenangan pertama yang diraih pada kompetisi musim 2003. Artinya, mereka harus menunggu hingga pekan ke-13 untuk bisa meraih tiga poin pertamanya di kompetisi.

"Tentu saja, kemenangan dengan Petrokimia menjadi momen yang sangat tidak terlupakan. Mereka adalah juara bertahan dan kami menang di Stadion Siliwangi," tutur Mucharski.

"Sangat indah di tribune dan di ruang ganti, kegembiraan dan air mata pecah, perasaan yang luar biasa," kata dia.

Setelah kemenangan atas Petrokimia Putra, performa Persib di kompetisi memang membaik. Dalam enam laga sebelum putaran pertama berakhir, ada dua kemenangan lagi yang diraih atas PKT Bontang (2-1) dan PSIS Semarang (2-1). Meski begitu, hasil tersebut belum mampu mengangkat Persib dari posisi juru kunci.

Pada akhir putaran pertama, Mucharski, Dolega, dan Orlinski harus mengikuti langkah Bochian dan Marek yang sudah terdepak dari Persib sebelumnya.

Posisi mereka pun digantikan trio pemain Cile; Claudio Lizama, Alejandro Tobar, dan Rodrigo Sanhueza. Posisi Marek di pos pelatih kepala Persib pun digantikan oleh Juan Paez.

Kehadiran Paez bersama tiga pemain asal Cile itu memang berdampak besar bagi Persib. Perlahan tetapi pasti, Maung Bandung bangkit dan keluar dari posisi juru kunci.

Persib pun terselamatkan dari ancaman degradasi setelah melalui babak play-off promosi degradasi dengan catatan apik.

Sementara Mucharski, setelah terdepak dari Persib dia kembali ke Polandia dan bermain bersama AKS Busko Zdroj (2003 hingga 2005), Zenit Chmielnik (2005 hingga 2006), Bucovina Bukowa (2006 hingga 2007), dan Orlicz Suchedniow (2007 hingga 2008).

Setelah itu, Mucharski pun gantung sepatu dan melanjutkan karier sebagai pelatih kiper. Sejak 2009, Mucharski pun melatih beberapa klub seperti Bruk-Bet Termalice Nieciecza, Kielce Crown, dan Wisla Pulawy.

Saat ini, Muchraski melatih tim dari strata pertama kompetisi Polandia, Wisla Plock, dan sudah mengantongi lisensi kepelatihan UEFA Pro.  

https://bola.kompas.com/read/2020/04/05/12500078/mucharski-dan-jejak-pemain-asing-angkatan-pertama-persib-bandung

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke