KOMPAS.com -Tim Krul hanya dua kali melakukan penyelamatan dalam 20 penalti selama di Newcastle United sejak 2006. Namun, bukan statistik itu yang membuat pelatih Belanda Louis van Gaal yakin pada kemampuannya untuk bertugas dalam adu penalti melawan Kosta Rika di perempat final Piala Dunia, di Stadion Fonte Nova, Salvador, Minggu (6/7/2014) dini hari WIB.

Van Gaal melihat potensi Krul dalam mengantisipasi bola-bola mati saat latihan. Kiper berusia 26 tahun itu selalu bisa menghentikan bola-bola mendatar dan bola yang menukik ke sisi lebar gawang. Kelihaian pemain dengan tinggi badan 193 sentimeter itu bisa disaksikan setiap kali Belanda menggelar sesi latihan di Stadion Jose Bastos Padilha, Gavea, Rio de Janeiro.

Di lapangan milik klub Flamengo itu, Krul bersama kiper utama Jasper Cillessen dan kiper ketiga Michel Vorm selalu berlatih antisipasi penalti, tendangan sudut, dan bola silang di sisi gawang yang menghadap Concorvado, bukit tempat berdiri patung Yesus.

Dari ketiga kiper itu, Krul yang paling sering menggagalkan bola-bola mendatar hingga tengah. Apalagi rentang tangannya cukup panjang. Untuk bola-bola atas, Cillessen jagonya. Dia juga sigap mengantisipasi bola-bola dari sudut sempit. Cillessen lebih lincah bergerak, refleks kaki dan tangannya cepat.

Dari empat kali melihat sesi latihan Belanda di Gavea itu, kemampuan Krul menepis penalti dua pemain Kosta Rika, Bryan Ruiz dan Michael Umana, tidak terlalu mengejutkan. Yang paling mengesankan adalah kepercayaan diri Krul untuk tetap tampil tenang dalam situasi yang sangat kritis itu.

Ia juga berani melepaskan perang psikologis kepada penendang lawan. Giancarlo Gonzalez, eksekutor ketiga, menjadi korban sengatan psikologisnya. Ia berusaha merusak konsentrasi pemain bertahan Kosta Rika itu. Saat eksekusi, Krul gagal menepis bola meskipun arahnya sudah tepat ke arah kirinya. ”Aku melihatnya, aku melihatnya,” ujar Krul kepada Gonzalez yang dibaca dari gerak bibirnya.

”Saya merusak mental mereka. Anda akan berusaha melalukan apa pun yang bisa dilakukan tanpa menjadi terlalu agresif. Saya berusaha memengaruhi pikiran mereka,” ujar Krul kepada BBC.

Menjelang penalti Michael Umana, penendang terakhir Kolombia, Krul terlihat tenang, berjalan di kotak penalti. Saat bola meluncur ke sisi kiri, dia menepisnya. Tepisan itu memastikan Belanda ke semifinal.

Kemampuan Krul mengantisipasi penalti, ketenangan, dan kelihaian melancarkan perang psikologis itulah yang dilihat oleh Van Gaal. Pelatih berusia 62 tahun itu memenangi perjudian dengan memasukkan Krul di menit 120 + 1 menggantikan Cillessen. Ini perjudian besar karena Krul belum pernah dimainkan di Piala Dunia Brasil.

Wajah Cillesen tampak masam ketika Van Gaal menariknya keluar. Namun, saat Krul melakukan penyelamatan pertama, Cillessen bergembira. Kini, skuad Belanda lebih percaya diri pada setiap keputusan pelatihnya karena setiap pemain memiliki kemampuan spesifik seperti dikatakan Van Gaal. (Agung Setyahadi, dari Brasil)