Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Mendengarkan Danurwindo, dari Birmingham-London Kembali ke Birmingham

KOMPAS.com - Birmingham, Inggris. Siang itu, sekitar pukul 14.00, cuaca masih terasa dingin, kisaran 5 hingga 7 derajat celsius. Namun, untuk sesaat, kondisi itu "berubah".

Hangat. Itulah kesan saya saat kali pertama bertemu dengan tokoh sepak bola nasional, Danurwindo. Sapaan perkenalan saya berbalas dengan senyum dan jawaban.

"Halo, Pak Danur, saya Eris dari Kompas.com," sapa saya saat memperkenalkan diri kepada sosok yang saat ini menjabat sebagai Direktur Teknik PSSI itu, saat bertemu di lobi hotel di kawasan Birmingham, Inggris, jelang keberangkatan menuju London, sehari sebelum tim Garuda Select melawan Chelsea U-16, Jumat (10/5/2019).

"Hai Ris, dari Kompas ya, kalau Jalu masih di sana juga enggak ya?" respons Danurwindo, tak lama setelah kami berjabat tangan, lalu menuju mobil yang akan membawa kami ke London.

"Masih Pak, dia editor saya di kanal Bola Kompas.com," jawab saya.

Hari itu saya, Danurwindo, dan dua rekan jurnalis lainnya memang diagendakan akan menuju London. Perjalanan itu dilakukan sehari jelang laga Garuda Select melawan Chelsea di Lapangan Akademi Chelsea, Cobham Training Centre, Sabtu (11/5/2019).

Untuk menjaga kondisi pemain dan mengefektifkan perjalanan, dari Jumat itu, tim memang mulai berangkat dan bermalam di London, tepatnya di daerah Cobham.

Pemberangkatan dilakukan terpisah. Para pemain beserta staf pelatih berangkat dengan menggunakan dua minibus, sedangkan kami, jurnalis, berangkat bareng Danurwindo dengan menggunakan mobil.

"Kemarin saya sudah mampir ke flat tempat tinggal para pemain Garuda Select," kata Danurwindo dalam perjalanan menuju kawasan London itu.

"Fasilitasnya cukup baik, layak," ucapnya, yang tiba di Birmingham pada Kamis (11/5/2019), beda dengan kami yang sudah berada di sana sejak awal Mei lalu.

Danurwindo memang datang dalam rangka memantau perkembangan para pemain Garuda Select.

PSSI Primavera

Dalam perjalanan, Danurwindo bercerita soal beberapa kisahnya di dunia sepak bola. Danurwindo memang bukan sosok sembarangan dalam persepakbolaan Tanah Air.

Anda yang mengenal mantan pesepak bola kenamaan Indonesia, seperti Kurniawan Dwi Yulianto, Bima Sakti, Kurnia Sandy, Yeyen Tumena, Anang Maruf, Supriyono, Aples Tecuari, dan lainnya, layak tahu sosok di belakangnya, ya, dia adalah Danurwindo.

Bersama Romano Matte, Danurwindo pernah melatih para pemain tersebut dalam program PSSI Primavera di Italia pada medio 1990-an, tepatnya pada 1993.

Bahkan, saat itu, beberapa nama, seperti Kurniawan, Bima Sakti, dan Kurnia Sandy, sempat memikat klub Liga Italia, Sampdoria.

Kini, Danurwindo tetap fokus dalam pengembangan sepak bola Indonesia. Menjabat sebagai Direktur Teknik PSSI, sosok yang kini berusia 68 tahun itu pun berperan penting dalam pembentukan kurikulum Filosofi Sepak Bola Indonesia atau kerap disingkat menjadi Filanesia.

"Saat itu, saya sempat menjadi sopir, menyopiri para pemain, untuk berangkat dari tempat tinggal menuju tempat latihan," kenang Danurwindo soal PSSI Primavera, dalam perjalanan menuju London.

"Kurniawan menarik perhatian, Ilham Romadhona (eks Primavera yang sekarang menjadi pelatih Barito Putera U-16 dan mengikuti program Garuda Select), badannya kecil, tetapi dia paling berani," ucap sosok yang pernah melatih timnas Indonesia, Arseto Solo, Persija Jakarta, dan Persebaya Surabaya itu.

