KOMPAS.com - Striker timnas putri Amerika Serikat Alex Morgan berhasil membungkam kritik atas kontroversi selebrasinya dengan meraih Silver Boot atau Sepatu Perak di Piala Dunia Wanita 2019.
Alex Morgan dianugerahi Sepatu Perak seusai mengantarkan timnya meraih gelar juara dunia dengan mengalahkan timnas Belanda di laga final.
Bertanding di Parc Olympique Lyonnais, Perancis, Minggu (7/7/2019), Alex Morgan dkk menang dengan skor 2-0 atas Belanda.
Gol pertama timnas Amerika Serikat lahir setelah Alex Morgan dilanggar Stephanie van der Gragt di kotak penalti Belanda pada menit ke-61.
Seusai meninjau Video Assistant Referee (VAR), wasit tak ragu memberikan hadiah penalti kepada AS.
Megan Rapinoe yang mengeksekusi tendangan 12 pas itu, berhasil membuka keunggulan pasukan Negeri Paman Sam.
Berselang tujuh menit dari gol pembuka, AS sukses menggandakan keunggulan lewat tembakan Rose Lavelle yang bersarang di pojok gawang Belanda kawalan Sari van Veenendaal.
Tak hanya meraih gelar Piala Dunia 2019, timnas Amerika Serikat juga menambah kebanggaan dengan raihan titel individu yang dua strikernya, Alex Morgan dan Megan Rapinoe.
Alex Morgan meraih Sepatu Perak setelah mengoleksi enam gol di sepanjang Piala Dunia 2019.
Di sisi lain, Megan Rapinoe memborong dua gelar sekaligus, yakni Sepatu Emas atau Golden Boot dan Bola Emas.
Pemain berusia 34 tahun itu dinobatkan sebagai top skor lewat koleksi tujuh gol atau unggul satu gol atas Alex Morgan.
Selain berprestasi, kedua striker timnas putri Amerika Serikat itu juga terkenal dengan kontroversi yang mereka timbulkan.
Megan Rapinoe dikenal dengan komentar-komentar kontroversialnya. Khususnya, saat dia menyatakan tidak akan memenuhi undangan Presiden Amerika Serikat Donald Trump untuk ke Gedung Putih jika timnya menjuarai Piala Dunia.
Sementara itu, Alex Morgan menuai kontroversi karena gaya selebrasi "minum teh" yang dia lakukan pada laga semifinal melawan timnas Inggris, Selasa (2/7/2019) atau Rabu dini hari WIB.
Setelah mencetak gol ke gawang Singa Betina -julukan timnas putri Inggris-, Morgan melakukan selebrasi dengan gestur bak orang minum teh.
Aksinya itu kemudian dikaitkan dengan tuduhan menghina Inggris, negara yang juga membudayakan minum teh.
Apalagi, kemenangan AS atas Inggris hanya berselang dua hari sebelum hari kemerdekaan AS yang jatuh pada 4 Juli.
Sejarah kemerdekaan AS memuat sebuah peristiwa yang dikenal dengan nama "Boston Tea Party".
Akan tetapi, Morgan menampik bahwa selebrasi "minum teh" itu dia lakukan untuk menghina Inggris.
Menurutnya, selebrasi itu dilakukan karena terinspirasi dari bintang film Game of Thrones, Spohie Turner, di Instagram strories.
"Selebrasi saya sebenarnya lebih soal, 'Inilah tehnya', yang menyatakan sebuah cerita, menyebarkan berita," kata kata Morgan, dilansir ESPN.
"Sophie Turner cukup sering melakukan itu. Dia adalah aktris favorit saya. Jadi, ini sama sekali bukan untuk menyerang Inggris," ucap pesepak bola berusia 30 tahun itu.
Morgan juga menyatakan bahwa kritik tajam yang diarahkan kepadanya karena selebrasi "minum teh" itu justru menunjukkan adanya diskriminasi bagi pesepak bola pria dan perempuan.
Menurutnya, pria lebih memiliki kebebasan luas untuk berselebrasi. Lain halnya dengan wanita yang terikat dengan norma-norma kesopanan.
"Saya merasa ada standar ganda untuk perempuan di olahraga agar kami merasa seperti kami harus rendah hati atas kesuksesan kami. Kami boleh berselebrasi, tapi tidak berlebihan atau dengan gaya minimalis," tutur dia.
https://bola.kompas.com/read/2019/07/08/09562778/alex-morgan-prestasi-dan-kontroversi-peraih-sepatu-perak-piala-dunia-wanita