KOMPAS.com - Piala Afrika 2012 merupakan turnamen antarnegara di level benua, seperti halnya Piala Eropa dan Copa America. Akan tetapi, jangan membayangkan ajang itu gemerlap dan mewah.
Bagi Pelatih Pantai Gading, Francois Zahoui, itu ajang di mana para bintang sepak bola di klub-klub Eropa menanggalkan seluruh kemewahan dan kenyamanan, yang selama ini mereka dapatkan di klub.
Zahoui meminta, selama berlaga di Piala Afrika 2012, para pemainnya melupakan kemewahan di klub-klub asalnya di Eropa, dan menerima kenyataan yang "lebih menderita" di bumi Afrika.
"Kalian meninggalkan klub-klub kalian dan seluruh kenyamanan yang ada. Di sinilah kita saat ini, di lingkungan Afrika."
"Di ruang ganti pemain, di mana kami tidak mendapatkan jendela atau alat pendingin ruangan, kalian seperti berada dalam 'microwave'. Inilah ruang ganti pemain di ajang Piala Afrika," lanjut Zahoui.
Pantai Gading, yang bersaing dengan Angola, Burkina Faso, dan Sudan di Grup B, diperkuat banyak pemain bintang di klub-klub besar Eropa. Misalnya, kapten Didier Drogba, Salomon Kalou (Chelsea), Gervinho (Arsenal), Yaya Toure dan Kolo Toure (Manchester City), Cheick Tiote (Newcastle United), dan lain-lain.
Nasihat Zahoui itu juga berlaku pada tim-tim lain yang diperkuat bintang-bintang di klub-klub Eropa. Sebut saja Ghana. Tim ini juga bertaburan bintang, seperti Sulley Muntari (Inter Milan), Andre dan Jordan Ayew (Olympique Marseille), John Mensah (Lyon), dan sebagainya.
Seydou Keita juga harus meninggalkan kenyamanan dan supremasi Barcelona, untuk memimpin rekan-rekannya di timnas Mali.
Demba Ba dan Papiss Cisse harus melupakan kemewahan bermain di Newcastle, untuk membela timnas Senegal.
Dari penampilan pertama tim yang diperkuat para bintang klub-klub Eropa itu, sejauh ini belum ada yang menonjol. Pantai Gading, Ghana, dan Mali hanya menang tipis atas lawan masing-masing.