Pada musim 2019 ini, PSSI benar-benar bekerja keras untuk memperkokoh piramida kompetisi sepak bola di Indonesia.
Tidak hanya kasta tertinggi saja, kasta kedua dan ketiga pun kini sudah mendapatkan perhatian dari federasi tertinggi di Tanah Air tersebut.
Bahkan kompetisi-kompetisi yang sempat dianggap sebelah mata seperti Piala Soeratin dan Liga 1 kelompok umur pun mulai dikonsep dengan matang sebagai upaya untuk pembentukan pemain sejak usia dini.
Sayangnya, program visioner yang dibentuk PSSI mendapatkan tantangan yang cukup banyak, salah satunya adalah tenaga wasit yang kompeten.
“Wasit itu memang menjadi persoalan di setiap negara. Semakin banyak pertandingan tentu semakin banyak kita membutuhkan banyak wasit,” ujar Gusti Randa.
Kekurangan tenaga wasit tidak hanya mencakup masalah kuantitas. Masalah kualitas pertandingan pun ikut menjadi imbasnya.
Bukti paling nyata adalah sejumlah kasus kerusuhan di semua kasta kompetisi yang diawali oleh kinerja wasit yang dinilai tidak maksimal.
Kendati demikian, ia menegaskan bahwa masalah kekurangan wasit ini tidak serta merta kesalahan federasi.
Pasalnya, di lapagan cuma segelintir sumber daya manusia yang berminat menjadi seorang wasit profesional.
“Jadi, tidak sembarangan juga menyebut kita kekurangan wasit,” imbuhnya.
Di sisi lain, opsi mendatangkan wasit asing seperti yang sudah terjadi musim lalu, dirasa tidak bisa menjadi solusi.
Gusti Randa mengatakan bahwa pihak terkait harus berupaya memproduksi sendiri sehingga ke depannya lebih mapan.
Namun kembali lagi, hal tersebut membutuhkan proses yang panjang dan tidak instan.
“Bagaimana pun, federasi harus bisa melahirkan wasit-wasit berlisensi dan prosesnya tidak seperti makan cabai, sekali makan langsung pedas atau jadi,” katanya.
https://bola.kompas.com/read/2019/08/09/18020078/gusti-randa-angkat-bicara-soal-isu-kurangnya-tenaga-wasit-di-indonesia