Oleh Yesayas Oktovianus
Ketika Djohar Arifin mengambil tongkat komando kepemimpinan PSSI dari Nurdin Halid, belum ada prestasi membanggakan yang ditorehkan sepak bola lewat prestasi tim senior. Kompetisi strata tertinggi juga karut-marut dengan penjadwalan pertandingan dan tunggakan utang. Organisasi PSSI amburadul sehingga tiga kali Djohar melakukan penggantian sekretaris jenderal. Terakhir, Djohar melakukan beberapa keputusan tidak populer menjelang dan selama Kongres Luar Biasa PSSI 17 Maret di Jakarta.
Harus diakui pula, selama hampir dua tahun, kepengurusan Djohar dirongrong oleh kelompok yang tidak puas dengan kepemimpinan PSSI. Klimaksnya terjadi di KLB dan secara tidak langsung kelompok ini telah ”mengudeta” kepengurusan Djohar dalam sebuah kongres yang bertajuk rekonsiliasi.
Pertanyaannya: mau sampai kapan mereka ini terus ribut?
Perlu diluruskan
Perlu disadari, PSSI bukanlah milik dua kubu yang terus tarik-menarik dan berebutan kepentingan. PSSI juga milik pemerintah, stakeholder, dan masyarakat. Untuk itu, pihak-pihak di luar PSSI ini perlu terus mengawal dan mengawasi proses dan perkembangan yang terjadi di PSSI. Pemerintah, dalam hal ini Menteri Pemuda dan Olahraga Roy Suryo, adalah pihak terdepan yang bisa menuntaskan konflik jika kembali muncul di tubuh PSSI, terutama menjelang kongres biasa tahun ini.
Sebagai pengawas keolahragaan nasional, pemerintah perlu menyadari benih yang subur bakal menimbulkan konflik menjelang kongres biasa. Benih-benih itu justru muncul dari hasil KLB. Misalnya, penetapan tempat dan tanggal kongres biasa, penyebutan nama empat anggota Komite Eksekutif PSSI tambahan, tindakan menskors enam anggota Komite Eksekutif, penolakan terhadap 18 pengurus provinsi yang dipilih lewat musyawarah daerah luar biasa dan tetap memakai voters Solo 2011 di kongres biasa.
Federasi Asosiasi Sepak Bola Internasional (FIFA) lewat Sekretaris Jenderal Jerome Valcke telah menyurati Wakil Ketua Umum PSSI Farid Rahman tertanggal 22 Maret 2013 dengan menyebut, badan tertinggi sepak bola dunia itu hanya mengakui tiga agenda dalam kongres, yaitu penyatuan dua liga, pengembalian empat anggota Komite Eksekutif, dan revisi statuta. Berarti, semua keputusan lain dikesampingkan.
Sebagai orang nomor satu dan paling bertanggung jawab di PSSI, Djohar harus meluruskan ini kepada jajarannya sehingga menghindari timbulnya konflik horizontal jelang kongres biasa.
Konflik lain yang rawan muncul sebelum kongres adalah dualisme tentang eksistensi Badan Tim Nasional (BTN). Ini imbas pemecatan pelatih timnas senior Luis Manuel Blanco (Argentina) jelang Indonesia melawan Arab Saudi di Pra-Piala Asia dan digantikan dengan Rahmad Darmawan. Untuk menyelesaikannya, PSSI akan mengadakan rapat Komite Eksekutif pekan ini. Kita perlu menyambut baik rapat yang akan diikuti sembilan anggota, Ketua Umum PSSI, dan Wakilnya ini.
Empat anggota Komite Eksekutif tambahan, sesuai revisi statuta, belum bisa ikut karena baru akan dipilih lewat kongres sesuai mekanisme pemilihan Komite Eksekutif. Empat anggota Komite Eksekutif tambahan itu juga belum punya surat keputusan dari Ketua Umum PSSI. Merujuk surat Jerome Valcke, 22 Maret lalu, FIFA masih tetap mengakui hanya sembilan anggota Komite Eksekutif ditambah Ketua Umum Djohar dan Wakil Ketua Umum Farid Rahman.
Tindakan menskors enam anggota Komite Eksekutif yang melakukan walk out karena merasa KLB sudah berakhir juga perlu ditinjau lagi. Sementara rencana PSSI pasca-KLB untuk membekukan kepengurusan 18 pengprov perlu disikapi secara hati-hati.
Djohar tegas mengatakan, ke-18 pengprov adalah pengurus yang sah saat ini. Hanya, mereka tidak diikutkan dalam KLB karena bukan voters Solo. ”Di kongres berikut, mereka sudah bisa ikut sebagai voters,” kata Djohar dalam pertemuan sejumlah anggota Komite Eksekutif dengan Menpora
Jika kongres biasa jadi dilaksanakan 6 Juni 2013, perlu dicermati betul para pesertanya ketika melakukan verifikasi. Yang rawan menimbulkan chaos adalah memverifikasi peserta dari kompetisi strata tertinggi (IPL dan ISL) serta Divisi Utama. Semoga rapat Komite Eksekutif pekan ini akan menelurkan keputusan lebih bijaksana. Harapan kita, utamakan kepentingan sepak bola, kesampingkan kepentingan kelompok, sudahilah keributan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.