KOMPAS.com - Putaran final Piala Dunia Brasil yang kini mendekati perempat final terasa makin berat di ongkos. Tak hanya harga karcis pertandingan yang sudah melewati 1.000 dollar AS atau sekitar Rp 12 juta, tiket pesawat antarkota dan tarif kamar hotel pun melambung.

Tiket babak 16 besar antara Kolombia dan Uruguay yang berlangsung Jumat (27/6/2014) di Stadion Maracana, Rio de Janeiro, untuk kategori 3 dibanderol 1.387 dollar AS atau Rp 15,3 juta. ”Ini harga tiket yang terdata di saya. Daripada menonton di stadion membayar mahal, apa tidak lebih baik nonton di televisi?” ujar Jorge Teixiera, seorang pengelola biro perjalanan wisata di Rio.

Tiket kategori 2, dengan kursi dekat lapangan, sudah tentu lebih mahal, yaitu 1.490 dollar AS (Rp 17,7 juta). Mau tahu harga tiket kategori 1? Senilai 1.829 dollar AS (Rp 21,8 juta).

Tiket final, 13 Juli, juga sudah ditawarkan dari pintu ke pintu. Seorang pria yang tak sengaja ditemui di kawasan Ipanema menawarkan tiket laga final seharga 4.500 dollar AS (Rp 53,6 juta). ”Harga itu sudah diskon karena saya beli 4.000 dollar AS dan biasanya saya jual 5.000 dollar AS,” tuturnya.

Harga agak realistis bisa ditelusuri melalui www.worldfootballticketexchange.com. Harga tiket 16 besar antara Argentina dan Swiss di Sao Paulo, 1 Juli, seharga 500 dollar AS (Rp 6 juta). Jika Anda mau membeli tiket, tinggal klik ”buy” dan pencet ”sell” jika ingin menjual. Situs ini berusaha mempertemukan pembeli dan penjual.

Tiket pesawat pun meroket. Tiket dari Rio menuju Porto Alegre, misalnya, berjarak 1.121 kilometer, sudah lebih dari 800 dollar AS (Rp 9,5 juta) untuk sekali jalan. Tiket pesawat menuju Belo Horizonte, yang berjarak 339 km, berada di kisaran 500 dollar AS (Rp 6 juta).

Menurut Teixiera, harga tiket pesawat saat Piala Dunia naik dua kali lipat daripada biasanya. ”Bahkan, ada yang lebih dari dua kali lipat. Harga tiket pesawat di Brasil saat ini memang sudah tidak realistis,” ujarnya.

Tarif hotel setali tiga uang. Nasangga, pria asal Medan yang bepergian ke Rio untuk menonton sejumlah laga, sudah memesan hotel seharga 10 dollar AS per hari, jauh hari sebelum pembukaan. Namun, pengelola hotel mengabarkan kenaikan harga. ”Saya membatalkan pesanan hotel itu. Saya sekarang tinggal di hotel di kawasan Lapa. Pengeluaran untuk hotel dalam sebulan mencapai 1.700 dollar (Rp 20 juta),” ujarnya.

Angelo, sopir taksi, berpendapat, Pemerintah Brasil tidak memikirkan kesulitan hidup warganya. ”Stadion Maracana direnovasi dengan biaya besar, tetapi apakah saya sebagai warga Rio bisa menonton pertandingan di situ? Sama sekali tidak bisa,” tuturnya. (ADI PRINANTYO dari Rio de Janeiro, Brasil)