Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Jalu W. Wirajati

Seseorang yang awalnya mengaku paham sepak bola, tetapi kemudian merasa kerdil ketika sudah menjadi wartawan bal-balan per April 2004. Seseorang yang suka olahraga, khususnya, sepak bola, tetapi menikmatinya dari tepi lapangan.

Drama (William) Shakespeare di Leicester City

Kompas.com - 20/03/2017, 07:02 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini
EditorHeru Margianto

Tanpa Way, para pemain Leicester seolah hilang kendali. Kartu merah kepada Jamie Vardy atau protes keras saat wasit menghadiahkan penalti pada laga kontra Stoke City, Desember lalu, bisa jadi merupakan efek dari kehilangan Way. 

"To be thus is nothing. But to be safely thus. Our fears in Banquo. Stick deep; and in his royalty of nature. Reigns that which would be feared." - Macbeth 

Hal paling nyata dari perubahan Ranieri adalah putusannya dalam merotasi pemain. Padahal, saat menjadi juara, Leicester menjadi tim yang konsisten karena tak pernah melakukan banyak perubahan.

Situasi berbeda terjadi pada musim 2016-2017. Ranieri seolah kembali ke sifat aslinya. Label The Tinkerman sebagai orang yang suka bergonta-ganti taktik, seperti tertulis di kamus populer Inggris, muncul lagi saat Leicester berupaya mempertahankan gelar.

Formasi 4-4-2—yang bisa bertransformasi menjadi 4-4-1-1— menjadi andalan Ranieri saat Leicester menjadi juara Premier League.

Berdasar Transfermarkt, Ranieri memakai formasi tersebut dalam 37 dari total 38 pertandingan Premier League. Pengecualian terjadi pada laga pamungkas ketika dia menerapkan 4-5-1 dalam laga yang tak lagi menentukan di kandang Chelsea.

Bandingkan dengan musim ini. Dari sumber yang sama, terlihat Ranieri mencoba formasi 4-4-2, 4-2-3-1, 4-3-1-2, 4-1-4-1, bahkan 3-5-2. The Foxes juga terlihat tak lagi bermain menunggu, tetapi selalu mencoba terlebih dahulu mengambil inisiatif serangan.

Hal itu mungkin saja dicoba Ranieri untuk memfasilitasi sejumlah pemain baru yang dibeli dengan total dana belanja 80 juta poundsterling, rekor pengeluaran klub. Namun, putusan-putusan tak populer itu telah menghasilkan nada miring dari internal tim.

Salah satu contohnya adalah ketika memaksa Ahmed Musa bermain di posisi sayap kanan dan menggeser Riyad Mahrez ke gelandang serang saat menghadapi Sevilla pada pertandingan pertama babak 16 besar Liga Champions, Rabu (22/2/2017). Leicester kalah 1-2 pada laga ini.

"Bukan sebuah kejutan karena beberapa kali dia telah membuat putusan gila musim ini," sebut sumber internal Leicester kepada The Telegraph.

Pada awal 2017, para pemain Leicester sebenarnya sudah meminta kepada Ranieri untuk kembali ke formasi andalan seperti pada musim lalu. Akan tetapi, Ranieri menepis semua usulan itu dan seolah menegaskan bahwa hanya boleh ada satu suara di klub, yaitu dari dia!

Sikap otoriter laiknya Julius Caesar itu akhirnya membuat Ranieri kena getahnya. Mosi tidak percaya muncul. Dia pun dianggap sebagai dalang dari performa buruk Leicester musim ini.

Memang, Ranieri tak sepenuhnya bisa disalahkan dalam penurunan performa Leicester. Kehilangan sejumlah pemain kunci dan "star syndrome" yang menjangkit para pemain—terutama ketika menaiki mobil mewah saat diperkenalkan pada awal musim—menjadi penyebab lain penurunan performa tim.

Belum lagi campur tangan Chairman Vichai Srivaddhanaprabh. Pemilik klub asal Thailand itu dianggap telah mengganggu independensi Ranieri sebagai manajer dengan menempatkan Jon Rudkin, orang dekatnya, sebagai direktur teknis tim.

