Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Yesayas Oktovianus
Mantan wartawan harian Kompas, masa tugas 1983-2016

Mantan wartawan harian Kompas dengan masa tugas 32 tahun (1983-2016). Selama di harian Kompas, lebih banyak membidangi spesialisasi sepak bola nasional maupun internasional. Tiga kali meliput Piala Dunia, satu Kejuaraan Eropa, satu Olimpiade, beberapa kali SEA Games dan PON serta Kejuaraan Sepak Bola Nasional. 

Edy yang Memulai, Edy yang Menuntaskan

Kompas.com - 23/02/2017, 06:47 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini
EditorJalu Wisnu Wirajati
KOMPAS.com - Kamis, 2 Februari lalu, ramai di media main stream maupun media sosial komunitas sepak bola nasional mempersoalkan pengakuan polos pengurus teras PSSI, Iwan Budianto (IB) bahwa dirinya pernah menyuap wasit.
 
Pengakuan IB itu muncul dalam acara pengambilan sumpah wasit PSSI yang diadakan Ketua Umum PSSI, Edy Rahmayadi di Jakarta.  
 
Dalam sambutannya, Edy sempat menyinggung soal adanya sogok-menyogok wasit dalam sebuah pertandingan. "Termasuk kau kan, Wan. Kau kan nyogok juga dulu itu main," kata Edy sambil menunjuk Iwan, seperti yang dikutip media sosial.
 
"Dulu... Insya Allah sekarang enggak, Pak," jawab Iwan yang adalah wakil ketua PSSI (sesuai keputusan kongres).
 
"Saya tahu itu. Bukan saya tak tahu," kata Edy.
 
Tanya jawab singkat dua sosok teras PSSI ini, memang kemudian diklarifikasi Edy bahwa obrolan itu sekadar lelucon. Namun, substansinya sangat dalam.
 
Di sini, ada sebuah pengakuan jujur dan polos dari IB tentang "kerusakan dan kebobrokan moral dan etika" yang diperlihatkan olehnya pada masa lalu. Sekali lagi, "kerusakan moral dan pelanggaran etika yang sangat serius di sepak bola" telah dilakukan IB.
 
Sekadar ilustrasi. Tahun 2011, Ketua Uni Sepak Bola Eropa (UEFA), Michael Platini terlibat kasus suap ketika menerima sejumlah uang dari Ketua FIFA, Sepp Blatter untuk sebuah proyek Piala Dunia. Kasus ini, baru diangkat empat tahun kemudian, tahun 2015, di mana Komite Etik FIFA akhirnya menghukum Platini.  
 
Djafar Umar (almarhum), wasit PSSI bersertifikat FIFA, tahun 1998 dihukum seumur hidup oleh PSSI karena terindikasi (tidak pernah ada pengakuan dari yang bersangkutan) melakukan suap-menyuap di antara wasit dalam sejumlah pertandingan.  
 
Saat itu, Djafar berstatus sebagai Ketua Komisi Wasit sehingga perananannya sangat vital dalam menentukan kinerja para wasitnya.
 
Kasus ini terkuak setelah Manajer Persikab Kabupaten Bandung, Endang Sobarna, mengembuskan kabar soal adanya permainan kotor di antara para wasit yang memimpin pertandingan di kompetisi sepak bola nasional.
 
Ketua Umum PSSI, Azwar Anas, saat itu langsung merespons pernyataan Endang Sobarna dengan membentuk sebuah tim investigasi. Lewat tim ini pula, Djafar akhirnya divonis bersalah dan dikenai hukuman seumur hidup pelarangan terlibat di sepak bola nasional. 
 
Sikap Edy dan Iwan
 
FIFA dalam koridor hukuman, menempatkan pelanggaran etika dan kasus suap sebagai "yang paling serius". Untuk pelanggaran etika dan suap, FIFA tidak pernah main-main menuntaskannya dan menjatuhkan hukuman seberat-beratnya bagi yang melanggar.
 
Ini sudah terbukti dengan tumbangnya Sepp Blatter dan Platini karena kasus suap. 
 
Dua tahun lalu, ketika Presiden Joko Widodo (Jokowi) ingin mereformasi total sepak bola nasional, beliau inginkan agar pengurus baru PSSI nantinya benar-benar bersih dari tangan-tangan kotor.
 
Salah satu indikasinya adalah dengan "mendukung" sosok berlatar belakang militer untuk memimpin PSSI. Dia adalah Edy Rahmayadi (Pangkostrad) yang kemudian terpilih sebagai Ketua Umum PSSI dalam Kongres Luar Biasa di Ancol, Jakarta tahun lalu.
 
Baru sekitar tiga bulan memimpin PSSI, Edy belum bisa dikatakan berhasil atau gagal dalam mewujudkan reformasi total sepak bola seperti yang diinginkan Presiden. Namun, dalam mewujudkan sepak bola Indonesia yang bersih dan berprestasi nantinya, Edy perlu menyikapi pernyataan IB dengan serius.
 
Apalagi, saat itu, Edy "menyerang" IB dalam sebuah pertemuan resmi. Tidak saja peserta wasit dan sejumlah pengurus PSSI medengar pengakuan IB, tetapi juga awak media yang akhirnya diketahui oleh hampir semua komunitas sepak bola nasional saat ini, setelah isu ini dipublikasikan. 
 
Masyarakat sepak bola tentu sangat menggantungkan harapan besar kepada Edy untuk melakukan perbaikan di tubuh PSSI. Sebelum menjadi ketua PSSI, Edy sering melontarkan pernyataan-pernyataan yang keras dengan tujuan ingin membangun sepak bola Indonesia yang lebih baik.
 
Kini, setelah menjadi ketua, Edy  tidak lagi ditunggu pernyataan kerasnya, tetapi tindakan dan sikap tegas untuk melakukan bersih-bersih dari dalam. Dengan kata lain, "Edy yang memulai, Edy yang harus menuntaskan".
 
Pengembangan kasus tidak saja dimulai dari IB, tetapi juga di kalangan wasit yang selama ini bertugas dan terlibat intens di kompetisi, terutama kompetisi profesional.
 
Belajar dari kasus ini, Edy dan jajaran pengurusnya perlu lebih serius dan bekerja kerasmemperbaiki dan membangun sepak bola kita lebih baik ke depan.
 
Persoalan teknis mengejar prestasi tidak saja yang utama, tetapi masalah nonteknis juga harus mendapat porsi pethatian tersendiri. Salah satu penghambat pencapaian prestasi sepak bola selama ini adalah masalah mental oknum-oknum pengurus di PSSI.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Hasil Red Sparks vs Indonesia All Star 3-2, Megawati Ucapkan Terima Kasih

Hasil Red Sparks vs Indonesia All Star 3-2, Megawati Ucapkan Terima Kasih

Sports
Hasil dan Klasemen Liga 1, Bali United Menang Dramatis, Dewa Jaga Asa

Hasil dan Klasemen Liga 1, Bali United Menang Dramatis, Dewa Jaga Asa

Liga Indonesia
SBY Ramaikan Laga Red Sparks Vs Indonesia All Star 

SBY Ramaikan Laga Red Sparks Vs Indonesia All Star 

Sports
Jelang Yordania Vs Indonesia, Skuad Garuda Muda Analisis Laga Lawan

Jelang Yordania Vs Indonesia, Skuad Garuda Muda Analisis Laga Lawan

Timnas Indonesia
Hasil Persib Vs Persebaya 3-1, Alasan Bojan Hodak Bahagia

Hasil Persib Vs Persebaya 3-1, Alasan Bojan Hodak Bahagia

Liga Indonesia
Demam Megawati, Fan Habiskan Rp 13 Juta demi Nonton Red Sparks

Demam Megawati, Fan Habiskan Rp 13 Juta demi Nonton Red Sparks

Sports
Hasil Liga 1: Persik Vs Persita Seri, Bhayangkara FC Degradasi

Hasil Liga 1: Persik Vs Persita Seri, Bhayangkara FC Degradasi

Liga Indonesia
Hasil Persib Vs Persebaya 3-1: David da Silva Hattrick, Cium Sepatu Ciro Alves

Hasil Persib Vs Persebaya 3-1: David da Silva Hattrick, Cium Sepatu Ciro Alves

Liga Indonesia
Pelatih Bali United Minta PSSI Tegas Tangani Dugaan Match Fixing di Liga 1

Pelatih Bali United Minta PSSI Tegas Tangani Dugaan Match Fixing di Liga 1

Liga Indonesia
Arema FC Hadapi Misi Tak Mudah, Widodo Bilang Semangat Jangan Patah

Arema FC Hadapi Misi Tak Mudah, Widodo Bilang Semangat Jangan Patah

Liga Indonesia
AC Milan dan Pioli Selesai, 2 Pelatih Klub Timur Tengah Masuk Bursa

AC Milan dan Pioli Selesai, 2 Pelatih Klub Timur Tengah Masuk Bursa

Liga Italia
Persib Vs Persebaya: Zalnando Starter, Bangkit dari Cedera Horor

Persib Vs Persebaya: Zalnando Starter, Bangkit dari Cedera Horor

Liga Indonesia
Timnas U23 Indonesia Vs Yordania: VAR Jadi Pelajaran, Garuda Punya Pengalaman

Timnas U23 Indonesia Vs Yordania: VAR Jadi Pelajaran, Garuda Punya Pengalaman

Timnas Indonesia
Link Live Streaming Persib vs Persebaya Liga 1, Kickoff 15.00 WIB

Link Live Streaming Persib vs Persebaya Liga 1, Kickoff 15.00 WIB

Liga Indonesia
Persik Vs Persita, Macan Putih Incar Obat Penawar Kekalahan 0-7

Persik Vs Persita, Macan Putih Incar Obat Penawar Kekalahan 0-7

Liga Indonesia
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com