KOMPAS.com - Sehari sebelum final Piala Dunia 2002 di Yokohama, Jepang, Luiz Felipe Scolari mendatangi Ronaldo di kamarnya. Ia berbicara empat mata selama satu jam dengan striker andalannya itu. Keesokan harinya, Ronaldo memborong dua gol kemenangan Brasil atas Jerman.

Tim ”Samba” mengukir rekor baru. Mereka jadi tim pertama yang menjuarai Piala Dunia lima kali dan negara pertama yang jadi kampiun di Asia.

Ronaldo tampil gemilang di sepanjang turnamen. Dua gol di laga puncak melengkapi koleksinya menjadi delapan gol. Ia berhak mendapat sepatu emas sebagai pencetak gol terbanyak.

Penampilan itu jauh berbeda dari empat tahun sebelumnya di Perancis. Saat takluk 0-3 dari tuan rumah di final, Ronaldo tampil jauh dari harapan. Jangankan mencetak gol, ia nyaris tak pernah mengancam gawang Fabian Barthez.

”Itu mengapa saya mengunjunginya di kamar. Saya memintanya rileks dan melupakan kenangan buruk di final Piala Dunia 1998,” ungkap Scolari yang akrab disapa Felipao.

Ia juga menyarankan Ronaldo melakukan hal yang disenanginya. Pemain terbaik dunia 1997 dan 2002 itu pun memotong rambut dengan model yang tak biasa. Ronaldo menyisakan sedikit bagian depan rambutnya, seperti kuncung.

Gaya nyeleneh itu membuatnya tampil penuh semangat di final. ”Saya merasa percaya diri dan segar, bak pemain muda yang menjalani debut di final Piala Dunia,” katanya.

Di babak pertama, penampilan Ronaldo belum menjanjikan. Ia menyia-nyiakan tiga peluang emas hasil umpan matang Rivaldo dan Ronaldinho. Di babak kedua, kolaborasi tiga pemain yang dikenal dengan sebutan ”Tiga R” itu sukses merepotkan lini pertahanan Jerman.

Mereka berulang kali mengancam gawang ”Der Panzer” yang dikawal Oliver Kahn. Jerman mesti membayar mahal keputusan bermain bertahan setelah Ronaldo membuka keunggulan Brasil, menit ke-67. Ia dengan cepat menyambar bola pantul hasil tendangan Rivaldo.

Ronaldo kembali menaklukkan Kahn lewat kerja sama dengan Rivaldo, 12 menit berselang. Rivaldo mengecoh perhatian lini belakang Jerman dengan sengaja melepaskan bola untuk Ronaldo. Pemain Inter Milan itu jitu menempatkan bola di pojok kiri gawang yang sulit dijangkau Kahn.

”Ronaldo membuat perbedaan bagi Brasil. Kami kalah karena ia sangat fenomenal,” ujar mantan gelandang tim ”Panser” saat itu, Dietmar Hamann.

Gelar juara dunia kelima menjawab keraguan publik. Sebelum Piala Dunia di Asia itu digelar, Brasil tak diunggulkan karena hanya menempati peringkat ketiga babak kualifikasi Zona Amerika Selatan.

Mereka kalah bersaing dengan Argentina dan Ekuador. ”Selecao” menelan lima kekalahan. Tak ada apa-apanya dibandingkan tim ”Tango” yang hanya kalah sekali.

Toh, Brasil tetaplah Brasil. Gudangnya pemain bertalenta itu tak bisa disepelekan. Ditambah pengalaman Felipao dan asistennya, Mario Zagallo, Selecao mengukuhkan diri sebagai yang terbaik di dunia.

Memori Yokohoma

Kenangan di Yokohama akan terulang di Stadion Mineirao, Belo Horizonte, saat tuan rumah Brasil menghadapi Jerman di semifinal, Rabu (9/7/2014), pukul 03.00 WIB. Kenangan itu terasa getir bagi Jerman.

Kali ini mungkin Brasil yang akan mengecap rasa pahit karena kehilangan Neymar dan Thiago Silva. Ini duel kedua Brasil dan Jerman di Piala Dunia. Tim Panser punya kesempatan terbaik untuk membalas kekalahan pahit di Yokohama.

Kenangan di Yokohama ada dalam benak Miroslav Klose, satu-satunya pemain Jerman yang masih tampil di Brasil 2014. ”Semoga kali ini kami yang jadi pemenang,” katanya. (bbc/the guardian/ang/riz)