Hanya, sebagai seorang manajer, Ranieri memang menjadi sosok yang paling bertanggung jawab terkait performa tim. Kamis (23/2/2017) atau sehari setelah pertandingan kontra Sevilla, di Hotel Radisson Blu dekat Bandara East Midlands, dia harus menerima putusan pemecatan.

"Semua mimpi saya berakhir kemarin," kata Ranieri sehari setelah dirinya dipecat.

Kisah Shakespeare

Craig Shakespeare yang awalnya berstatus asisten pelatih naik jabatan menjadi manajer sementara. Promosinya Shakespeare berbanding lurus dengan peningkatan performa Leicester.

Dalam tiga pertandingan selepas Ranieri pergi, Vardy dkk meraih tiga kemenangan beruntun, salah satunya melawan tim papan atas, Liverpool. Terbaru, mereka menang 3-2 atas West Ham United, Sabtu (18/3/2017)—kemenangan tandang pertama Leicester di liga sejak 11 bulan lalu.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Permintaan Maaf Mourinho yang Terkuak oleh Kisah Schweinsteiger

Permintaan Maaf Mourinho yang Terkuak oleh Kisah Schweinsteiger

Liga Inggris
Jadwal Liga Spanyol, El Clasico Real Madrid Vs Barcelona

Jadwal Liga Spanyol, El Clasico Real Madrid Vs Barcelona

Liga Spanyol
Saat Legenda Timnas Indonesia 'Angkat Topi' untuk Ernando Ari...

Saat Legenda Timnas Indonesia "Angkat Topi" untuk Ernando Ari...

Timnas Indonesia
Klopp Pulang Tanpa Keajaiban, Liverpool Terbentur Hati 'Sang Dewi'

Klopp Pulang Tanpa Keajaiban, Liverpool Terbentur Hati "Sang Dewi"

Liga Lain
Piala Asia U23 2024, Syarat Timnas U23 Indonesia Lolos ke Perempat Final

Piala Asia U23 2024, Syarat Timnas U23 Indonesia Lolos ke Perempat Final

Timnas Indonesia
Rapuhnya Pertahanan Arema FC...

Rapuhnya Pertahanan Arema FC...

Liga Indonesia
Persib Vs Persebaya, Bek Maung Waspada meski Bajul Ijo Tanpa Top Skor

Persib Vs Persebaya, Bek Maung Waspada meski Bajul Ijo Tanpa Top Skor

Liga Indonesia
Pesan STY yang Picu Hasil Bersejarah Timnas Indonesia di Piala Asia U23

Pesan STY yang Picu Hasil Bersejarah Timnas Indonesia di Piala Asia U23

Timnas Indonesia
Xabi Alonso Ucap 'Roma, Roma, Roma', De Rossi Cium Aroma Balas Dendam

Xabi Alonso Ucap "Roma, Roma, Roma", De Rossi Cium Aroma Balas Dendam

Liga Lain
Timnas Indonesia Bekuk Australia, Asa ke Olimpiade 2024 Terjaga

Timnas Indonesia Bekuk Australia, Asa ke Olimpiade 2024 Terjaga

Timnas Indonesia
Milan Dilibas 10 Pemain Roma, Langsung 'Disidang' Ultras di Olimpico

Milan Dilibas 10 Pemain Roma, Langsung "Disidang" Ultras di Olimpico

Liga Lain
Persib Vs Persebaya, Saat Bojan Hodak Rasakan Tekanan Berbeda...

Persib Vs Persebaya, Saat Bojan Hodak Rasakan Tekanan Berbeda...

Liga Indonesia
5 Fakta Menarik Indonesia Bekuk Australia, Mental dan Ernando Pembeda

5 Fakta Menarik Indonesia Bekuk Australia, Mental dan Ernando Pembeda

Timnas Indonesia
Cara Bertahan Timnas U23 Indonesia yang Perpanjang Kebuntuan Australia

Cara Bertahan Timnas U23 Indonesia yang Perpanjang Kebuntuan Australia

Timnas Indonesia
Indonesia Vs Australia: Komang Teguh Ubah Ketegangan Jadi Kelegaan

Indonesia Vs Australia: Komang Teguh Ubah Ketegangan Jadi Kelegaan

Timnas Indonesia
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com