Sekitar 3 hingga 4 jam kami lalui dalam perjalanan menuju London, tepatnya daerah Cobham, dari Birmingham. Kondisi lalu lintas tak sepenuhnya lancar, kadang ada macet, meski tak lama, mengingat hari itu adalah Jumat, menjelang akhir pekan.

"Its, a long journey," kata Paul, sopir yang membawa kami menuju London.

Sekitar pukul 18.00 kurang waktu setempat kami tiba di Hilton Cobham. Para pemain beserta jajaran pelatih bermalam di sini, termasuk saya dan Danurwindo.

Kesan Akademi Chelsea

Esok harinya, Sabtu (11/5/2019), tim bersiap menuju Cobham Training Centre, pusat Akademi Sepak Bola Chelsea. Sekitar pukul 08.00 pagi kami berangkat dari hotel. Waktu perjalanan menuju tujuan ditempuh sekitar 15 menit.

Takjub. itulah perasaan saya saat tiba di akademi klub berjulukan The Blues tersebut. Tempatnya sangat luas, bagaimana tidak, di sini terdapat lebih dari 30 lapangan, tepatnya 38 lapangan.

Kualitas rumputnya sangat baik dan situasinya kondusif karena tak sembarangan orang bisa masuk, mengingat tim utama pun berlatih di Cobham, meski di lapangan yang berbeda dengan tim yunior.

Apa yang saya rasakan turut dirasakan pula oleh Danurwindo.

"Sangat luar biasa, saya juga baru lihat, bagus sekali, saya lihat bagaimana fasilitas akademi ini, profesional. Mereka punya 38 lapangan, luar biasa," kesan Danurwindo soal akademi Chelsea.

"Lapangan bagus dan metodologi latihan, kualitas pelatih, kompetisi mereka yang reguler, menghasilkan apa seperti yang kita lihat. Kita juga harus buat yang seperti ini kalau ingin sepak bola kita maju," tuturnya.

Laga antara Garuda Select melawan Chelsea U-16 pun berlangsung. Sempat memberi perlawanan saat babak pertama, David Maulana dkk meski mengakui keunggulan lawan dengan skor 2-7.

Namun, Danurwindo melihat hasil laga dari "kacamata" lain. Dia menilai, pertandingan tersebut bisa menjadi pelajaran penting dan pengalaman berharga bagi aset muda sepak bola Indonesia itu.

"Yang paling penting adalah mereka dapat pengalaman yang luar biasa karena mereka bermain di top level, di level sepak bola kelas atas. Mereka saya lihat di lapangan sudah mulai bisa beradaptasi. Kalau kita lihat, kualitas Chelsea memang mereka luar biasa, mulai dibangun dari bawah," kata Danurwindo seusai laga kepada Kompas.com.

"Ini yang harus kita kembangkan, bagaimana kita bisa bermain dengan cara-cara yang seperti mereka lakukan di dalam permainan mereka. Kalau saya lihat, kalah menang tidak pikirkan, tetapi bagaimana reaksi pemain di dalam lapangan menghadapi situasi seperti ini. Mereka dipaksa bermain di high level. Kita belajar di sini. Banyak nilai positif yang harus dikembangkan," tuturnya.

Begitulah kata Danurwindo setelah menyaksikan performa Garuda Select saat menghadapi Chelsea U-16. Menurut dia, saat ini, ada yang lebih penting dari sekadar hasil, yakni pembelajaran dan pengalaman yang didapat.

Sekitar pukul 13.00, kami pun pamit dari sang tuan rumah untuk kembali ke Birmingham, ke tempat menginap semula.

Pagi di Birmingham

Pagi harinya, Minggu (12/5/2019), saya, beserta dua rekan jurnalis lainnya, bersiap untuk berkemas karena kami memang dijadwalkan kembali ke Indonesia pada hari tersebut, berbeda dengan para pemain dan Danurwindo yang dijadwalkan kembali pada Selasa (14/5/2019).

Setelah selesai berkemas, waktu masih menunjukkan pukul 08.00, sedangkan jadwal check out adalah pukul 11.00. Saya pun memutuskan untuk turun dari hotel, terlintas untuk jalan-jalan sebentar, sekadar untuk membeli suvenir.

Di lobi hotel, tak sengaja, saya kembali bertemu dengan Danurwindo, juga dengan rekan jurnalis, Aloysius Gonsaga.

