Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Bepe Sebut Orang Indonesia Suka yang Instan, Termasuk Prestasi

JAKARTA, KOMPAS.com - Bambang Pamungkas adalah salah satu pesepak bola yang paling tidak menyukai seringnya pergantian pelatih di tim nasional.

Selama menjalani karier di dunia sepak bola, Bepe (demikian sapaan akrabnya) sempat beberapa kali menuangkan pemikirannya mengenai efek buruk terlalu seringnya timnas berganti-ganti pelatih.

Selain pada 2013, pada tahun 2008, Bepe juga sempat menulis kegelisahannya mengenai seringnya timnas bergonta-ganti pelatih. Ketika itu, ia masih aktif di timnas.

"Ketika itu saya juga sampaikan kegelisahan saya tersebut kepada pengurus PSSI, mengenai kebijakan yang menurut saya harus dikaji ulang. Akan tetapi pada kenyataannya kebiasaan gonta-ganti pelatih itu, tetap saja terjadi hingga saat ini," kata Bepe melalui blog pribadinya.

Menurut Bepe, ada hal yang paling menyedihkan di balik seringnya timnas bergonta-ganti pelatih, yakni pergantian terkadang bukan disebabkan hasil yang diperoleh di atas lapangan.

Tetapi lebih kepada kebijakan politis dari para elite pengurus PSSI yang tengah berseteru.

Ia kemudian mencontohkan nama-nama seperti Alfred Riedl, Wim Rijsbergen, Nilmaizar, dan Manuel Blanco.

Khusus nama terakhir, Bepe menyebut apa yang dialami Blanco adalah preseden paling buruk dalam sejarah kepelatihan tim nasional Indonesia.

Blanco tercatat menjadi pelatih timnas Indonesia yang tak pernah memimpin timnya dalam pertandingan.

"Bagaimana seorang pelatih ditunjuk untuk mempersiapkan tim, tetapi kemudian tiba-tiba posisinya diganti beberapa hari jelang laga digelar, kemudian diangkat kembali menjadi pelatih timnas sehari setelah laga yang seharusnya menjadi debutnya bersama tim nasional Indonesia," kenang Bepe.

Terlepas dari apapun hasilnya, bagi Bepe, apa yang terjadi pada Alfred Riedl, Wim Rijsbergen, Nilmaizar, dan Manuel Blanco adalah cerminan betapa tidak menghargainya para pengurus PSSI dalam memperlakukan pelatih tim nasional.

Menurut Bepe, para pengurus PSSI tidak pernah paham bahwa salah satu faktor yang membuat tim nasional Indonesia tidak pernah berhasil menjadi sebuah tim yang solid karena terlalu seringnya tim nasional bergonta-ganti pelatih.

Bepe menilai alangkah sangat bijaksananya jika para pelatih diberi waktu yang lebih panjang dalam menangani tim nasional.

Tujuannya agar mereka dapat menerapkan seluruh ilmunya dengan maksimal.

Ia kemudian mencontohkan Singapura yang sempat bertahan dengan Radjoko Avramovic.

Meski sempat gagal total di SEA Games Filipina 2005, kesabaran Federasi Sepak Bola Singapura membuahkan hasil dengan torehan tiga kali juara Piala AFF yang dipersembahkan Avramovic selama sembilan tahun menangani timnas Singapura.

Demikian juga Vetnam yang sempat mempercayai Alfred Ridel memimpin selama lebih dari lima tahun hingga akhirnya mampu membentuk sebuah tim nasional yang kuat.

Contoh lain adalah Peter Withe yang sempat dipercaya lima tahun memimpin timnas Thailand dengan torehah dua kali Piala AFF.

"Dalam segala hal bangsa ini memang selalu ingin instan, tidak hanya mie atau buburnya saja, prestasi juga kalau bisa instan. Kita tidak pernah dapat menikmati, dan menghargai apa itu yang dinamakan proses," kata Bepe.

"Yang ingin saya kemukakan di sini adalah mengapa kita tidak belajar untuk memberikan jangka waktu yang lebih lama bagi seorang pelatih untuk menangani tim nasional, agar pelatih tersebut mempunyai waktu yang cukup untuk menanamkan filosofi serta sistem permainannya. Sehingga pada akhirnya tim nasional yang kuat itu akan terwujud," ucap dia.

https://bola.kompas.com/read/2019/12/19/21000078/bepe-sebut-orang-indonesia-suka-yang-instan-termasuk-prestasi

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke