Buntut dari pertandingan babak delapan besar yang berlangsung di Sleman, DI Yogyakarta, Minggu (26/10/2014), ini diakui Yoyok sebagai tindakan fatal yang merugikan timnya. Namun, Yoyok mengatakan, semua gol bunuh diri pada pertandingan dengan hasil akhir 3-2 untuk kemenangan PSS itu tidak direncanakan sebelumnya.
”Kami mengaku salah atas tindakan konyol yang dilakukan tim hingga hukuman berat harus kami hadapi,” kata Yoyok, Rabu. Karena kejadian itu, Komisi Disiplin (Komdis) PSSI mendiskualifikasi PSIS dan PSS dari kompetisi Divisi Utama 2014. Padahal, mereka telah memastikan diri lolos ke semifinal.
Sanksi tersebut membuyarkan harapan 21 pemain PSIS untuk menjajal kompetisi yang lebih tinggi, yaitu Liga Super Indonesia.
Menurut Yoyok, diskualifikasi juga membuat kerugian yang sangat besar bagi manajemen karena tidak lagi mengandalkan pendapatan asli daerah. Selama mengikuti kompetisi musim 2014, PSIS mengeluarkan dana Rp 5,5 miliar.
"Perjalanan tim untuk sampai di delapan besar membutuhkan pengorbanan besar baik dari sisi pendanaan maupun perjuangan pemain” ujar Yoyok.
Sementara itu, mes pemain PSIS, kemarin, tampak lengang. Yoyok mengungkapkan, kondisi psikologis pemain saat ini turun. Kontrak pemain yang berakhir pada bulan November belum dibicarakan kembali karena menunggu surat keputusan Komdis PSSI.
Penyelidikan menyeluruh
Manajemen PSS juga masih menunggu surat resmi tentang sanksi dari Komdis PSSI. Hingga sekarang, mereka belum memikirkan apakah akan banding atau tidak.
”Saya belum bisa berkomentar banyak soal putusan Komisi Disiplin PSSI karena masih menunggu surat dari mereka,” kata Manajer PSS Sleman Suparjiono, di Yogyakarta, Rabu.
Kelompok suporter PSS, Slemania, menyerukan penyelidikan menyeluruh terkait laga itu. Paulinus Sukadarma dari Humas Slemania mengatakan, keterlibatan pihak selain klub dalam laga tersebut harus dibongkar.
”Jangan hanya klub yang disalahkan. Kalau ada pihak lain yang terlibat, baik di lingkungan PSSI, PT Liga Indonesia, maupun lainnya, harus ada penindakan juga,” katanya. (WEN/HRS)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.