JAKARTA, KOMPAS.com - Atlet putri Indonesia untuk cabang lompat jauh, Maria Londa, mengaku tetap bersyukur meski gagal menembus final di Kejuaraan Dunia Atletik di Doha, Qatar.
Laman antaranews.com, menulis mengenai catatan pribadi Maria melalui akun Instagram pribadinya, @marianatalialonda7997 pada Minggu (6/10/2019).
Maria menulis bahwa Kejuaraan Doha adalah kali kedua keikutsertaannya.
Pada usia 17 tahun, Maria mengikuti Kejuaraan Dunia Atletik di Osaka.
Laga di Osaka terjadi pada 2007.
"di Doha 2019 saya turun dinomor yg berbeda yaitu lompat jauh di usia saya 29 tahun, hasil rank 26 dengan lompatan 6.36 m yang saya capai bukanlah lompatan terbaik saya," tulis Maria pada akun Instagram-nya itu.
Pada Sabtu (5/10/2019), Maria Londa mengikuti nomor lompat jauh putri, seturut laman resmi IAAF.
Para atlet dibagi dalam babak kualifikasi Grup A dan Grub B.
Lompatan terbaik Maria, yang tergabung dalam Grup B, pada babak tersebut adalah 6,36 meter.
Capaian itu membuat Maria berada di posisi ke 13.
Total atlet yang ada di Grub B ada 15 orang.
Sementara itu, dari total 31 atlet di seluruh grup, Maria berada di urutan ke-26.
Di dalam Grup B babak kualifikasi, atlet lompat jauh asal Jerman Malaika Mihambo menjadi unggulan pertama.
Mihambo mencapai lompatan 6,98 meter.
Di posisi kedua, ada atlet asal Ukraina Maryna Bekh-Romanchuk.
Catatan terbaiknya adalah 6,74 meter.
Lantas, di posisi ketiga bertengger atlet asal Inggris.
Namanya, Abigail Irozuru.
Catatan lompatan Irozuru adalah 6,70 meter.
Sementara itu, catatan terbaik Maria Londa pada 2019 adalah 6,68 meter.
Capaian itu diraihnya pada Kejuaraan Nasional Atletik di Bogor.
Perhelatan itu berlangsung pada Agustus.
Maria yang baru pulih dari cedera tengah berjuang untuk tampil maksimal pada SEA Games 2019 di Filipina.
Maria berambisi memecahkan rekor pribadinya pada SEA Games 2015 di Singapura.
Kala itu, Maria membukukan catatan lompatan 6,70 meter.
https://bola.kompas.com/read/2019/10/07/16440958/cerita-atlet-putri-indonesia-yang-gagal-tembus-final-di-doha