"Ada rencana ke mana sekarang, Ris? tanya Danurwindo, tak lama setelah kami bertemu di sekitaran lobi hotel.

"Hari ini kami pulang, Pak, nanti check out jam 11.00," jawab saya.

"Oh hari ini pulang, check out jam 11.00 ya, ada rencana mau keluar dulu ga?" Danurwindo kembali bertanya.

Saat itu memang masih pagi, sekitar pukul 09.00.

"Saya sebenarnya ingin jalan keluar dulu, Pak, di sekitar Bullring (pusat perbelanjaan) di Birmingham, ya sebelum check out sudah balik ke hotel palingan," jawab saya.

"Wah, kebetulan, saya juga ingin coba jalan-jalan di sekitar Birmingham, barengan aja, nanti kalian balik duluan aja kalau misalnya udah mendekati check out," kata Danurwindo kepada saya dan Aloysius.

Singkat kata, kami pun akhirnya jalan keluar. Saya dan Aloysius, yang datang ke Birmingham lebih dulu dibanding Danurwindo, seolah menjadi guide pada pagi itu. Sebelumnya, beliau memang belum sempat jalan-jalan di sekitar Birmingham.

Tak lupa, dalam perjalanan, dia kembali bercerita soal kenangannya saat membesut tim PSSI Primavera.

"Waktu itu, saat saya sedang menyetir mobil dan membawa pemain, di jalanan ada salju. Saat hendak kembali ke tempat tinggal, mobil kami jalannya ke kiri, ke kanan, licin. Hingga akhirnya, mobil sulit melaju saat jalanan menanjak," cerita Danurwindo.

"Saya hubungi orang di penginapan, tak lama mereka datang membawa semacam rantai yang dipasangkan di ban mobil hingga akhirnya mobil pun bisa kembali berjalan," tuturnya.

Saya, dengan Aloysius, mendengar cerita itu dengan asyik dalam perjalanan. Hingga akhirnya, kami pun tiba di tujuan yang dimaksud.

Namun, pusat perbelanjaan itu belum buka. Tertera di pintu, ada tulisan bahwa pada akhir pekan pusat perbelanjaan itu buka pukul 11.00 siang.

"Yah, masih tutup, Pak," ucap saya. 

"Tak apa, nanti saya kembali ke sini, kalian nanti kalau mau pulang duluan, enggak apa-apa, khan mesti siap-siap check out ya," tuturnya.

Kami pun memutuskan untuk berjalan-jalan di area Bullring dan mampir ke penjual suvenir yang berada di sekitar jalan. Setelah membeli beberapa suvenir, sekadar buah tangan, kami kembali berjalan.

Hingga akhirnya, kami pun mesti berpisah, mengingat saya dan Aloysius mesti siap-siap check out dan pergi ke bandara untuk pulang ke Indonesia.

"Sudah di sini saja, saya ingat kok jalannya, kalian pulang saja, nanti kalau tokonya sudah buka, saya mau coba ke sana lagi," ucap Danurwindo menyilakan kami berdua untuk kembali bersiap pulang.

Saya dan Aloysius pun pamit dan tak lupa untuk saling bertukar nomor handphone.

"Sampai ketemu di Jakarta, salam untuk teman-teman di kantor," ucap Danurwindo.

"Baik, Pak, hati-hati, ya," jawab saya. Kami pun berjalan menuju arah dan tujuan yang berbeda.

Dalam perjalanan pulang, kadang masih terlintas dalam benak saya obrolan dengan Danurwindo, singkat, tetapi hangat...

Setiba di Tanah Air, saya pun membaca dan menyimak kembali apa yang saya dapat saat meliput Garuda Select di Inggris.

Satu di antaranya, jemari pun menulis kata "Danurwindo" di mesin pencari. Dan, rekam digital menunjukkan belum lama ini ternyata beliau berulang tahun, tepatnya pada Rabu lalu (15 Mei 2019).

Sekali lagi, selamat ulang tahun, Danurwindo, terus semangat mengembangkan dan membangun sepak bola Indonesia...

https://bola.kompas.com/read/2019/05/20/05500008/mendengarkan-danurwindo-dari-birmingham-london-kembali-ke-birmingham

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke