JAKARTA, KOMPAS.com - Bagi Marissa Widiyanti dan Dieyan Bernard, berolahraga lari adalah passion yang tak bisa ditawar.
Kegiatan olahraga lari berjarak lebih dari 5 kilometer bahkan maraton seakan menjadi keseharian keduanya.
Keduanya pun, terlihat pada kegiatan lari sepanjang 30.000 meter di kawasan Taman Kerinci, Kebayoran Baru, Jakarta pada Sabtu (24/8/2019).
Kegiatan olahraga itu menjadi bagian dari program Smile Train Indonesia.
"Kami memberikan pemahaman kepada rekan pelari mengenai program Smile Train Team Empower," tutur Program Director & Country Manager Smail Train Indonesia Deasy Larasati dalam program tersebut.
Smile Train Team Empower adalah program global Smile Train.
Program penggalangan dana ini bertujuan memberikan bantuan bagi anak-anak dengan celah bibir dan atau langit-langit.
"Supaya mereka bisa tersenyum kembali," kata Deasy.
Deasy mengatakan, Indonesia adalah negara ketiga terbesar dalam jumlah penderita celah bibir dan atau langit-langit.
Angkanya mencapai sekitar 9.000 orang.
Khususnya anak-anak dengan kelainan celah bibir dan atau langit-langit mengalami berbagai masalah kesehatan.
Ada yang sulit makan, sulit bernapas, sulit bicara, risiko kurang gizi, dan lainnya.
"Karena kelainan itu, anak-anak juga rentan menghadapi masalah sosial. Salah satunya, mereka sulit berteman," tutur Deasy.
Operasi dan biaya
Kepada Kompas.com, Deasy menjelaskan ikhwal penanganan anak-anak yang memiliki kelainan celah bibir dan atau langit-langit.
Ia mengambil contoh anak berusia 3 bulan yang memiliki kelainan tersebut.
"Biasanya pada usia 3 bulan, dilakukan dahulu operasi celah bibir," kata Deasy.
Lantas, jika memang anak bersangkutan juga mengalami kelainan langit-langit, dilakukanlah operasi pemulihan tersebut.
Selanjutnya, saat berusia 5 tahun, dapat juga dilakukan operasi hidung.
"Bila ditemukan hidung si anak kondisinya kurang simetris," lanjut Deasy.
Lembaga yang dipimpin Deasy melaksanakan perawatan komprehensif dan berkelanjutan.
"Sehabis operasi penutupan celah dan langit-langit, bisa juga dilakukan terapi bicara," tuturnya.
"Sehingga, operasi dan perawatan itu bisa membuat anak mendekati pemulihan sempurna," kata Deasy.
Soal biaya, Deasy menginformasikan, sekali operasi, dibutuhkan biaya di kisaran Rp 15 juta.
"Biasanya operasi ini dilakukan di rumah sakit yang tidak bekerja sama dengan kami," tutur Deasy.
Sementara, biaya satu kali operasi pada rumah sakit yang bekerja sama dengan Smile Train Indonesia berada di kisaran angka Rp 5,5 juta.
Hingga kini, kata Deasy, Smile Train Indonesia menjalin kerja sama dengan 85 mitra rumah sakit dan sekitar 300 dokter.
Sementara itu, Deasy menerangkan ada komitmen minimal penggalangan dana sebesar 1.000 dollar AS pada program Smile Train.
"Angka donasi sebesar itu bisa menolong dua orang anak," demikian Deasy.
Donasi
Sementara itu, Dieyan yang mengaku baru kali pertama belari sembari berdonasi, mengatakan bahwa kesempatan berlari di Chicago Marathon akan dipergunakan semaksimal mungkin memberikan bantuan bagi anak-anak penderita.
Sama halnya dengan Dieyan, Marissa pun juga bakal berpartisipasi secara penuh di Chicago Marathon 2019.
Pelari di Maraton Chicago akan menempuh jarak 42 kilometer.
Selain keduanya, ikut ambil bagian juga adalah pelari Andri Parulian dan Fransiskus Kesuma untuk program donasi ini.
https://bola.kompas.com/read/2019/08/26/17524458/2-pelari-ini-bantu-penderita-bibir-sumbing-begini-ceritanya