KOMPAS.com - Stadion keramat Maracana di Rio de Janeiro, Jumat (4/7/2014), kembali akan menjadi saksi sejarah. Dua tim raksasa Eropa, Jerman dan Perancis, akan bertarung berebut satu tiket ke semifinal Brasil 2014. Pemenangnya akan menjaga pamor dan berjuang mengukir sejarah menjadi juara di Benua Amerika.

Sejauh ini penampilan tim nasional Perancis masih lebih meyakinkan dibandingkan dengan Jerman. Banyak pengamat menilai inilah tim terbaik ”Les Bleus” setelah era Piala Dunia 1998 dan Piala Eropa 2000.

Pelatih Didier Deschamps membuat ruang ganti timnas Perancis lebih harmonis. Dia bisa menyatukan pemain muda dan senior dengan baik. Hal itu tecermin dari kinerja Paul Pogba dan Karim Benzema yang bisa diandalkan.

”Semua pemain boleh bermimpi menjadi juara. Akan tetapi, saya selalu mengingatkan untuk fokus di setiap pertandingan. Hal yang selalu saya tekankan kepada pemain adalah berikan permainan terbaik mereka,” kata Deschamps.

Perancis lolos dari penyisihan grup dengan mudah. Mereka semakin percaya diri setelah memukul Nigeria di perdelapan final. Hasil-hasil tersebut membuat mereka tak takut menghadapi Jerman yang bermain tidak meyakinkan setelah menang telak 4-0 atas Portugal di partai pembuka.

Jerman susah payah menahan Ghana 2-2. Tim ”Panser” pun tidak mudah saat mendapatkan kemenangan 1-0 atas Amerika Serikat di laga akhir penyisihan grup. Performa buruk timnas Jerman bahkan berlanjut saat menghadapi Aljazair di perdelapan final.

Terlepas dari penampilan timnas Aljazair yang bagus, di luar kebiasaan, para pemain timnas Jerman banyak membuat kesalahan mendasar seperti salah umpan.

Laga melawan Perancis akan lebih berat. Strategi Jerman yang berupaya menguasai lini tengah dengan permainan false nine bisa berantakan.

”Les Bleus” punya Paul Pogba, Blaise Matuidi, dan Yohan Cabaye yang secara kekuatan dan stamina lebih baik dibandingkan dengan pemain Jerman. Mereka akan mematikan aliran bola dari Mesut Oezil, Toni Kroos, Thomas Mueller, dan Bastian Schweinsteiger.

Jerman juga masih menyisakan kelemahan di lini belakang. Seperti saat melawan Aljazair, beberapa kali pemain belakang kalah cepat mengantisipasi serangan balik. Hal tersebut memaksa penjaga gawang Manuel Neuer sering keluar dari area kotak penalti untuk menyapu bola. Dia seperti berperan ganda sebagai kiper dan libero.

Dari statistik pertandingan, Neuer tercatat 21 kali menyentuh bola di luar kotak penalti. Mantan kapten timnas Jerman, Michael Ballack, dan beberapa mantan pemain lainnya, seperti Oliver Kahn dan Lothar Matthaus, mempertanyakan strategi Joachim Loew yang memasang Oezil sebagai playmaker dan menempatkan Jerome Boateng pada posisi bek tengah serta memaksakan Benedikt Howedes bermain pada bek sayap.

”Ini penampilan terburuk Jerman dalam beberapa tahun terakhir,” kata Ballack. Khan menilai, strategi Loew hanya efektif untuk beberapa pemain, bukan secara tim.

Hal yang bisa membuat Jerman optimistis adalah kemampuan beberapa pemain melepaskan tembakan ke arah gawang yang di atas rata-rata. Mueller mencetak sembilan gol di Piala Dunia dari 10 kali tembakan ke gawang.

Selain itu, Jerman juga didukung sejarah. Dari tiga pertemuan pada Piala Dunia, Jerman menang dua kali. Hal yang kontroversial pada semifinal Piala Dunia 1982 adalah saat kiper Harald Schumacher mencederai Patrick Battiston. Setelah Battiston keluar, Jerman bisa menyamakan kedudukan menjadi 3-3 dan memenangi adu penalti. (INDEPENDENT/TELEGRAPH/BBC/OTW)